Vira Medsos
Viral! Percaya ChatGPT Bisa Meramal Tasseografi? Wanita Yunani Ini Gugat Cerai Suaminya
Mereka mengirimkan foto ampas kopi di cangkir masing-masing, lalu meminta ChatGPT untuk “meramal” nasib mereka.
Penulis: Gina Zahrina | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM - Sebuah kisah mengejutkan datang dari Yunani, ketika seorang wanita memutuskan untuk menggugat cerai suaminya setelah menerima “ramalan” dari ChatGPT atau yang dikenal chatbot berbasis kecerdasan buatan milik OpenAI.
Yang membuat cerita ini semakin tak biasa, ramalan dari ChatGPT tersebut dibuat berdasarkan pola ampas kopi di dasar cangkir dengan sebuah metode ramalan kuno yang dikenal sebagai tasseografi.
Melansir laporan dari Greek City Times, pasangan suami istri ini awalnya hanya berniat iseng mencoba praktik membaca pola ampas kopi menggunakan ChatGPT.
Mereka mengirimkan foto ampas kopi di cangkir masing-masing, lalu meminta ChatGPT untuk “meramal” nasib mereka.
Secara mengejutkan, chatbot AI itu menanggapi seolah benar-benar membaca pola tersebut.
ChatGPT mengungkapkan bahwa sang suami diduga memiliki fantasi untuk menjalin hubungan dengan wanita lain, dan bahkan menyebut inisial wanita tersebut sebagai huruf "E".
Baca juga: “Tolong” dan “Terima Kasih” Bikin Boros! ChatGPT Ternyata Mahal Kalau Kamu Sopan
AI juga menambahkan bahwa hubungan itu seperti “ditakdirkan” dan menyiratkan bahwa perselingkuhan tersebut memang telah terjadi.
Dan sang suami menganggap kegiatan ini sebagai lelucon semata. Namun berbeda dengan istrinya, wanita ini justru menganggap hasil "pembacaan" tersebut sangat serius.
Ia percaya sepenuhnya pada hasil ramalan dari ChatGPT dan tidak berusaha meminta klarifikasi dari suaminya.
Ia langsung meminta suaminya keluar dari rumah dan memberi tahu anak-anak mereka bahwa ia akan menggugat cerai.
Melansir TechRadar, tiga hari setelah peristiwa itu, sang suami mengaku menerima surat gugatan cerai dari pengadilan.
Ia mengaku terkejut karena alasan perceraian tersebut adalah hasil dari "ramalan" AI ChatGPT berbasis foto ampas kopi.
Baca juga: Begini, Cara Membuat Gambar Bergaya Studio Ghibli Hanya Dengan Deskripsi di ChatGPT!
Secara Hukum, Ramalan AI Sulit Dijadikan Bukti
Masih dari TechRadar, para pakar menyebut bahwa kasus ini tidak bisa dijadikan preseden hukum.
Pasalnya, belum ada aturan resmi yang mengatur bahwa ramalan dari kecerdasan buatan dapat dijadikan alat bukti sah di pengadilan.
Selain itu, ChatGPT sendiri tidak dilatih untuk melakukan tasseografi atau metode ramalan apa pun.
Kemampuannya dalam merespons gambar berbasis pola hanyalah hasil dari proses analisis umum terhadap bentuk visual, bukan hasil pelatihan khusus untuk membaca simbol spiritual atau budaya.
Artinya, narasi yang dihasilkan AI lebih menyerupai spekulasi kreatif daripada pernyataan faktual. OpenAI dibuat sebagai pengembang ChatGPT juga sudah memperingatkan bahwa model AI mereka.
Termasuk GPT-4 dan versi lainnya, bisa mengalami halusinasi AI, yaitu menghasilkan informasi yang tidak akurat atau bahkan sepenuhnya fiktif, namun disampaikan secara meyakinkan.
Hal ini bisa menyesatkan pengguna jika pengguna tidak memahami batasan teknologi tersebut.
Baca juga: Berhasil Membuka Babak Baru, Liang Wenfeng Pendiri AI DeepSeek asal Cina Bisa Mengalahkan ChatGPT
Fenomena Kepercayaan Berlebihan pada Teknologi
Kisah ini menyoroti fenomena kepercayaan berlebihan terhadap teknologi, terutama AI.
Melansir dari Kompas, dalam banyak kasus, AI memang dapat memberikan bantuan yang akurat dan berguna, namun tetap ada batasan besar dalam konteks penalaran, etika, dan pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan pribadi seseorang.
Mengutip pendapat dari pakar teknologi yang diwawancarai oleh TechRadar, penggunaan AI seharusnya tidak menggantikan komunikasi dan akal sehat dalam hubungan manusia.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa secanggih apapun teknologi, kita tetap perlu bijak dalam menggunakannya.
ChatGPT dan teknologi AI lainnya adalah alat bantu yang bisa sangat bermanfaat, tetapi bukan sumber kebenaran absolut.
Terlebih lagi, informasi dari AI tidak boleh dijadikan dasar tunggal dalam mengambil keputusan besar yang menyangkut hubungan, keluarga, dan masa depan seseorang.
(Serambinews.com/Gina Zahrina)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.