Sabang

Putra Sabang Ukir Sejarah: Herman Jadi Lulusan S1 Non-Skripsi Sinta 3 Pertama di FDK UIN Ar-Raniry

Jalur publikasi ilmiah sebagai pengganti skripsi memang belum lazim, apalagi di fakultas berbasis dakwah dan keislaman. Namun Herman melihat peluang..

Penulis: Aulia Prasetya | Editor: Eddy Fitriadi
For Serambinews.com
Herman Jadi Lulusan S1 Non-Skripsi Sinta 3 Pertama di FDK UIN Ar-Raniry. 

Laporan Aulia Prasetya | Sabang

SERAMBINEWS.COM, SABANG - Sebuah langkah revolusioner dan inspiratif dicatatkan oleh Herman, pemuda asal Kota Sabang, yang berhasil mencetak sejarah di lingkungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK),

Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh. Ia menjadi lulusan S1 pertama di FDK yang berhasil lulus tanpa skripsi, melainkan melalui publikasi ilmiah di jurnal nasional terakreditasi Sinta 3.

Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) ini resmi dinyatakan lulus dalam sidang terbuka yang digelar di Aula FDK pada Kamis, 24 April 2025. Dalam forum tersebut, Herman mempresentasikan artikelnya yang telah terbit di Buletin Poltanesa Vol. 26 No. 1 (2025) dengan judul “Strategy for Selecting Digital Media as a Means of Marketing Communication in Sabang City Tourism.”

Artikel itu merupakan buah dari riset mendalam tentang strategi komunikasi pemasaran pariwisata Kota Sabang menggunakan media digital seperti Instagram dan TikTok. Tema ini tak hanya akademis, tapi juga sangat personal bagi Herman sebab ia adalah Duta Wisata Sabang tahun 2022 dan telah lama aktif mempromosikan keindahan tanah kelahirannya.

"Sebagai Duta Wisata, saya merasa bertanggung jawab memperkenalkan Sabang dengan pendekatan yang relevan di era digital ini. Menulis tentang strategi media sosial untuk pariwisata Sabang adalah cara saya berkontribusi, baik untuk dunia akademik maupun untuk daerah Sabang," ujar Herman dalam sidang yang berlangsung khidmat dan mengharukan.

Jalur publikasi ilmiah sebagai pengganti skripsi memang belum lazim, apalagi di fakultas berbasis dakwah dan keislaman. Namun Herman melihat peluang dalam kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menuntaskan studi melalui publikasi di jurnal terakreditasi nasional.

“Menulis skripsi itu mulia, tetapi saya ingin mencoba memberikan kontribusi yang bisa dibaca dan dirujuk oleh masyarakat akademik lebih luas, baik nasional maupun internasional,” ujar Herman.

Tak hanya membanggakan secara personal, capaian ini juga memicu semangat baru di kalangan dosen dan mahasiswa. Ketua Prodi KPI, Syahril Furqany, M.I.Kom, menyampaikan apresiasinya.

“Herman telah membuktikan bahwa mahasiswa kita memiliki kapasitas untuk melangkah lebih jauh. Jalur publikasi ini adalah alternatif yang sangat relevan, terutama bagi mereka yang punya minat kuat dalam dunia riset dan akademik,” ujarnya.

Dosen Pembimbing 1 Herman, Dr. Ade Irma, B.H.Sc., M.A., menyebut pencapaian ini sebagai permulaan tradisi akademik baru.

“Kami berharap, semakin banyak mahasiswa yang menjadikan riset bukan sebagai beban, tapi sebagai panggilan untuk memberi dampak,” tutur Ade Irma.

Capaian akademik ini hanyalah satu dari banyak pencapaian Herman. Ia dikenal sebagai sosok multitalenta: aktivis sosial, konten kreator edukatif, dan pendiri LSM Pilar Generasi Emas Indonesia (@paras.idn) yang fokus pada lima bidang utama: pendidikan, lingkungan, kesehatan, pariwisata, ekonomi kreatif, dan teknologi digital.

Ia juga terpilih sebagai Favorite Gender Champion UIN Ar-Raniry tahun 2022, dan kerap menyuarakan isu-isu sosial melalui konten edukasi dengan tagar #edutips.

Sebelum menerbitkan artikelnya secara ilmiah, Herman juga aktif menulis di berbagai media daring. Ketekunannya dalam menulis dan riset menjadi fondasi kokoh yang mengantarnya melejit melalui jalur non-skripsi.

“Saya bersyukur atas semua proses yang saya jalani. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Pembimbing 1 saya, Dr. Ade Irma, B.H.Sc., M.A., dan Pembimbing 2 saya, Ibu Fajri Chairawati, S.Pd., M.A., serta mentor saya yang luar biasa, Kak Indra, S.Pd. Tanpa mereka, saya tidak bisa sampai di titik ini,” ungkap Herman.

Herman menyebut kelulusannya bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan akademik dan pengabdiannya kepada masyarakat. Ia berencana melanjutkan studi ke jenjang magister sambil tetap aktif di dunia konten edukatif dan sosial.

“Bagi saya, ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan baru. Saya ingin terus belajar, terus menulis, dan terus berdampak,” tegasnya.

Kisah Herman menjadi bukti bahwa pendidikan tak selalu harus linear. Bahwa keberanian memilih jalan berbeda, ketika dibarengi tekad, riset, dan kontribusi nyata, dapat membuka pintu baru yang lebih luas bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi institusi dan daerah yang ia cintai.(*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved