Dedi Mulyadi Sebut Keponakannya Honorer, Gajinya Kalah Jauh Dibanding Hasil Dia Jualan Bala-bala

Oleh karena itu, Gubernur Dedi Mulyadi, menekankan pentingnya mengubah cara pandang masyarakat terhadap pekerjaan dan mendorong pemanfaatan lahan tidu

Editor: Mursal Ismail
Tribunnews.com/Mario Christian Sumampaow
UBAH CARA BERPIKIR - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan KASAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak dalam jumpa pers di kawasan perkebunan Agroforestry Gunung Hejo di Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (5/7/2025). Ia menyorot potret buram nasib tenaga honorer di Jawa Barat, namun juga meminta masyarakat mengubah cara berpikir bahwa bekerja bukan hanya di pabrik atau kantoran, namun juga melalui usaha sendiri, termasuk berjualan dan bertani. 

Oleh karena itu, Gubernur Dedi Mulyadi, menekankan pentingnya mengubah cara pandang masyarakat terhadap pekerjaan dan mendorong pemanfaatan lahan tidur serta pengembangan pertanian dan wirausaha. 

SERAMBINEWS.COM - Dalam kunjungannya ke Purwakarta, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyoroti ketimpangan kesejahteraan tenaga honorer yang bergaji rendah. 

Termasuk keponakannya yang hanya menerima Rp2 juta per bulan meski telah bekerja 15 tahun.

Ia membandingkan kondisi itu dengan penghasilan di sektor informal seperti UMKM kuliner, yang bisa mencapai Rp12 juta per bulan.

Misalnya kata Kang Dedi, keponakannya itu yang memperoleh penghasilan sejumlah tersebut dari hasil jualan bala-bala. 

Oleh karena itu, Gubernur Dedi Mulyadi, menekankan pentingnya mengubah cara pandang masyarakat terhadap pekerjaan dan mendorong pemanfaatan lahan tidur serta pengembangan pertanian dan wirausaha. 

Hal ini sebagai solusi nyata untuk menekan pengangguran dan memperkuat ekonomi desa.

Baca juga: Dedi Mulyadi Borong 2 Ton Melon Budidaya Warga Cirebon Rp 30 Juta, Langsung Dibagikan ke Masyarakat

Gubernur Jawa Barat menyampaikan hal ini saat berkunjung ke kawasan perkebunan Agroforestry Gunung Hejo, Purwakarta, Sabtu (5/7/2025).

Ia mencontohkan langsung kondisi keponakannya sendiri, yang sudah 15 tahun menjadi pegawai honorer di Pemda Purwakarta dengan gaji tetap Rp2 juta per bulan.

“Setiap minggu dia jualan bala-bala, sekali jual bisa dapat Rp3 juta. Jadi, dalam seminggu saja, pendapatan dari jualan makanan kecil itu bisa lebih besar daripada gaji bulanannya di Pemda,” ujar Dedi di hadapan awak media.

Dedi menyoroti ketimpangan antara upah tenaga honorer dan potensi penghasilan di sektor informal, terutama kuliner UMKM.

Ia menyebut, penghasilan keponakannya dari berjualan gorengan tradisional bisa menembus Rp12 juta per bulan, enam kali lipat dibanding gaji honorer.

Pernyataan Dedi ini menjadi sorotan karena menunjukkan realita pahit sebagian besar tenaga honorer di Jawa Barat.

Baca juga: Trending Topic: Jadwal Sepak Bola, Los Angeles Hingga Sherly Tjoanda Kunjungi Rumah Dedi Mulyadi

Data Badan Kepegawaian Negara (BKN) per Januari 2024 mencatat masih ada lebih dari 2,3 juta tenaga honorer aktif secara nasional, dengan mayoritas bergaji di bawah UMR.

Dedi juga menyinggung masalah pengangguran terselubung di Jabar yang terjadi karena masyarakat masih terpaku pada anggapan bahwa bekerja itu identik dengan masuk pabrik atau kantor.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved