Tragis! Bocah Kelas 2 SD di Indragiri Hulu Riau Tewas Muntah Darah, Ternyata Dipukuli 5 Kakak Kelas

Seorang murid kelas 2 SD) berinisial KB (8) di Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, meninggal dunia akibat dianiaya

Editor: Faisal Zamzami
Istimewa
KEKERASAN - Seorang murid kelas dua sekolah dasar (SD) berinisial KB (8) di Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, meninggal dunia diduga akibat dianiaya oleh lima orang kakak kelasnya. 

SERAMBINEWS.COM -  Nasib pilu menimpa seorang murid kelas dua sekolah dasar (SD) berinisial KB (8) di Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau.

KB (8)  meninggal dunia diduga akibat dianiaya oleh lima orang kakak kelasnya. 

Kematian K (8) seorang bocah yang duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar di Kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu Riau diduga tak wajar. 

Orang tua korban mengambil langkah hukum dengan melaporkan teman-teman sebaya korban yang sebelumnya terlibat cekcok dan diduga menganiaya korban.

Orangtua korban telah melapor ke polisi untuk mengusut penyebab kematian anaknya.

Korban meninggal dunia diduga akibat menerima perundungan dari tiga kakak kelasnya.

Oleh kakak kelasnya, korban dijadikan samsak hidup, dianiaya hingga sering tak masuk sekolah karena sakit, muntah darah dan tewas. 

Kasus ini dilaporkan oleh ibu kandung korban berinisial SYS (30), yang mengungkapkan dugaan adanya kekerasan fisik dan perundungan yang dialami anaknya.

Polisi tengah menyelidiki kasus tewasnya seorang murid kelas dua sekolah dasar (SD) berinisial KB (8) di Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau.

Kapolres Inhu, AKBP Fahrian Saleh Siregar, menjelaskan bahwa pihaknya sedang melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan menunggu hasil otopsi untuk mengungkap penyebab kematian korban.

"Otopsi dilakukan baru tadi malam. Kami masih menunggu hasil otopsi, biar tahu pasti apa penyebab korban meninggal dunia," ujar Fahrian kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (27/5/2025).

Baca juga: Kronologi Siswa SMA Taruna Nala Malang Dianiaya Senior, Mata Kanan Robek hingga Tubuh Memar

Kronologi Kejadian

Kronologi kejadian bermula pada Rabu (21/5/2025), sekitar pukul 20.25 WIB, ketika Siska menghubungi wali kelas korban, Febri, melalui WhatsApp.

 Ia mengungkapkan keluhan anaknya yang merasa sakit pada bagian perut dan mengalami pembengkakan.

Ibu korban juga menyatakan bahwa ia mengetahui adanya pemukulan dan perundungan (bullying) yang diduga dilakukan oleh kakak kelasnya.

Meskipun awalnya korban tidak mau mengaku menjadi korban pemukulan, seorang temannya berinisial RO memberitahu bahwa RB telah memukulinya.

Ibu korban berupaya mencari solusi melalui wali kelasnya, mengingat kondisi anaknya yang terlihat membungkuk akibat kesakitan.

Korban juga mengaku sering dirundung karena perbedaan agama, yang membuat ayahnya marah.

Febri, sebagai wali kelas, mengaku tidak mengetahui kejadian pemukulan tersebut, namun ia melaporkan informasi itu kepada kepala sekolah.

Pada Jumat (23/5/2025), kepala sekolah Sutarno memanggil para pelaku untuk melakukan mediasi dan perdamaian.

Dalam mediasi tersebut, orangtua korban juga hadir dan mencapai kesepakatan damai, meskipun kondisi korban masih dalam keadaan membungkuk akibat sakit.

Namun, pada Senin (26/5/2025), sekitar pukul 02.30 WIB, wali kelas Eka Juliarti dihubungi oleh orangtua korban yang meminta untuk melayat karena korban telah meninggal dunia.

Tak terima dengan kematian anaknya yang diduga akibat dipukuli, orangtua korban melaporkan kejadian ini ke Polsek Seberida agar para pelaku diproses hukum.

Kapolres Inhu mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan medis sementara, ditemukan beberapa tanda kekerasan di tubuh korban.

Lima orang terduga pelaku yang terlibat dalam kasus ini masing-masing berinisial HM (12), RK (13), MJ (11), DR (11), dan NN (13).

Kasus ini kini masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian.

 

Baca juga: Kronologi Bripda A Dianiaya 6 Senior di Barak Polres Baubau, Organ Dalam Bocor, Dirujuk ke Makassar

Pengakuan Ayah Korban

Ayah korban, Gimson Butar-butar mengungkapkan kejadian perundungan tersebut terjadi pada Senin (19/5/2025).

"Kejadian itu hari Senin, tapi saya baru tahunya hari Selasa," ujar Gimson.

Gimson mengaku sejumlah luka lebam terlihat di bagian tubuh korban berinisial C.

Luka lebam tersebut diduga akibat penganiayaan yang dilakukan oleh kakak kelas korban

"Selain luka lebam, anak saya juga sering mengeluh sakit," ungkap Gimson.

Karena itu, Gimson menemui pihak sekolah dan melaporkan soal kejadian perundungan yang dialami anaknya.

Mediasi kemudian dilakukan pada Rabu (21/5/2025) malam.

Saat mediasi, empat orang siswa kelas 5 di SD tersebut yang diduga terlibat perundungan turut dihadirkan.

"Mereka mengaku bahwa mereka yang memukul anak saya," ujar Gimson.

Usai mediasi, Gimson mengatakan semenjak kejadian tersebut, kondisinya anaknya semakin memburuk.

"Kondisi anak saya semakin memburuk bahkan sampai muntah darah, makanya hari Minggu kemarin saya bawa ke klinik," ujar Gimson.

Namun malang tidak dapat terelekan, korban meninggal dunia pada Senin (26/5/2025) dini hari setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Indrasari Rengat.

Atas kejadian tersebut, pihak keluarga melaporkan peristiwa perundungan ini ke aparat Kepolisian.

Pantauan Tribunpekanbaru.com pada Senin (26/5/2025) sore, tim forensik Polda Riau masih melakukan proses otopsi.

Sementara pihak keluarga korban ramai menunggu proses autopsi di luar kamar mayat RSUD Indrasari Rengat. 

Kata Kepala Sekolah

Kepala Sekolah Benarkan Siswa Kelas 2 SD di Inhu Jadi Korban Perundungan Kakak Kelas
Dugaan perundungan dialami C, seorang siswa kelas 2 di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) dibenarkan oleh Kepala Sekolah SD tersebut.

Kepala Sekolah SD berinisial S mengatakan dirinya mendapat laporan dari orang tua siswa pada Jumat (23/5/2025).

"Saya sudah panggil tiga siswa yang kemarin disebut melakukan perundungan, mereka akui kejadiannya udah lama sebelum tanggal 5 Mei 2025," ujar S.

S juga mengakui bahwa ketiga orang kakak kelas tersebut tidak bersamaan melakukan perundungan.

"Mereka bilang bukan satu hari sekaligus, tapi beda-beda harinya. Ada yang mengaku hanya memukul tangan ada yang mengaku memukul punggungnya, tidak ada bagian perutnya," ungkap S.

S mengatakan setelah menerima perundungan itu, C tidak pernah melapor ke wali kelas atau pihak sekolahnya.

Namun belakangan C sering tidak masuk sekolah. Hingga kemudian orangtua siswa datang melapor ke wali kelas.

Saat ini pihak kelurga sudah melaporkan kejadian ini ke pihak Kepolisian. 

Korban meninggal dunia pada Senin (26/5/2025) dini hari setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Indrasari Rengat.

Pantauan Tribunpekanbaru.com pada Senin (26/5/2025) sore, tim forensik Polda Riau masih melakukan proses autopsi. 

Sementara pihak keluarga korban ramai menunggu proses otopsi di luar kamar mayat RSUD Indrasari Rengat. 

Baca juga: Cek Midi Terima Kunjungan Silaturahmi Tim Maemuna Center Indonesia di Rumoh Manuskrip Aceh

Baca juga: Penyebab Ledakan Disertai Kebakaran SPBU di Yogyakarta, Warga Terpental 10 Meter, 8 Orang Terluka

Baca juga: Bacok Jaksa, Alpa Patria Ngaku Sering Diperas Korban, Pernah Setor 130 Juta, Kejagung Membantah

 

Sebagian Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dan TribunPekanbaru

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved