Berita Aceh Singkill
Profil Moh Mulyono, Dulu Jual Sate Depan Makodim Aceh Singkil Kini Jadi Komandan Kodim
Dengan menggandeng seorang adik laki-lakinya, alumni Akmil 2004 itu memilih jualan sate Madura, khas kampung halamannya.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nur Nihayati
Dengan menggandeng seorang adik laki-lakinya, alumni Akmil 2004 itu memilih jualan sate Madura, khas kampung halamannya.
Penulis: Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Perjalanan hidup manusia tak pernah ada yang tahu. Inilah yang terjadi pada Letkol Inf Moh Mulyono.
Tahun 2010 jualan sate depan Kodim Aceh Singkil. Selang 13 tahun kemudian tepatnya 2023 jadi Dandim 0109/Aceh Singkil.
13 tahun silam ketika masih letnan satu jabatannya Pasi Intel Kodim 0109/Aceh Singkil.
Di sela menjalankan rutinitasnya sebagai Perwira Seksi Intelejen Komando Distrik Militer Aceh Singkil, Moh Mulyono, berinisiatif mencari penghasilan tambahan.
Bukan bisnis gedean, untuk menghasilkan cuan melimpah.
Dengan menggandeng seorang adik laki-lakinya, alumni Akmil 2004 itu memilih jualan sate Madura, khas kampung halamannya.
Lokasi jualan depan Kodim Aceh Singkil, di pinggir jalan Desa Ketapang Indah, Kecamatan Singkil Utara.
Menjelang sore, selepas dinas Moh Mulyono bertugas membakar sate sambil berdiri dekat gerobak untuk melayani pelanggan yang datang.
Pelanggannya, bukan orang lain tetapi mayoritas prajurit Kodim Aceh Singkil, notabene secara pangkat dan jabatan masih ada yang di bawahnya.
Namun prinsipnya pelanggan adalah raja. Ketika berdagang pelanggan harus dilayani dengan baik sambil sapa dan senyum.
Sayang jualan sate tak bisa berlanjut lantaran harus pindah tugas.
Setelah melanglang buana lebih satu dasawarsa kembali ke Aceh Singkil, dengan jabatan komandan teritorial.
Moh Mulyono lahir dari keluarga sederhana. Hari-hari masa remajanya sebelum masuk tentara dihabiskan bekerja sebagai penjaga warung telekomunikasi (Wartel) milik juragan di kampungnya di Pulau Madura.
Alumni SMA Negeri 2 Bangkalan tahun 2000 itu harus bekerja mencari duit agar bisa nongkrong dengan anak baru gede seumurannya.
Sebagai anak seorang sopir tangki minyak tanah, kala itu jangan berharap mendapat uang jajan.
Apalagi minta duit untuk main. Dikasih tidak, syukur-syukur kuping tak merah mendengar ceramah khas orang tua.
Menjadi penjaga wartel tentu bukan cita-cita laki-laki kelahiran Bangkalan, Pulau Madura 18 Juni 1982.
Di lubuk hati terdalamnya bercita-cita menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sayang cita-cita itu gagal diraih dalam percobaan pertama. Tekadnya terlanjur kuat, dirinya harus menjadi kebanggaan keluarga.
Menjaga wartel dan bergaul bersama teman-teman sebayanya menjadi rutinitas keseharian usai gagal masuk TNI tahun 2000 silam.
Dalam rutinitas harian diam-diam anak pertama dari enam bersaudara itu, tetap melatih fisik sebagai bekal kembali mendaftar prajurit TNI.
Tak hanya olah fisik, kekuatan rohani diasah dengan belajar ilmu agama kepada guru ngaji di kampung halamannya setiap selesai salat subuh.
Belajar agama sambil mengharap barokah dari guru ngaji, yang mendorongnya rela berjalan dalam remang subuh setiap hari.
Bekal pengetahuan agama ini, kelak menjadi obor yang terus menyala ketika melewati liku-liku kerasnya kehidupan.
Di tengah seabreg rutinitas, dirinya tetap melaksanakan kewajiban salat lima waktu.
Pendaftaran Akademi Militer (Akmil) 2001 dibuka. Jiwa mudanya mendorong kembali wujudkan cita-cita.
Modal nekad Moh Mulyono mendaftar, hingga akhirnya dinyatakan lulus.
Lulus melewati tempaan Lembah Tidar, kawah candradimuka tempat prajurit terbaik TNI AD ditempa ketangguhannya selama kurang lebih 3,5 tahun Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono resmi melantiknya menjadi seorang perwira pertama tahun 2004.
Jabatan pertamanya sebagai letnan dua korps infantri adalah Perwira Pertama Pusat Kesenjataan Infantri (Pama Pussenif).
Tahun 2005 Moh Mulyono dikirim ke Aceh yang baru saja diluluhlantakkan tsunami 26 Desember 2004.
Sebentar menjadi Pama Kodam Iskandar Muda, tahun 2006 diangkat menjadi Komandan Peleton (Danton) III Kompi A Batalyon Infantri (Yonif) 115/Macan Leuser (ML).
Sebagai perwira muda Moh Mulyono, memimpin anak buahnya jaga barak pos Kompi Persiapan Suro, Kabupaten Aceh Singkil.
Kedepan pos tersebut menjadi cikal bakal lahirnya Kompi Senapan A Yonif 115/ML di Suro Makmur, Kabupaten Aceh Singkil.
Di situlah jiwa kepemimpinannya diuji untuk pertama kali. Sebagai pasukan tempur yang terlatih memanggul senjata, dirinya juga dituntut bisa menyatu dengan masyarakat lokal.
Lahir dari keluarga sederhana memudahkan Moh Mulyono dekat dengan penduduk Desa Lae Bangun, lokasi Kompi A Suro berada. Kedekatannya dengan penduduk sekitar juga dibuktikan dengan penguasaan bahasa lokal yang cukup fasih.
Bahkan penduduk Lae Bangun, sudah menganggapnya sebagai keluarga. Komunikasi dan tali silaturahmi tetap terawat kendati sudah jarang bertemu.
Ini terlihat ketika awal Maret 2024 Moh Mulyono datang ke Desa Lae Bangun. Warga mengerumuninya untuk bersalaman sambil bertanya kabar.
Penugasannya di Kompi Suro, mengantarnya pada pertemuan dengan seorang gadis bernama Eka Susanti.
Tak butuh waktu lama untuk saling mengenal, Moh Mulyono langsung mengajaknya membangun mahligai rumah tangga.
Akad nikah berlangsung tahun 2007 di rumah keluarga mempelai perempuan di Subulussalam. Salah satu kota dalam Provinsi Aceh yang kala itu masih bergabung dengan Kabupaten Aceh Singkil.
Masa pengantin barunya dihabiskan di Kompi B Yonif 115/Macan Leuser hingga pangkatnya naik menjadi letnan satu.
Perjalan karir Moh Mulyono sebagai perwira pertama TNI Angkatan Darat berlanjut dengan dipercaya menjadi Pasi Intel Kodim 0109/Aceh Singkil pada tahun 2010 hingga naik pangkat jadi kapten tahun 2012.
Pada rentang waktu itulah berjualan sate hingga pindah tugas menjadi Pasi I/Lidik Yonif 115/Macan Leuser, pada tahun 2012.
Setahun berikutnya tepatnya 2013 kembali memimpin pasukan tempur dengan menjadi Dankipan A Yonif 115/Macan Leuser dan tahun yang sama bergeser jadi Dankima Yonif 115/Macan Leuser.
Lulus Pendidikan Lanjutan Perwira II (Diklapa II) Infantri 2014 Moh Mulyono dan istri serta dua buah hatinya R Alfi Efiliza Eka Wira dan R Dwi Aditya M meninggalkan Aceh.
Untuk memulai tugas baru di pulau Kalimantan, sebagai Pabandya Wanwil Sterdam VI/Mulawarman.
Selang dua tahun, pangkatnya naik menjadi perwira menengah dengan melati satu di pundak pada 2016.
Saat berpangkat mayor Moh Mulyono, terpilih sebagai pasukan Garuda atau Kontingen Garuda (Konga) yaitu pasukan Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan untuk perdamaian di Sudan.
Setahun mengabdi sebagai bagian dari pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dipercaya menjadi Pabanda Gal Sinteldam VI/Mulawarman pada 2017.
Berikutnya mendapat amanah baru sebagai Kepala Staf Kodim 1006/Martapura pada tahun 2018 di Kalimantan Selatan.
Setelahnya geser menjadi Pabandya Min Sinteldam VI/Mulawarman tahun 2019.
Selama tujuh tahun berada di pulau Borneo, perjalanan tugasnya membawa dirinya dan keluarga ke kota metropolitan Jakarta.
Lulus Sespimen Polri Dikreg 61 tahun 2021. Pada tahun yang sama jabatannya Kabagmin Balaklid Pusintelad.
Seiring sejalan pangkatnya naik menjadi letnan kolonel (Letkol) dengan dua bunga melati di pundak tahun 2022.
Dengan pangkat Letkol jabatannya naik menjadi Kabag Analis Lidgal Satlaklidgal Pusintelad pada tahun 2022.
Dalam perjalanan tugasnya di Kalimantan dan Jakarta, buah kasihnya dengan sang istri Eka Susanti, anaknya bertambah dua, sehingga anggota begitulah orang Aceh menyebutnya menjadi empat.
Masing-masing R Alfi Efriliza Eka Wira, R Dwi Aditya M, Kholid Bintang Alwi M dan Sultan Ardhani Putra M.
Anak pertama dan kedua lahir di Aceh. Sedangkan anak ketiga lahir di Kalimantan dan si bungsu lahir ketika bertugas di Jakarta.
Garis tangan seseorang telah diatur, manusia hanya berusaha. Itulah jalan takdir Moh Mulyono.
Lebih satu dasawarsa meninggalkan Aceh. Tugasnya menuntun kembali ke tanah Rencong pada tahun 2023 dengan jabatan Komandan Kodim (Dandim) 0109/Aceh Singkil.
Bedanya 2010 lalu bersama sang istri masih perwira seksi inteljen, ketika kembali ke Aceh dengan jabatan Komandan Kodim.
Perilaku, tutur kata dan ciri khas utamanya kepala plontos tak berubah.
Hobinya keluyuran sendiri naik sepeda motor untuk menikmati kopi dan ngobrol ngalor ngidul dengan orang yang ditemuinya tetap menjadi kebiasaannya.
Ia pun masih mengingat gerobak sate Madura, yang mulai lapuk termakan usia di belakang Koperasi Angkatan Darat Kodim Aceh Singkil.
Ketika duduk dengan Muspida, Moh Mulyono tidak merubah jati dirinya. Dia tetap menjadi dirinya ketika duduk dengan pejabat, masyarakat maupun dengan anak buahnya.
Selama bertugas sebagai komandan kodim, banyak sudah yang dilakukannya. Namun setidaknya ada dua terobosan yang dilakukannya untuk membantu Pemerintah dan masyarakat Aceh Singkil.
Pertama menjadi arsitek lahirnya Singkil Smart Info, sebuah platform digital yang menjadi pusat data Aceh Singkil. Mulai dari data potensi daerah, kemiskinan hingga stunting.
Kedua, Moh Mulyono pelopori gerakan rehab rumah tidak layak huni keluarga miskin, dengan model urunan.
Gerakan itu sebagai wujud nyata mengentaskan kemiskinan ekstrim dan stunting di Aceh Singkil.
Sebagai manusia biasa Moh Mulyono, tentu ingin berlama tugas di Aceh Singkil, sebuah kabupaten yang berdekatan dengan Kota Subulussalam, tempat tinggal orang tua dari istri dan kakek anak-anaknya.
Belum lagi kedekatan dengan masyarakat Aceh Singkil, yang sudah menjadi kampung keduanya setelah Madura.
Namun sebagai abdi negara harus siap mengemban tugas kapanpun dan dimanapun diperintah.
Perjalan tugas masih panjang, jadilah seperti elang mengepak tinggi menggapai bintang, namun tetaplah menjadi diri sendiri.
Jadilah orang baik dengan cara sendiri, walau adakalanya buruk di mata orang lain.
Ingat ketika dicap buruk oleh orang lain, tak perlu repot menjelaskan. Biarlah waktu menjawabnya!
Biodata
Letkol Inf Moh Mulyono lahir di Bangkalan 18 Juni1982.
Ia merupakan anak pertama dari enam bersaudara pasangan Moh Sa’i Fuad dan almarhumah Djum’aniah.
Masa kecil hingga tamat Sekolah Menengah Umum (SMU) seluruhnya dihabiskan di tanah kelahirannya di Bangkalan, pulau Madura.
Moh Mulyono remaja mulai merantau ke Malang setelah lulus Akademi Militer (Akmil) hingga tamat tahun 2004.
Tamat Akmil perjalanan tugasnya membawa hidupnya merantau ke Aceh mulai 2005 sampai 2013.
Selama bertugas di Aceh, mempersunting seorang wanita asal Kota Subulussalam Eka Susanti.
Selanjutnya ayah empat anak ini pindah tugas ke Kodam VI Mulawarman di pulau Kalimantan.
Di Kalimantan, Moh Mulyono terpilih menjadi pasukan Garuda atau Kontingen Garuda (KONGA) di Darfur, Sudan.
Tujuh tahun berada di pulau Borneo, selanjutnya pindah tugas ke Jakarta. Setelah pangkatnya Letkol kembali bertugas ke Aceh pada tahun 2023.
Istri: Eka Susanti
Anak:
1. R. Alfi Efriliza Eka Wira
2. R. Dwi Aditya M
3. Kholid Bintang Alwi M
4. Sultan Ardhani Putra M
Orang tua
Moh Sa’i Fuad (ayah)
Almarhumah Djum’aniah (ibu)
H Lukman Hakim (ayah mertua)
Almarhumah Hj Khadijah (ibu mertua).
Moh Mulyono Dandim Aceh Singkil
Moh Mulyono
Profil Moh Mulyono
Dandim Aceh Singkil
Aceh Singkil
jualan sate
Sate Madura
Prakiraan Cuaca Aceh Singkil Hari Ini, Semua Wilayah Diselimuti Awan |
![]() |
---|
Buka Sosialisasi Anti Korupsi, Bupati Aceh Singkil Ingatkan Kepsek tak Salahgunakan Dana BOS |
![]() |
---|
Laju Pertumbuhan Penduduk Danau Paris Tertinggi di Aceh Singkil, Ini Dampak Plus Minusnya |
![]() |
---|
Bupati Aceh Singkil Singgung Mutasi, Pejabat Rangkap Jabatan Diminta Mundur |
![]() |
---|
27 Siswa MAN Aceh Singkil Lulus PTN Jalur Prestasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.