Tidak Ada Kata Telat! Begini Cara Orang Tua Memperbaiki Kesalahan Pola Asuh, Ungkap Elly Risman

SERAMBINEWS.COM – Psikolog keluarga, Elly Risman, menegaskan bahwa tidak pernah ada kata terlambat bagi orang tua untuk memperbaiki pola asuh yang salah terhadap anak.

Hal itu ia sampaikan ketika menjawab pertanyaan seorang penonton dalam sebuah podcast di kanal YouTube Nikita Willy yang bertanya tentang bagaimana cara mengubah pola asuh, meski anak sudah beranjak remaja.

“Enggak ada kata telat, Nak. Walaupun baru mulai pengasuhan sekarang, tetap bisa diperbaiki,” ujar Elly Risman dikutip Serambinews.com, Sabtu (16/8/2025).

Ia mengisahkan pengalamannya sendiri. Meski sudah memiliki delapan cucu dan anak yang berusia 46 tahun, Elly tetap tidak segan meminta maaf kepada anak-anaknya jika menyadari ada kesalahan di masa lalu.

“Kalau kita merasa sudah telat, kita bisa stuck di situ. Padahal, kalau tidak diperbaiki, kesalahan akan terus berjalan. Jadi jangan pernah malu sebagai orang tua untuk minta maaf,” tegasnya.

Menurut Elly, meminta maaf kepada anak bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk keteladanan dan introspeksi.

Baca juga: Elly Risman Beberkan Cara Mengawal Emosi Anak di Masa Pubertas

Ia juga menekankan agar orang tua bisa ringan hati berkata jujur. “Maaf ya, dulu Mama begini karena situasinya begini.”

“Biasakan enteng minta maaf. Umur tidak ada yang tahu. Kalau kita meninggal, setidaknya anak tahu kita menyesal dan ingin memperbaiki,” tambahnya.

Selain berbicara soal pengasuhan, Elly juga mengingatkan pentingnya orang tua untuk terus belajar.

Ia bersyukur karena di era digital ini banyak media yang memudahkan orang tua, mulai dari media sosial, YouTube, hingga buku-buku edukatif.

Dalam kesempatan tersebut, Elly turut memperkenalkan karya terbarunya berjudul Ensiklopedia Pubertas.

Buku ini berisi kumpulan pertanyaan-pertanyaan sulit dari anak-anak tentang masa puber, lengkap dengan jawaban yang relevan dan visual menarik berbentuk komik.

Baca juga: Elly Risman Sentil Ayah yang Canggung Bicara Pubertas dengan Anak Perempuan: Bagaimana Seharusnya?

“Riset menunjukkan anak-anak sekarang enggak mau baca buku yang hanya teks. Jadi kami buat dengan gambar besar dan dikemas dalam bentuk komik agar lebih eye catching. Prosesnya sampai dua tahun, karena harus pilih mana yang bisa dikomikin dan mana yang tidak,” jelasnya.

Buku tersebut, lanjut Elly, diharapkan bisa menjadi pegangan bagi orang tua maupun anak-anak untuk menghadapi tantangan masa pubertas, termasuk isu-isu sensitif seperti pergaulan, seksualitas, hingga LGBT.

(Serambinews.com/Firdha Ustin)