Berita Subulussalam
Ikan Sungai Lae Batu-batu Subulussalam Kembali Mabuk Massal, Diduga Akibat Pencemaran Limbah Pabrik
Dalam rekaman itu tampak ikan bangsa Siluriformes atau kelompok ikan berkumis atau lazim disebut baung dan temabu.
Laporan Khalidin Umar Barat | Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Kasus ikan mabuk dan mati kembali terjadi di aliran Sungai Lae Batu-Batu, Kota Subulussalam.
"Kemarin ikan-ikan kembali mabuk dan mati massal di Sungai Lae Batu-batu," kata Muzit Maha kepada Serambinews.com, Minggu (15/6/2025).
Muzir mengaku mendapat informasi ikan mabuk dan mati di aliran Sungai Lae Batu-batu kawasan Rikit, sekitar pukul 12.00 WIB.
Warga juga merekam ikan-ikan yang tampak mengapung mabuk ke permukaan air sungai.
Dalam rekaman itu tampak ikan bangsa Siluriformes atau kelompok ikan berkumis atau lazim disebut baung dan temabu.
Kasus ikan mabuk dan mati massal ini kembali dikaitkan dengan dugaan tercemarnya sungai akibat limbah pabrik minyak kelapa sawit.
Sebab, menurut Muzir, laporan warga di lokasi ikan mabuk dan mati tampak berminyak dan keruh kegelapan.
Sebelumnya, peristiwa ikan mati secara massal terjadi di Kota Subulussalam pada Rabu-Kamis (7-8/5/2025), di aliran Sungai Lae Batu-Batu, mulai dari Kecamatan Sultan Daulat hingga Kecamatan Rundeng.
Ikan-ikan tersebut mati diduga kuat akibat Sungai Lae Batu-Batu yang bermuara di Kecamatan Rundeng tercemar limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS).
Menurut informasi, sejak peristiwa yang terjadi pada tanggal 7-8 Mei 2025 itu hingga sekarang, masyarakat dan nelayan nyaris tiap hari menemukan ikan mati secara massal.
Kejadian ini memicu protes dari warga dan nelayan yang merasa dirugikan akibat matinya ikan-ikan air tawar yang notabene sebagai usaha mereka.
Gelombang protes dilancarkan hingga aksi unjuk rasa ke Kantor Wali Kota Subulussalam menuntut pertanggungjawaban PMKS yang dicurigai terkait pencemaran tersebut.
Belakangan, warga makin dikecewakan oleh hasil uji laboratorium sampel air Sungai Lae Batu-Batu yang dilakukan oleh pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Subulussalam.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Subulussalam menyimpulkan jika air Sungai Lae Batu-Batu masih baik atau tidak tercemar.
Kesimpulan itu tertuang dalam telaah staf yang dikeluarkan DLHK Kota Subulussalam, Rabu (28/5/2025), menyikapi hasil uji aboratorium terhadap sampel air Sungai Lae Batu-Batu (daerah Belintang), Lae Sarkea, Lae Raso (Singgersing), Hilir Lae Rikit (Dusun Rikit), Median Lae Rikit, dan Hulu Lae Rikit.
Telaah staf tersebut bernomor: 66/80/DLHK/2025 tentang Analisis Data dari Hasil Uji Laboratorium Balai Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJT) Banda Aceh terhadap sampel yang diambil pada tanggal 7 Mei 2025, meliputi Hulu Lae Rikit, Lae Sarkea, Hilir Lae Rikit, Median lae Rikit, Lae Raso (Singgersing), Sungai Baltu-Batu (Belintang) dugaan pencemaran PMKS PT Mandiri Sawit Bersama (MSB).
Dijelaskan dia, berdasarkan hasil analisa kualitas air Sungai Lae Batu-Batu (Belintang), Lae Sarkea, Lae Raso Singgersing), Hilir Lae Rikit, Median Lae Rikit, dan Hilir Lae Rikit dengan baku mutu air sungai kelas 3 dan 4 sesuai PP RI Nomor 22 Tahun 2021.
Maka semua parameter yang diuji masih berada di bawah baku mutu air sungai kelas 3, sehingga kualitas air sungai tersebut masih baik atau tidak tercemar.
Parameter kualitas air yang dipengaruhi oleh air limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit berdasarkan PermenLHK Nomor 5 Tahun 2014 adalah pH, TSS, BODS, COD, minyak, dan lemak, serta N-Total.
Sehingga untuk mengatakan suatu air sungai telah tercemar oleh sebuah pabrik minyak kelapa sawit dapat dilihat dari kadar parameter tersebut apakah melebihi baku mutu atau tidak.
Sementara dari hasil uji laboratorium yang telah dilakukan yakni kadar parameter pli, TSS, BOD5, COD, minyak dan lemak, serta N-Total pada lokasi Hilir.
Air Sungai Lae Rikit dari titik rencana pembuangan air limbah PMKS PT Mandiri Sawit Bersama (MSB) masih berada di bawah baku mutu air sungai.
Hal ini diprotes warga dengan cara memperlihatkan kondisi Sungai Lae Batu-Batu yang telah rusak akibat pencemaran sebagaimana postingan akun facebook Jarir Munthe Mabat.
Dalam postingan siaran langsung, Akun Facebook Jarir Munthe Mabat merekam kondisi air Sungai Lae Batu-Batu penuh dengan gumpalan mirip jelly yang diduga adalah limbah pabrik.
"Buka mata kalian lebar-lebar, siapa bilang Sungai Lae Batu-Batu baik-baik saja, lihat ini sudah rusak. Siapa yang tak percaya coba minum airnya," kata perekam dengan nada kesal.
Secara terpisah, masyarakat dan nelayan Kota Subulussalam mendesak Wali Kota Haji Rasyid Bancin atau HRB agar segera menonaktifkan Kepala dan Kabid Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) setempat.
Desakan itu disampaikan Hasbi Bancin, warga Kecamatan Rundeng kepada Serambinews.com, Kamis (29/5/2025), menanggapi hasil uji laboratorium air Sungai Lae Batu-Batu yang diduga tercemar oleh limbah dari Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS).
Menurut Hasbi, warga dan nelayan meragukan hasil uji lab air maupun ikan yang dilaksanakan oleh pihak DLHK Subulussalam.
Kecurigaan tersebut diakui sejak awal apalagi saat mendapat pemberitaan jika sampel air dan ikan dikirim seperti paket biasa dan tujuannya bukan ke lembaga lab namun personal.
"Kami dari nelayan dan masyarakat Desa Muara Batu-Batu sudah jauh hari tidak percaya dengan hasil uji lab dan kami duga ada permainan di dalamnya itu, sudah terlihat mulai dari pengirimannya yang tidak realistis dan tidak secara prosedural," kata Hasbi.
Terbukti, urai Hasbi, saat hasil uji lab keluar dinyatakan air Sungai Lae Batu-Batu tidak tercamar padahal sampai Kamis (29/5/2025), kasus ikan mati masih terjadi.
"Sampai hari ini masih ada kasus ikan mati massal di Sungai Batu-Batu, kalau tak percaya silakan turun ke lapangan," tegas Hasbi.
Terhadap hal ini, Hasbi menegaskan sebagai masyarakat dan nelayan meminta Wali Kota Subulussalam HRB agar menonaktifkan kepala dan kabid DLHK dan Kota Subulussalam.
Penonaktifkan tersebut, menurut Hasbi, penting agar nanti ada pengambilan sampel air dan ikan mati untuk diuji kembali ke laboratorium.
"Kalau tidak dinonaktifkan maka tetap saja nanti hasilnya sia-sia, karena kami tidak percaya lagi kepada kedua orang tersebut," tegas Hasbi.
Hasbi berharap agar Wali Kota Subulussalam segera menindak tegas atas keluhan-keluhan dari rakyat.
Hasbi mengaku tidak ingin karena kesalahan dari DLHK Wali Kota Subulussalam menjadi sasaran.
Terakhir, Hasbi menyatakan, bahwa mereka warga dan nelayan akan melakukan aksi lanjutan terkait hasil laboratorium tersebut.(*)
ikan mati massal
Sungai Lae Batu-Batu
mabuk massal
Pencemaran Lingkungan
limbah pabrik
Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS)
Subulussalam
Serambinews.com
Serambi Indonesia
Antoni Berampu Kembali Jabat Ketua PGRI Kota Subulussalam |
![]() |
---|
Banleg DPRK Rampungkan Raqan RPJMD, Tampung Visi Misi Walkot Subulussalam dan Penuntasan Defisit |
![]() |
---|
Investor China Tertarik Paparan HRB di Surabaya, Siap Turun Berinvestasi ke Kota Subulusalam |
![]() |
---|
Rawan Kecelakaan, Jalur Singgersing Subulussalam Butuh Penanganan Serius Pemerintah |
![]() |
---|
Pos AHASS TEFA Diresmikan di SMKN 1 Simpang Kiri Subulussalam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.