Kapal Induk USS Nimitz Milik AS Matikan Sinyal Lintasi Aceh Ke Timur Tengah, Bakal Serang Iran?

USS Nimitz (CVN-68) juga masih terpantau oleh nelayan berada di perairan Meureudu, Pidie Jaya, Aceh pada 20 Juni 2025. 

Editor: Faisal Zamzami
US NAVY/NAVY MEDIA CONTENT SERVICE
Kapal induk milik Amerika Serikat (AS), USS Nimitz (CVN-68), dilaporkan mematikan sinyal atau sistem pelacak otomatis (transponder) saat berlayar di wilayah perairan antara Indonesia dan Malaysia menuju Timu Tengah (Timteng). (US NAVY/NAVY MEDIA CONTENT SERVICE (NMCS) 

SERAMBINEWS.COM - Kapal induk milik Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Nimitz (CVN-68), menjadi perhatian publik setelah Amerika Serikat menyerang tiga fasilitas utama nuklir Iran pada Minggu (22/06/2025).

Kapal induk AS, USS Nimitz (CVN-68) dilaporkan mematikan sistem transponder saat melintasi wilayah perairan wilayah Aceh, Indonesia.

Kapal induk USS Nimitz (CVN-68), terpantau berada di perairan Meureudu, Pidie Jaya, Aceh pada 20 Juni 2025, sebelum mematikan transponder dan tak lagi dapat dilacak.

Sebuah video yang diduga direkam oleh nelayan lokal yang memperlihatkan sebuah kapal induk raksasa Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Nimitz, melintasi perairan Aceh (Selat Malaka) viral di media sosial (medsos).

Dalam video yang beredar, terlihat USS Nimitz berlayar dengan kecepatan tinggi.

Disebut-sebut lebih dari 30 knot, melewati laut Aceh dan Selat Malaka pada Selasa, 17 Juni 2025.

USS Nimitz (CVN-68) juga masih terpantau oleh nelayan berada di perairan Meureudu, Pidie Jaya, Aceh pada 20 Juni 2025. 

Kapal induk itu disebut-sebut hendak menuju Timur Tengah di tengah perang Iran dan Israel.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama, Tunggul mengatakan status Selat Malaka adalah strait used for international navigation.

Artinya, Selat Malaka memiliki status sebagai perairan yang digunakan untuk pelayaran internasional.

Tunggul menjelaskan USS Nimitz terpantau terakhir mengaktifkan Automatic Identification System (AIS) pada posisi traffic separation scheme (TSS) tepatnya Utara Belawan pada 3 hari lalu atau 17 Juni 2025.

"Sehingga berlaku hak lintas damai sesuai dengan Unclos 82 dan history track USS Nimitz terpantau mulai dari Laut Natuna Utara," kata Tunggul saat dihubungi, Jumat (20/6/2025).

Ia mengatakan TNI AL terus memantau kapal-kapal yang melintas di Indonesia, khususnya Selat Malaka.

"Pemantauan baik menggunakan sistem surveillance maupun unsur-unsur patroli terhadap seluruh kapal yang melintas di Perairan Selat Malaka," ujarnya.

Baca juga: Lintasi Laut Aceh Tanpa Terdeteksi, Ini Spek Kapal Induk AS USS Nimitz, Punya Sistem Tempur Canggih

Terpisah, Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi mengatakan, sebagaimana ketentuan dalam Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982, kapal asing, termasuk kapal perang memiliki hak untuk melintasi perairan negara lain.

"Boleh melintas tanpa harus meminta izin kepada negara yang dilintasi," kata Kristomei dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/6/2025).

Kendati tak harus meminta izin negara yang dilintasi, Kristomei menjelaskan, kapal tersebut harus tetap mematuhi aturan pelayaran internasional, terutama tidak membahayakan keamanan wilayah yang dilintasi.

Karenanya, kata dia, masyarakat tidak perlu khawatir jika kapal induk milik negeri Abang Sam itu melintasi wilayah perairan Indonesia selagi tak melakukan aktivitas yang mengganggu keamanan. 

"TNI juga mengawasi pergerakan kapal tersebut untuk memastikan situasi tetap kondusif," ujarnya.

Kendati begitu, mantan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat itu tak mengetahui pasti alasan kapal induk USS Nimitz melintasi perairan Aceh.

Ia menjelaskan, USS Nimitz terpantau melintas dari Laut Cina Selatan menuju Selat Singapura, Selat Malaka-perairan Aceh, dan melanjutkan ke Samudera Hindia.

 "Yang terpenting tidak mengganggu perairan dan keamanan wilayah," ucap Kristomei.

Kapal induk AS, USS Nimitz, terpantau meninggalkan perairan Laut China Selatan pada Senin (16/6/2025) pagi ke arah barat, ke kawasan Timur Tengah, saat konflik antara Israel dan Iran memanas. Kapal induk AS ini bahkan membatalkan jadwal kunjungan ke pelabuhan Vietnam.

Baca juga: Perkuat Pasukan di Timur Tengah, Kapal Induk Amerika Serikat USS Nimitz Lintasi Perairan Aceh

Pergerakan terbaru USS Nimitz itu, seperti dilansir Reuters, Senin (16/6/2025), didasarkan pada data yang dirilis situs pelacakan kapal Marine Traffic.

Menurut data Marine Traffic, kapal USS Nimitz bergerak ke arah barat menuju Timur Tengah pada Senin (16/6) pagi waktu setempat.

Pergerakan terbaru kapal induk AS ini terdeteksi saat pertempuran sengit terjadi antara Israel dan Iran beberapa hari terakhir.

Dilansir Antara, kapal induk AS USS Nimitz (CVN-68) tersebut diyakini tengah menuju kawasan Timur Tengah untuk memperkuat postur pertahanan AS di tengah eskalasi antara Iran dan Israel.

Menurut koordinat terakhir yang terekam pada Senin (17/6/2025), pukul 02.03 GMT (pukul 09.03 WIB), kapal tersebut berada di perairan antara Malaysia dan Indonesia, mengikuti jalur 313 derajat dengan kecepatan 19 knot.

Tujuan kapal induk tersebut tidak disebutkan dalam sistem Marine Vessel Traffic, tetapi dilihat dari arah pergerakannya, kelompok penyerang kapal induk Nimitz mungkin sedang menuju Teluk Persia. 

Seorang pejabat pertahanan AS pada Selasa (17/6/2025) mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth telah mengarahkan untuk memindahkan kelompok penyerang kapal induk Nimitz ke Area Tanggung Jawab Komando Pusat guna mempertahankan postur pertahanan AS di Timur Tengah dan menjaga personel Amerika.

 

 

Pengamat Militer: Bukan Hal Baru

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berpandangan melintasnya kapal induk Amerika Serikat (AS) USS Nimitz (CVN-68) di perairan Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru.

Khairul menyampaikan, fenomena ini merupakan bagian dari dinamika rutin lalu lintas militer.

"Saya melihat ini sebagai bagian dari dinamika rutin lalu lintas militer di jalur laut strategis. Kapal induk seperti USS Nimitz adalah bagian dari sistem proyeksi kekuatan global AS. Melintasi perairan strategis seperti Selat Malaka dan perairan Aceh, bukanlah hal baru," ujar Khairul kepada Kompas.com, Jumat (20/6/2025) malam.

Khairul menjelaskan, yang membuat perhatian terhadap kapal induk AS ini meningkat adalah dimatikannya sinyal AIS (Automatic Identification System).

Menurut Khairul, pada kapal komersial, AIS memang diwajibkan aktif. Namun, untuk kapal perang/militer, hal tersebut tidak menjadi kewajiban.

 "Mereka tunduk pada aturan tersendiri, bahkan sering kali dinonaktifkan dalam operasi untuk alasan operational security," ucapnya.

Maka dari itu, ketika kapal induk USS Nimitz melintas tanpa AIS, ada kemungkinan mereka sedang dalam 'mode operasi' dan bukan sekadar transit.

Lagi pula, lanjut Khairul, kapal ini memang berhak melintas damai (innocent passage) dan tidak membutuhkan izin transit dari Indonesia selama mengikuti Regulasi UNCLOS tentang perairan internasional dan tidak mengancam kedaulatan.

Lantas, kenapa matikan sinyal?

Khairul menduga ada sejumlah alasan kenapa kapal induk AS itu mematikan sinyal mereka ketika melewati perairan Indonesia.

Misalnya seperti untuk menjaga kerahasiaan operasi militer, menghindari pelacakan terbuka oleh pihak-pihak yang mungkin bermusuhan, hingga menghindari kemungkinan gangguan baik fisik maupun siber.

Sebab, dalam beberapa kasus, tindakan semacam ini juga bagian dari pola uji reaksi sistem pengawasan negara lain di jalur lintasan.

"Jadi ini bukan sekadar bermaksud menyembunyikan diri, tapi ini juga bagian dari protokol militer standar. Yang jelas, dari jejak pelayaran USS Nimitz, sangat mungkin mereka tengah menuju kawasan konflik di Timur Tengah, mengingat eskalasi Israel-Iran yang sedang berlangsung," tegas Khairul.

 

TNI AL perlu waspada atau tidak?

Khairul mengatakan, dalam dunia militer dan keamanan maritim, kewaspadaan adalah bagian dari prosedur tetap, bukan melulu harus karena ada ancaman.

Khairul mengingatkan kewaspadaan memang menjadi protokol standar dalam menjaga kedaulatan dan pengawasan perairan.

Dalam kasus USS Nimitz ini, Khairul menyebut TNI AL telah bertindak sesuai prosedur, yakni memantau pergerakan kapal sejak masuk ke wilayah pengawasan Indonesia, meskipun kapal tersebut mematikan sistem AIS-nya.


"Yang dilakukan TNI AL ini bukan karena ada kecurigaan khusus, melainkan memang bagian dari sistem maritime domain awareness yang dijalankan secara berkelanjutan," kata Khairul.

"Mereka memantau pergerakan USS Nimitz sejak dari Laut Natuna hingga perairan Aceh, meskipun kapal tersebut mematikan AIS-nya. Ini menunjukkan bahwa sistem pengawasan maritim Indonesia bekerja dengan baik, dan tidak ada indikasi pelanggaran terhadap kedaulatan atau tindakan yang membahayakan," sambungnya.

Dengan demikian, Khairul menekankan, tidak ada alasan untuk membesar-besarkan situasi ini sebagai ancaman.

Akan tetapi, Khairul mengingatkan Indonesia tetap harus menjaga sistem pemantauan laut dan jalur pelayaran utamanya.

"Tindakan TNI AL yang terus mengikuti perkembangan secara teknis dan diplomatis sudah mencerminkan prinsip Indonesia sebagai negara yang bebas-aktif, tidak reaktif, tapi juga tidak lengah," imbuh Khairul.

 

Kapal induk AS matikan sinyal, diduga bergerak ke Timur Tengah

Sebelumnya, kapal induk Amerika Serikat USS Nimitz (CVN-68) dilaporkan mematikan transpondernya dan berhenti mengirimkan sinyal lokasi, berdasarkan data pelacakan dari Marine Vessel Traffic.

Tindakan ini memicu spekulasi mengenai misi militer yang tengah dijalankan kapal tersebut, terutama di tengah meningkatnya ketegangan Iran dan Israel.

Sinyal terakhir kapal induk tersebut diterima pada 17 Juni 2025 pukul 02:03 GMT atau pukul 09:03 WIB.

Saat itu, USS Nimitz berada di antara perairan Malaysia dan perairan Indonesia, melaju pada jalur 313 derajat dengan kecepatan 19 knot. Setelah itu, lokasi kapal tidak lagi dapat dilacak secara publik.

Meski tidak diumumkan secara resmi, arah pelayaran USS Nimitz menunjukkan kemungkinan besar kapal ini bergerak ke kawasan Teluk Persia.

Teluk Persia ialah perpanjangan Teluk Oman di antara Jazirah Arab dan Iran

Hal ini diperkuat oleh pernyataan seorang pejabat pertahanan AS kepada kantor berita RIA Novosti bahwa Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth telah menginstruksikan pemindahan kelompok penyerang kapal induk Nimitz ke wilayah Komando Pusat AS.

Pengerahan USS Nimitz diyakini merupakan respons atas meningkatnya konflik antara Israel dan Iran.

Dalam beberapa minggu terakhir, ketegangan di kawasan tersebut meningkat tajam, mendorong AS untuk meningkatkan kehadiran militernya.

 

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved