Liputan Eksklusif Aceh

20 Tahun Damai Aceh, 2 Tantangan Terbesar dalam Menjaganya Menurut Rektor Unimal

Kedua hal itu bisa mengancam stabilitas dan menggerogoti perdamaian Aceh dan yang telah dicapai dengan susah payah.

|
Penulis: Jafaruddin | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM/JAFARUDDIN
DAMAI ACEH - Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal), Prof. Dr. Ir. Herman Fithra, S.T., M.T., IPM., ASEAN.Eng menyampaikan beberapa hal tentang 20 tahun perdamaian Aceh. 

Kedua hal ini bisa mengancam stabilitas dan menggerogoti perdamaian yang telah kita capai dengan susah payah.

Bagaimana seharusnya peran generasi muda dalam menjaga dan meneruskan semangat damai ini?

Generasi muda wajib memahami sejarah panjang perdamaian Aceh, terutama momen penting pada 15 Agustus 2005.

Mereka harus tahu dampak nyata dari konflik berkepanjangan yang merusak sendi kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi Aceh.

Generasi muda harus ikut menjaga perdamaian ini melalui langkah konkret, seperti menggunakan media sosial secara bijak, tidak menyebarkan hoaks, dan tidak memprovokasi masyarakat.

Mereka juga harus aktif dalam pembangunan Aceh melalui inovasi di sektor pertanian, perkebunan, kelautan, dan jasa.

Apakah Bapak merasa semua butir MoU Helsinki telah dijalankan secara adil dan konsisten? Jika belum, bagian mana yang paling krusial untuk segera dituntaskan?

Masih ada beberapa poin penting dalam MoU Helsinki yang belum terlaksana secara konsisten dan adil.

Salah satu yang paling krusial adalah terkait penyelenggaraan pemerintahan Aceh, terutama di bidang ekonomi.

Pemerintah Aceh seharusnya diberi otonomi penuh dalam pengelolaan sumber daya alam seperti migas, tambang, hutan, dan kelautan, termasuk pengelolaan pelabuhan dan bandara.

Selain itu, dalam hal kerja sama ekonomi luar negeri, Pemerintah Aceh perlu diberi ruang lebih luas dengan dukungan dari pemerintah pusat.

Bagaimana Bapak melihat peran agama dan budaya lokal dalam mendukung perdamaian jangka panjang di Aceh?

Peran agama dan budaya lokal sangat penting dan strategis. Masyarakat Aceh adalah masyarakat yang religius.

Karena itu, ulama dan tokoh adat memiliki tanggung jawab besar untuk terus mengedukasi dan membimbing masyarakat.

Agama dan budaya harus dijadikan penyangga utama dalam menciptakan perdamaian yang berakar kuat dan berkelanjutan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved