Breaking News

Berita Banda Aceh

Kedokteran USK Berencana Tambah Prodi Sub-Spesialis, Dekan: Semoga Kita Bisa Masuk ‘Ring 1’

“Kalau kita sudah menambah itu artinya Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala sudah menyiapkan 4 prodi subspesialis, dengan Penyakit Dalam,"

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Dekan Fakultas Kedokteran USK, Dr dr Safrizal Rahman SpOT dalam pembukaan seminar internasional The 7th Aceh Surgery Update Meeting (ASUM), yang digelar di Banda Aceh, Sabtu (5/7/2025). 

Kedokteran USK Berencana Tambah Prodi Sub-Spesialis, Dekan: Semoga Kita Bisa Masuk ‘Ring 1’

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) berencana untuk membuka sejumlah program studi subspesialis guna memperkuat kapasitas layanan pendidikan kedokteran.

Rencana tersebut diungkapkan langsung oleh Dekan Fakultas Kedokteran USK, Dr dr Safrizal Rahman SpOT dalam pembukaan seminar internasional The 7th Aceh Surgery Update Meeting (ASUM), yang digelar di Banda Aceh, Sabtu (5/7/2025).

“Kami bertekad bahwa paling lambat di 2026 kita akan membuka tambahan pendidikan sub-spesialis. Dan target, salah satu target utamanya adalah di bagian bedah,” ujarnya.

Tak hanya itu, pihaknya juga berencanan menambah prodi sub-spesialis bagian obstetri ginekologi dan sub-spesialis bagian jantung. 

“Kalau kita sudah menambah itu artinya Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala sudah menyiapkan 4 prodi subspesialis, dengan Penyakit Dalam. Dan artinya kita sudah bisa naik satu tingkat lagi ke arah yang lebih tinggi,”ujar dr Safrizal.

Baca juga: Tantangan Infeksi dan Penanganan Bedah Jadi Fokus Utama di Aceh Surgery Update Meeting 

Selain itu, FK USK juga berniat untuk membuka beberapa program studi baru, diantaranya Prodi Bedah Saraf.

Ia mengatakan, rencana pembukaan prodi baru merupakan doroangan dari Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

“Dalam beberapa rapat terakhir, ada beberapa program studi yang kemudian diminta untuk segera dibuka. Kita masih berada di ring 2. Ring 1 itu ada 8 universitas, dimana kelebihannya adalah mereka sudah punya pendidikan subspesialis lebih dari 3,” jelas dr Safrizal.

Sementara di USK, kata dia, hanya memiliki satu program subspesialis yaitu di Penyakit Dalam. 

Oleh karena itul, USK menjadi universitas yang paling potensi bisa masuk ke Ring 1.

“Kita berpotensi masuk ke grup delapan itu atau istilahnya adalah grup biru, karena mereka dianggap akan mampu menjadi pengampu siapapun di Indonesia,” paparnya.

Dikatakan dr Safrizal, untuk universitas di wilayah Sumatera yang masuk dalam ring 1 itu hanya Universitas Sumatera Utara (USU).

“Kelihatan mungkin saat ini kita terasa begitu ambisius untuk memerlukan program studi. Tapi yakin dan percayalah bahwa ini adalah jawaban, ini adalah desakan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, setelah kemarin presiden mengungkapkan bahwa kita harus membuka lebih banyak pendidikan kedokteran termasuk spesialis dan subspesialis,” jelasnya.

Kegiatan seminar internasional tersebut dihadiri ratusan peserta dari kalangan dokter bedah dan mahasiswa Fakultas Kedokteran.

Acara yang bertajuk "How Surgeon Deal With Infection" ini menjadi wadah penting untuk membahas solusi dari tantangan besar dalam dunia bedah, terutama terkait penanganan infeksi yang semakin kompleks dalam praktik sehari-hari.

Ketua Panitia ASUM 2025, dr Lauhil Mahfudz SpB, SubspBVE(K) dalam sambutannya mengatakan, kegiatan ini menghadirkan 50 pakar bedah dari berbagai bidang, untuk berbagi wawasan dan ilmu terkini di dunia bedah modern.

“Tema ini kami pilih sebagai refleksi atas tantangan serius yang kita hadapi dalam pelayanan bedah sehari-hari, khususnya terkait peningkatan kejadian infeksi, baik infeksi nosokomial, infeksi pasca operasi, maupun yang disebabkan oleh resistensi antimikroba,” ujarnya.

Karena itu, dr Lauhil Mahfudz berharap kegiatan ini dapat merumuskan pendekatan terbaik dalam tatalaksana infeksi di bidang bedah. 

“Kami ingin mendorong diskusi ilmiah yang kritis, aplikatif dan berbasis bukti guna merumuskan pendekatan terbaik dalam tatalaksana infeksi di bidang bedah,” ujarnya.

JADI PEMBICARA – (dari kiri) dr Amriansyah Miga SpB, dr Said Fuadi MKed SpB dan dr Ike Yoganita Bangun SpB menjadi pembicara dalam symposium The 7th Aceh Surgery Update Meeting (ASUM), yang digelar di Banda Aceh, Sabtu (5/7/2025). Symposium tersebut pandu oleh moderator dr Nanda Subhan SpB.
JADI PEMBICARA – (dari kiri) dr Amriansyah Miga SpB, dr Said Fuadi MKed SpB dan dr Ike Yoganita Bangun SpB menjadi pembicara dalam symposium The 7th Aceh Surgery Update Meeting (ASUM), yang digelar di Banda Aceh, Sabtu (5/7/2025). Symposium tersebut pandu oleh moderator dr Nanda Subhan SpB. (FOR SERAMBINEWS.COM)

Dalam seminar tersebut, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Aryono D Pusponegoro SpB Subsp BD (K) memaparkan terkait bagaimana dokter bedah menangani pasien yang terdampak bencana maupun perang.

Ia menyoroti peran vital dokter bedah dalam situasi bencana dan perang, di mana keselamatan nyawa korban sangat bergantung pada tindakan cepat dan tepat dari tim medis, khususnya ahli bedah.

“Dalam segala macam bencana dan perang, yang dikirim itu selalui dokter bedah umum agar pasien itu tidak meninggal. Lalu yang kedua adalah dokter bedah vaskular,” ujarnya.

Sementara itu, Prof Tatsuhiko Kubo dari Hiroshima University (Jepang) memaparkan terkait manajemen dan pendekatan berbasis bukti dalam tanggap bencana di Jepang. Sedangkan Prof Roberto Mugavero dari Amerika Serikat menjelaskan terkait kesiapan bedah dan pengendalian infeksi dalam pengobatan pasien yang terkena bencana.

Dalam seminar itu, dokter bedah di RSUD Dr H Yuliddin Away Tapaktuan, dr Amriansyah Miga SpB memaparkan pengalamannya dalam menangani pasien diabetikum, yakni kondisi yang berkaitan dengan penyakit diabetes, utamanya pada bagian kaki.

“Karena perawatan pada kaki pasien diabetes ini adalah perawatan luka terberat di dunia. Penanganan luka diabetes tidak sesimpel yang dibayangkan,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Kepala Departemen Bedah RSUD Zainoel Abidin, Dr dr Dahril SpU(K), mengungkapkan bahwa dunia kedokteran terus mengalami perkembangan cepat. 

Oleh sebab itu, dokter bedah dituntut untuk beradaptasi dan terus meningkatkan kualitas pelayanan.

“Kita perlu terus memperbaharui wawasan dan kemampuan kita agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat kita khususnya di Aceh. Pengalaman yang disampaikan ini dapat kita serap dan terapkan dalam praktik sehari-hari,” ujarnya.

Senada dengan itu, Ketua IDI Aceh, dr Muntadar SpB Subsp Ped(K), berharap ASUM tidak hanya menjadi ajang transfer ilmu, tetapi juga melahirkan inovasi nyata dalam praktik kedokteran bedah, khususnya di Aceh.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Guru Besar di bidang Ilmu Bedah Ortopedi dan Traumatologi di Universitas Syiah Kuala (USK) Prof. Dr. dr. Azharuddin, Sp.OT., K-Spine, FICS, Dekan Fakultas Kedoteran USK Dr. dr. Safrizal Rahman, M. Kes,Sp. OT, perwakilan direktur rumah sakit di Aceh, Dinas Kesehatan Aceh, serta perwakilan dari Kementerian Kesehatan RI.

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved