Breaking News

Berita Banda Aceh

Provinsi Aceh Darusallam Miliki Panduan Identifikasi Zoonosis

Aceh saat ini sudah memiliki panduan identifikasi risiko penyebaran zoonosis dan penyakit infeksius pada aktifitas pengelolaan satwa liar.

Editor: mufti
Istimewa
Kepala Dinas Peternakan Aceh, Zalsufran ST MSi 

"Ancaman  penyakit infeksius pada manusia bersumber dari hewan semakin menjadi perhatian global. Oleh sebab itu, upaya mitigasi risiko melalui pendekatan lintas sektor adalah sebuah keniscayaan," Zalsufran, Kadisnak Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Aceh saat ini sudah memiliki panduan identifikasi risiko penyebaran zoonosis dan penyakit infeksius pada aktifitas pengelolaan satwa liar. Panduan itu dinilai sangat penting sebagai upaya pencegahan penyebaran zoonosis.

Panduan itu disusun oleh Tim CENTROVETS-OHCC Universitas Syiah Kuala (USK), yang diketuai oleh, drh Teuku Reza Ferasyi M.Sc PhD. Penyusunan panduan itu kerjasama dengan BKSDA Aceh serta didukung oleh Wildlife Conservation Society (WCS) dan Forum Konservasi Leuser (FKL) serta seluruh instansi atau pemangku kepentingan.

Zoonisis saat ini dianggap sebagai ancaman nyata, karena bukan hanya mempengaruhi kesehatan, tapi merusak ekonomi dan stabilitas sosial. Hal itu belajar dari pengalaman pandemi Covid-19, yang melumpuhkan dunia.

Panduan Identifikasi penyebaran Zoonosis itu sudah diserahkan oleh Tim CENTROVETS-OHCC USK kepada Tim koordinasi daerah (Tikorda), yang diterima oleh Zalsufran Msi, perwakilan Tikorda sekaligus Kepala Dinas Peternakan Aceh. Penyerahan berlangsung dalam Rapat Koordinasi Penetapan SKPD Unsur TIKORDA sebagai pengendali penerapan Safety Guideline, Selasa (15/7/2025) di Kantor Gubernur Aceh.

Plt Sekda Aceh, M Nasir dalam sambutan yang dibacakan Zalsufran menyampaikan, saat ini ancaman  penyakit infeksius pada manusia bersumber dari hewan semakin menjadi perhatian global. Ancaman zoonosis yang telah muncul selama ini seperti Avian Influenza, Rabies, Anthrax, hingga pandemi COVID-19 sangat mempengaruhi kesehatan, ekonomi, dan stabilitas sosial masyarakat. 

"Ancaman  penyakit infeksius pada manusia bersumber dari hewan semakin menjadi perhatian global. Oleh sebab itu, upaya mitigasi risiko melalui pendekatan lintas sektor adalah sebuah keniscayaan," ujar Zalsufran.

Pemerintah Aceh pun mengapresiasi langkah yang dilaksanakan oleh Tim CENTROVETS-OHCC USK dan mitranya, yang menyusun panduan identifikasi risiko penyebaran zoonosis dan penyakit infeksius pada aktivitas pengelolaan satwa liar di Aceh. 

Ketersediaan panduan ini merupakan implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 tentang peningkatan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, peraturan Menko PMK nomor 7 tahun 2022 tentang pedoman pencegahan dan pengendalian zoonosis dan PIB, serta Keputusan Gubernur Aceh Nomor 400.7.9.3/849/2024 tentang pembentukan TIKORDA Aceh.

Sementara Ketua Panitia kegiatan, Dr drh Mustafa Sabri MP menyampaikan, rakor tersebut dilaksanakan dengan tujuan memberikan informasi dan sosialisasi keberadaan panduan identifikasi risiko penyebaran zoonosis dan penyakit infeksius pada aktivitas pengelolaan satwa liar di Aceh.  Kemudian, memberikan wawasan tentang pentingnya penerapan safety guidelines untuk perlindungan diri, khususnya yang bertugas di lapangan terkait konservasi satwa liar.

Rakor itu juga untuk mendapatkan rekomendasi bersama dari Pimpinan  Pemerintah Aceh dan unsur SKPD terkait yang tersebut dalam Keputusan Gubernur Aceh Nomor 400.7.9.3/849/2024 tentang pembentukan Tim Koordinasi Daerah Aceh (Tikoda Aceh) pencegahan dan pengendalian zoonosis dan penyakit infeksius baru, sebagai pengendali dalam penerapan panduan yang telah disusun.(mun)

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved