Luar Negeri
India dan Pakistan Terancam Perang Buntut Tragedi Berdarah di Kashmir Tewaskan 26 Wisatawan
Korban dari tragedi berdarah tersebut bukan tentara atau pejabat, melainkan warga sipil yang sedang berlibur di salah satu lembah paling indah India
SERAMBINEWS.COM, PAHALGAM - Tragedi berdarah di Kashmir dikhawatirkan akan memicu perang India-Pakistan.
Sebanyak 26 wisatawan terbunuh dalam serangan berdarah di Pahalgam, Selasa (22/4/2025).
Hal itu akan menandai serangan militan paling mematikan di Kashmir sejak 2019.
Korban dari tragedi berdarah tersebut bukan tentara atau pejabat, melainkan warga sipil yang sedang berlibur di salah satu lembah paling indah di India.
Serangan ini pun terkesan brutal dan simbolis, sebuah serangan terencana tidak hanya terhadap nyawa, tetapi juga terhadap rasa normalitas yang rapuh dan telah diupayakan keras oleh negara India di wilayah yang disengketakan itu.
Namun mengingat sejarah Kahsmir yang menegangkan bagi kedua negara, diklaim sepenuhnya oleh India dan Pakistan, tetapi hanya dikuasai sebagian oleh masing-masing, insiden ini akan membuat hubungan mereka semakin panas.
Menurut para ahli, tanggapan India kemungkinan besar akan dibentuk oleh preseden dan tekanan.
Dilansir dari BBC Internasional, Delhi disebut akan segera mengambil serangkaian langkah balasan.
Antara lain menutup perbatasan utama, menangguhkan perjanjian pembagian air yang penting, dan mengusir diplomat.
Menteri Pertahanan India Rajnath Singh telah berjanji memberikan respons keras, berjanji tindakan tidak hanya terhadap pelaku, tetapi juga dalang di balik tindakan jahat di tanah India.
Para analis meyakini akan ada tanggapan militer dari Pakistan, dan mempertanyakan, kapan, seberapa terukur tanggapan itu, dan berapa biayanya.
“Kita akan melihat respons keras, yang menandakan tekad baik bagi khalayak domestik maupun para pelaku di Pakistan. Sejak 2016, terutama setelah 2019, ambang batas untuk pembalasan telah ditetapkan pada serangan lintas batas atau serangan udara,” ujar Sejarawan Militer Srinath Raghavan.
“Akan sulit bagi Pemerintah (India) untuk beraksi di bawah itu sekarang. Pakistan tampaknya akan merespons, sama seperti sebelumnya. Risiko itu, seperti sebelumnya akan menjadi miskalkulasi untuk kedua pihak,” ujarnya.
Raghavan merujuk pada dua perseteruan langsung antara yang diinisiasi India pada 2016 dan 2019.
Pada serangan mematikan Uri, September 2016, 19 tentara India tewas terbunuh, saat India meluncurkan apa yang disebut “serangan bedah”, yang melintasi perbatasan de facto, yang juga dikenal sebagai Garis Kontrol (LoC).
Serangan itu menargetkan apa yang disebutnya sebagai landasan peluncuran militan di Kashmir yang dikelola Pakistan.
Pada 2019, setelah sedikitnya 40 personel paramiliter India tewas di Pulwama, Kahsmir, negara itu melakukan serangan udara ke lokasi yang diduga kamp militer di Balakot, Pakistan.
Itu menjadi serangan India terdalam ke wilayah Pakistan sejak 1971.
Pakistan pun merespons dengan serrbuan udara, yang berujung pada pertempuran udara dan penangkapan singkat seorang pilot India.
Kedua belah pihak menunjukkan kekuatan tetapi menghindari perang skala penuh.
Dua tahun kemudian, pada 2021, mereka menyetujui gencatan senjata LoC, yang sebagian besar telah dilaksanakan, meski serangan militan berulang kali terjadi di Kashmir yang dikelola India.
Sementara itu, seorang analis kebijakan luar negeri, Michael Kugelman, meyakini bahwa kombinasi tingkat kematian yang tinggi, dan penargetan warga sipil India dalam serangan terbaru, menunjukkan kemungkinan kuat adanya respons militer India terhadap Pakistan.
Hal itu akan terjadi bahkan Delhi menentukan, atau bahkan sekadar berasumsi adanya tingkat keterlibatan Pakistan.
Baca juga: Kepala Penjara Kashmir India Tewas di Rumahnya, Militan Mengaku Bertanggung Jawab
India Perketat Keamanan dan Luncurkan Operasi Perburuan usai Serangan Teroris di Kashmir
Pemerintah India memperketat pengamanan di wilayah Kashmir pada Rabu (23/4/2025), menyusul serangan teroris sehari sebelumnya yang menewaskan sedikitnya 26 orang, sebagian besar wisatawan domestik.
Usai serangan, pasukan keamanan India meluncurkan operasi perburuan besar-besaran terhadap para pelaku yang diyakini berasal dari kelompok militan.
Ribuan polisi dan tentara dikerahkan ke berbagai penjuru wilayah yang disengketakan tersebut.
Pos-pos pemeriksaan ditambah, kendaraan diperiksa secara acak, dan patroli udara menggunakan helikopter digencarkan.
Beberapa mantan milisi juga dipanggil ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Aktivitas perdagangan di sejumlah kota di Kashmir terhenti, sebagai bentuk protes atas serangan berdarah itu.
Pihak kepolisian menyebut insiden tersebut sebagai "serangan teror", dan menuding kelompok bersenjata yang menentang kekuasaan India atas Kashmir sebagai pelakunya.
Kendati demikian, hingga kini belum ada keterangan resmi dari otoritas tertinggi India soal detil serangan.
Sementara itu, dilansir dari Associated Press, kelompok bersenjata bernama Kashmir Resistance—yang sebelumnya tidak dikenal publik—mengeklaim bertanggung jawab.
Lewat media sosial, kelompok itu menyatakan bahwa para korban bukanlah wisatawan biasa, melainkan pihak yang “berafiliasi dengan badan keamanan India”. Klaim tersebut belum dapat diverifikasi secara independen.
Menteri Pertahanan India Rajnath Singh menegaskan bahwa pemerintah akan memburu para pelaku dan siapa pun yang terlibat dalam perencanaan serangan.
Perdana Menteri Narendra Modi juga mempercepat kepulangannya dari kunjungan luar negeri dan dijadwalkan memimpin rapat kabinet keamanan di New Delhi.
Wisatawan Jadi Sasaran
Dari total korban tewas, 24 di antaranya adalah wisatawan asal India, satu berasal dari Nepal, dan satu lagi merupakan pemandu wisata lokal. Sedikitnya 17 orang mengalami luka-luka akibat serangan tersebut.
Dalam insiden terpisah, militer India menyebut telah menewaskan dua orang tersangka milisi yang berusaha menyusup dari wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.
Peristiwa itu terjadi di Distrik Baramulla, dekat Garis Kontrol (LoC) yang memisahkan kedua negara. Belum ada konfirmasi independen atas laporan tersebut.
Pemerintah Pakistan sendiri juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.
"Kami prihatin atas kehilangan nyawa para turis," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Serangan ini menjadi pukulan telak bagi sektor pariwisata Kashmir, yang dalam beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan pemulihan.
Sejak pemerintah India mencabut status otonomi wilayah itu pada 2019, New Delhi terus mendorong pariwisata sebagai simbol normalisasi.
Namun, serangan yang secara terang-terangan menyasar wisatawan memicu ketakutan. Banyak wisatawan meninggalkan Kashmir lebih awal.
“Kashmir memang indah, tapi kami tidak merasa aman lagi,” kata Monojit Debnath, turis asal Kolkata.
Tokoh politik lokal Omar Abdullah menyampaikan keprihatinan atas eksodus wisatawan.
“Sungguh menyedihkan melihat para tamu kita meninggalkan lembah ini setelah tragedi kemarin. Tapi kami sepenuhnya memahami alasan mereka,” tulisnya di media sosial.
Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, hadir dalam upacara penghormatan bagi para korban di Srinagar pada Rabu pagi.
Ia juga mengunjungi lokasi serangan di Padang Baisaran, sekitar lima kilometer dari kota wisata Pahalgam, serta bertemu dengan keluarga korban.
Padang Baisaran merupakan destinasi favorit wisatawan, dikenal dengan pemandangan alam yang dikelilingi pegunungan salju dan hutan pinus.
Konflik yang Terus Membara
Kashmir merupakan wilayah yang telah lama disengketakan India dan Pakistan. Sejak 1989, kelompok bersenjata di wilayah Kashmir yang dikuasai India melakukan pemberontakan menentang pemerintahan New Delhi.
Sebagian besar warga Muslim Kashmir mendukung aspirasi kemerdekaan atau bergabung dengan Pakistan.
India menyebut gerakan tersebut sebagai aksi terorisme yang didukung Pakistan.
Namun, Islamabad membantah keterlibatan dan menyebut perjuangan itu sebagai gerakan kemerdekaan yang sah.
Puluhan ribu orang telah tewas sejak konflik pecah lebih dari tiga dekade lalu.
Kekerasan sempat menurun di Lembah Kashmir, tetapi dalam beberapa tahun terakhir justru meningkat di wilayah Jammu yang berbatasan langsung dengan Pakistan.
Serangan ini menjadi yang paling mematikan sejak pengeboman mobil di Pulwama pada 2019 yang menewaskan sedikitnya 40 personel paramiliter India, dan kembali memicu ketegangan antara dua negara bertetangga tersebut.
Baca juga: 299 Warga Binaan Lapas Blangpidie Discreening HIV/AIDS, Begini Hasilnya
Baca juga: Syifa Hadju Dikabarkan Bintangi Descendants of the Sun Versi Indonesia, Lihat Profil Kekasih El Rumi
Baca juga: VIDEO Hellboy Diringkus Satpol PP-WH Banda Aceh di Jalanan
Sosok Robin Westman, Penembak Sekolah Pakai Senjata Bertuliskan 'Bunuh Trump' dan 'Bakar Israel' |
![]() |
---|
Kim Jong Un Perintahkan Senjata Nuklir Dipercepat saat AS-Korsel Latihan Militer |
![]() |
---|
Mesin Pesawat Condor Jerman Meledak di Udara, Begini Nasib 273 Penumpang |
![]() |
---|
Korban Tewas Banjir Bandang dan Longsor Pakistan Lampaui 350 Orang |
![]() |
---|
5 Orang Tewas akibat Helikopter Pakistan Jatuh Saat Misi Penyelamatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.