Breaking News

OPM Tembak Mati 2 Warga Sipil Saat Bangun Gereja di Jayawijaya, Kecaman Pemda hingga Pemuka Agama

Kedua korban yakni Rahmat Hidayat (45) dan Saepudin (39), warga asal Purwakarta, Jawa Barat.

Editor: Faisal Zamzami
Tribunnews.com/Reynas
KORBAN PENEMBAKAN KKB - Dua jenazah pekerja sipil yang menjadi korban penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kampung Kwantapo, Distrik Asotipo, Kabupaten Jayawijaya diterbangkan ke kampung halaman, Kamis (5/6/2025). 

Wakil Bupati Jayawijaya, Ronny Elopere menegaskan aksi OPM tersebut adalah bentuk nyata terorisme dan pelanggaran berat terhadap nilai-nilai agama dan kemanusiaan.

Ronny menyatakan apa yang dilakukan OPM merupakan pembunuhan terhadap orang asli Papua, sehingga masyarakat hidup dalam bayang-bayang ketakutan. 

“Banyak yang khawatir kelompok separatis akan kembali melakukan serangan serupa. Namun, seruan untuk tidak menyerah dan tetap bersatu menggema dari para tokoh,” ujar Ronny dalam keterangannya, Kamis (5/6/2025).

Namun orang asli Papua lanjutnya, tidak akan diam. Pemerintah daerah akan berkoordinasi dengan TNI-Polri untuk mengusut tuntas kejadian memilukan itu.

 
“Namun kami, orang asli Papua tidak akan diam. Sekali lagi tindakan OPM ini bukan perjuangan melainkan pembunuhan. Kami akan bersinergi dengan TNI-Polri untuk mengusut tuntas,” katanya.

Pendeta Eduard Su selaku Ketua Klasis Baliem Yalimo, mengatakan serangan OPM ke gereja, bukan hanya serangan terhadap manusia, tetapi juga penghinaan terhadap tempat suci.

Ia mengecam tindakan OPM yang tidak lagi bisa ditoleransi, karena sudah melampaui batas-batas kemanusiaan dan norma keagamaan.

Eduard pun menyatakan kebrutalan OPM, meninggalkan trauma di hati masyarakat yang sedang membangun rumah Tuhan sebagai simbol perdamaian dan persatuan.

“Gereja adalah tempat mencari kedamaian, bukan medan darah. Tindakan OPM ini jelas melecehkan dan menghina gereja, apalagi mereka tak segan-segan membunuh 2 warga kita yang sedang membangun rumah tuhan,” kecam Eduard.

Kejadian ini menambah panjang daftar kekejaman OPM terhadap warga sipil, khususnya orang Papua asli. 

Katanya, tragedi berdarah ini harus menjadi momentum kebangkitkan semangat masyarakat Papua untuk melawan teror OPM dengan keberanian dan bersandar pada iman.

“Sudah cukup penderitaan yang mereka (OPM) timbulkan. Saatnya kita bersatu, menolak kekerasan dan berdiri teguh untuk perdamaian," Pendeta Eduard.

Sementara itu, warga asli Papua, Markus Murib, yang berhasil selamat dalam kejadian terorisme itu mengaku sempat melihat keberutalan anggota OPM pimpinan Egianus Kogoya saat menembaki warga dengan senapan mesin sesaat sebelum dirinya melarikan diri bersama warga lainnya.

“Kami hanya rakyat kecil yang ingin hidup damai. Kami tidak ingin jadi korban dari konflik yang bukan milik kami,” kata Markus.

Murib tak menyangka OPM saat ini menargetkan gereja sebagai sasaran teror mereka, bahkan secara keji menyerang dan membunuh warga.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved