Banda Aceh

Guru Besar FK USK Gelar Aksi Tolak Sejumlah Kebijakan Pemerintah, Termasuk soal Kolegium Kedokteran

"Kami menolak penghancuran identitas independensi kolegium kedokteran sebagai badan yang membuat kebijakan pendidikan...

Penulis: Sara Masroni | Editor: Eddy Fitriadi
SERAMBINEWS.COM/SARA MASRONI
GELAR AKSI - Koordinator Aksi, Prof Dr dr Kurnia Fitri Jamil MKes SpPD-KPTI FINASIM didampingi Prof Dr dr Azharuddin SpOT K-Spine FICS dan Dekan FK USK, Dr dr Safrizal Rahman MKes SpOT bersama sejumlah guru besar fakultas setempat saat menggelar "Aksi Keprihatinan: Nasib Pendidikan Kedokteran Indonesia" di halaman Gedung Dekanat, Selasa (20/5/2025). 

Laporan Sara Masroni | Banda Aceh 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sejumlah guru besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar "Aksi Keprihatinan: Nasib Pendidikan Kedokteran Indonesia" di halaman Gedung Dekanat kampus setempat, Selasa (20/5/2025).

Koordinator Aksi, Prof Dr dr Kurnia Fitri Jamil MKes SpPD-KPTI FINASIM dalam orasinya menyampaikan kritikan terhadap sejumlah kebijakan, salah satunya terkait kolegium atau pengampu disiplin ilmu di kedokteran yang sebelumnya berada di bawah naungan organisasi profesi, kini berada dalam naungan Kementerian Kesehatan.

"Kami menolak penghancuran identitas independensi kolegium kedokteran sebagai badan yang membuat kebijakan pendidikan," ucap Prof Kurnia dalam orasinya didampingi Prof Dr dr Azharuddin SpOT K-Spine FICS dan Dekan FK USK, Dr dr Safrizal Rahman MKes SpOT.

Para guru besar di FK USK juga menyuarakan penolakan terhadap birokrasi yang melemahkan integritas rumah sakit sebagai wahana pendidikan, menolak pelemahan peran universitas sebagai pengelola pendidikan kedokteran.

"Kami menolak kebijakan yang mengabaikan prinsip ilmiah dan mutu pendidikan tenaga medis, kami menolak pendekatan sepihak yang tidak melibatkan fakultas kedokteran sebagai garda terdepan pendidikan dokter," ucap Prof Kurnia.

Dikatakan, pihaknya tidak anti perubahan, tapi menolak manipulasi. Tidak anti reformasi, tapi menuntut transparansi. 

"Kami tidak ingin melihat pendidikan dokter hanya jadi ladang eksperimen ego sektoral yang menafikan kemanusiaan, dan mengorbankan kualitas demi pencapaian angka diatas kertas," kata Prof Kurnia.

"Kami para guru besar berdiri di sini bukan untuk melawan pemerintah, tapi untuk menyadarkan bahwa bangsa ini tidak akan sehat tanpa dokter yang baik. Bahwa dokter yang baik lahir dari pendidikan yang bermutu tinggi dan pendidikan yang baik hanya bisa lahir dari kolaborasi, bukan dominasi," pungkasnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved