Muhammad Ikram Terpilih Jadi Koordinator Pusat BEM SI, Aceh Kini Jadi Pusat Gerakan Nasional

Pemilihan yang berlangsung di Kota Padang ini menjadi panggung pembuktian bahwa Aceh, sebagai tanah perlawanan

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Muhammad Ikram, Ketua BEM Unsyiah, Terpilih Sebagai Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia 

SERAMBINEWS.COM - Dalam sebuah momentum bersejarah bagi gerakan mahasiswa nasional, Muhammad Ikram, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Syiah Kuala, resmi terpilih sebagai Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia – Kerakyatan periode 2025–2026.

Pemilihan yang berlangsung di Kota Padang ini menjadi panggung pembuktian bahwa Aceh, sebagai tanah perlawanan, kembali mengukir peran penting dalam arah gerakan mahasiswa Indonesia.

Terpilihnya Ikram bukan sekadar kemenangan individu atau kampus, tetapi merupakan simbol kembalinya marwah rakyat Aceh dalam gerakan nasional.

Di hadapan delegasi puluhan kampus dari seluruh Indonesia, Ikram tampil membawa semangat keberanian, keberpihakan pada rakyat kecil, serta tekad untuk menghidupkan kembali ruh kerakyatan dalam tubuh mahasiswa yang selama ini perlahan memudar oleh kepentingan-kepentingan sempit.

“Saya bukan hanya membawa suara mahasiswa Aceh. Saya membawa jejak sejarah panjang rakyat Aceh yang tak pernah tunduk. Terlalu banyak yang melupakan bahwa di ujung barat ini pernah tumbuh kekuatan yang menggetarkan pusat.

Hari ini, dari ujung, kita buktikan bahwa kita belum kalah, belum lemah, bahkan sedang bangkit,” ujar Ikram dalam orasi kemenangannya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa posisinya sebagai Koordinator Pusat BEM SI tidak akan menjadi sekadar simbol jabatan, melainkan alat perjuangan untuk mengonsolidasikan kekuatan mahasiswa sebagai pelindung kepentingan rakyat.

Ia juga menyoroti bagaimana Aceh, meski secara geografis berada di ujung negeri, tidak berarti dipinggirkan secara peran.

“Gerakan dari pusat kadang lumpuh karena kehilangan arah. Saat itu terjadi, maka kekuatan dari pinggiranlah yang akan menggerakkan. Aceh hari ini bukan hanya berdiri untuk dirinya sendiri, tapi berdiri untuk seluruh rakyat Indonesia. BEM SI harus kembali menjadi rumah rakyat, bukan alat kekuasaan,” tegasnya.

Dalam pemilihan tersebut, Muhammad Ikram mengungguli kandidat kuat lainnya dari berbagai Universitas yang ikut dalam Musywarah Nasional ini. Kemenangannya diyakini sebagai hasil dari konsistensi gerakannya dalam mengawal isu-isu rakyat, mulai dari pendidikan, kemiskinan, krisis iklim, penggusuran, hingga pembungkaman kebebasan sipil.

Ikram juga menyampaikan bahwa dalam masa kepemimpinannya, ia akan membangun konsolidasi lintas daerah dan menjadikan forum BEM SI sebagai alat pembela kepentingan rakyat yang sesungguhnya.

“Tidak ada mahasiswa yang besar karena kampusnya megah. Mahasiswa besar karena keberaniannya bersuara saat semua diam, dan berdiri saat semua tunduk,” ujarnya.

Kemenangan ini disambut hangat oleh elemen mahasiswa se-Aceh yang menganggap bahwa Ikram telah mengembalikan marwah Aceh sebagai tanah perjuangan dan pusat kesadaran kolektif nasional.

Di media sosial dan ruang-ruang diskusi mahasiswa, ramai diperbincangkan bagaimana posisi strategis ini bisa digunakan untuk memperkuat gerakan mahasiswa dari bawah, bukan dari elit.

Dengan semangat “Bergerak dari Ujung untuk Menyentak Pusat”, Ikram berkomitmen bahwa kepemimpinannya akan berlandaskan keberpihakan kepada suara-suara yang selama ini dikecilkan: suara petani yang tanahnya digusur, buruh yang digaji murah, mahasiswa yang dibungkam, serta rakyat kecil yang tertindas oleh sistem yang timpang

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved