Video

VIDEO Kupiah Meukeutop Aceh Terancam Gempuran Produk Massal

Di tengah sorak-sorai modernitas, kupiah meukeutop kini harus berjuang mempertahankan makna. 

Penulis: Yeni Hardika | Editor: T Nasharul

SERAMBINEWS.COM - Kupiah meukeutop merupakan topi tradisional adat Aceh yang biasanya digunakan sebagai pelengkap pakaian adat kaum pria. 

Topi ini biasanya sering dikenakan dalam upacara adat, momen seremonial, hingga pelantikan pemimpin.

Namun bukan hanya sebagai penutup kepala atau pelengkap pakaian adat, bagi masyarakat Aceh, topi yang identik dengan perpaduan warna-warna mencolok ini telah lama menjadi simbol budaya, sekaligus jati diri masyarakat Aceh. 

Di balik keindahan kupiah meukeutop yang sarat akan makna tersebut, masih ada tangan-tangan terampil yang menjahitnya dengan penuh ketelitian.

Mereka adalah sekelompok perempuan Tangguh di Desa Garoet Cut, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie.

Setiap sore, sekelompok ibu rumah tangga yang sebagian besar telah memasuki usia senja berkumpul di sudut rumah tua yang menjadi 'Basecamp' mereka.

Tangan-tangan renta itu begitu cekatan, tanpa henti mengayunkan jarum dan benang, sambil melempar tawa ringan.

Baca juga: Kopiah Meukeutop Aceh, Berasal dari Pidie, Dipopulerkan Teuku Umar, Sekarang Banyak Salah Motif

Diana adalah salah satu tokoh muda yang masih peduli dengan kelestarian warisan budaya serta kelangsungan hidup para perajin Kupiah Meukeutop.

Karena kepeduliannya, Dosen Universitas Jabal Gafur (Uniga) Pidie itu pun berinisiatif menaungi para perajin yang ada di desanya, menampung permintaan sekaligus menjadi penghubung antara konsumen dengan perajin kupiah meukuetop di Desa Garoet Cut.

Kolektor benda bersejarah sekaligus pendiri Pedir Museum, Masykur Sayfruddin mengatakan Kupiah syam dan kupiah meukeutop memiliki fungsi yang berbeda.

Kita bisa tau siapa orang menggunakannya, ulama atau penguasa, dilihat dari bentuk dan motifnya. 

Baca juga: Tugu Kupiah Meukeutop Teuku Umar, Monumen Sejarah yang Memikat di Pesisir Aceh

Sayangnya, pemahaman ini sering diabaikan dalam versi produksi massal yang kini banyak beredar di pasaran.

Di tengah sorak-sorai modernitas, kupiah meukeutop kini harus berjuang mempertahankan makna. 

Tapi di balik popularitas itu, diam-diam tradisi menjahitnya mulai pudar.

Produksi industri hadir menawarkan versi serupa, lebih cepat dibuat, dijual dengan harga murah, dan mudah dijangkau oleh masyarakat.

Persaingan harga ini jelas tak sebanding. Kupiah tradisional yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk selesai tentu tidak bisa dibanderol murah. 

news video,berita aceh,serambi indonesia,serambinews,Kupiah meukeutop,topi aceh,arti kupiah meukeutoptop,peci aceh,aceh,Desa Garoet Cut,pidie,peci aceh buatan pabrik.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved