Konklaf

 Konklaf: Di Balik Proses Sakral Pemilihan Paus, Bagaimana Seorang Paus Dipilih?

Para kardinal berkumpul di Roma dan mengikuti Misa khusus sebelum konklaf dimulai. Jumlah kardinal yang boleh memilih, atau disebut kardinal elektor

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Amirullah
Tangkap Layar The Associated Press
KONKLAF- Kombinasi foto ini menunjukkan kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus. Dari kiri atas: Kardinal Peter Erdo, Kardinal Reinhard Marx, Kardinal Marc Ouellet. Baris tengah dari kiri: Kardinal Pietro Parolin, Kardinal Robert Prevost, Kardinal Robert Sarah. Baris bawah dari kiri: Kardinal Christoph Schoenborn, Kardinal Luis Tagle dan Kardinal Matteo Zuppi. 

Jika dua putaran suara berlangsung secara berurutan, surat suara dari kedua putaran dibakar sekaligus setelah yang kedua selesai.

 "Ruang Air Mata": Saat Paus Terpilih

Setelah satu nama mendapatkan dua pertiga suara, konklaf berakhir.

Paus yang baru terpilih dibawa ke ruangan kecil di sebelah Kapel Sistina yang dikenal sebagai "Ruang Air Mata", disebut demikian karena banyak yang menangis di sana karena rasa haru atau beban tanggung jawab besar.

Di ruang ini, Paus mengenakan jubah putih untuk pertama kalinya.

Kemudian, ia akan kembali ke Kapel Sistina dan menerima penghormatan dari para kardinal.

Baca juga: VIDEO - Diam-diam Inggris Kirim Komponen Jet untuk Israel, Lisensi Ekspor Dilanggar

 Kapan Pemungutan Suara Dihentikan?

Pemungutan suara dilakukan empat kali sehari: dua kali pagi dan dua kali sore.

 Jika setelah tiga hari tidak ada yang terpilih, proses dihentikan untuk satu hari doa dan refleksi.

Setelah itu, pemungutan suara dilanjutkan.

Jika setelah 21 putaran tidak juga menghasilkan Paus, para kardinal harus memilih hanya dari dua kandidat dengan suara terbanyak.

Namun, mayoritas dua pertiga tetap dibutuhkan, dan kedua kandidat tidak boleh memberikan suara dalam putaran itu.

 Akhir dari Konklaf

Begitu Paus baru dipilih, nama dan wajahnya diumumkan ke publik melalui balkon Basilika Santo Petrus.

 Kardinal senior akan berkata, “Habemus Papam!” yang artinya “Kita punya Paus!” Lalu Paus baru memberikan berkat pertamanya kepada dunia.

 Proses pemilihan Paus adalah salah satu tradisi tertua dan paling sakral di dunia.

Di balik pintu tertutup Kapel Sistina, para kardinal tidak hanya memilih seorang pemimpin, tetapi juga seseorang yang akan membimbing lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia dalam iman dan moral.

Baca juga: Gempar! Trump Janjikan Kesepakatan Dagang Raksasa, Dunia Tunggu Arah Baru Perdagangan Global

(Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved