Jejak Aceh dalam Sejarah Paskibraka Nasional, Ini Daftar Wakil Aceh Era 1967 hingga 1995

Gagasan Paskibraka muncul pertama kali pada 1946. Hal ini bermula saat Presiden Soekarno memanggil salah satu ajudannya, yaitu Mayor Husein Mutahar.

|
Editor: Yocerizal
Perpusnas
DIKAWAL PASUKAN RPKAD - Petugas Paskibraka Nasional 1967 dikawal pasukan RPKAD bersenjata AK 47 di Istana Negara Jakarta pada upacara peringatan ke-22 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. 

SERAMBINEWS.COM - Upacara Peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2025 berlangsung khidmat di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (17/8/2025).

Upacara dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. 

Diwarnai detik-detik Proklamasi, doa, serta pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) nasional.

Ada 76 anggota Paskibraka yang bertugas, yang berasal dari 38 provinsi di Indonesia, termasuk Aceh. 

Utusan dari Aceh yaitu Muhammad Ridho, siswa SMAN Modal Bangsa dan Nathania Putri Diwansyah, siswi SMAN 1 Banda Aceh.

Untuk diketahui, Aceh memang selalu rutin mengirimkan utusan Paskibraka ke Jakarta, bahkan sejak awal-awal pasukan ini terbentuk.

Sejarah Awal

Dihimpun dari Dikutip berbagai sumber, gagasan Paskibraka muncul pertama kali pada 1946. 

Hal ini bermula saat Presiden Soekarno memanggil salah satu ajudannya, yaitu Mayor Husein Mutahar.

Baca juga: VIDEO Viral! Kelompok Pria Berpakaian Preman Ngamuk di Kantor Dinas Perkim Aceh

Baca juga: Gempa Magnitudo 6,0 di Poso: 29 Orang Alami Luka, 13 Korban Dirawat di Rumah Sakit, Gereja Ambruk

Soekarno meminta Husein mempersiapkan upacara kenegaraan peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. 

Karena tugas itu, Mayor Husein Mutahar terdorong untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa.

Mutahar mengusulkan agar proses pengibaran Bendera Pusaka dilakukan oleh para pemuda Indonesia. 

Namun, karena pada masa itu Indonesia masih dalam kondisi yang belum kondusif, Mutahar hanya menunjuk lima orang pemuda, terdiri dari tiga perempuan dan dua laki-laki. 

Kelima pemuda inilah yang ditunjuk untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih.

Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama. 

Ketika Ibu kota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. 

Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. 

Baca juga: Daftar Paskibraka Pembawa Bendera hingga Komandan Upacara 17 Agustus di Istana Merdeka

Baca juga: Profil Nathania Putri Diwansyah, Paskibraka Nasional 2025 dari Aceh, Siswi SMAN 1 Banda Aceh

Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.

Masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru, tepatnya tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk kembali mengurus Paskibraka.

Saat itu, Husein sudah menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 

Pada masa ini, sudah dibentuk kategori pasukan anggota Paskibraka, yaitu: Pasukan 17 (bagian depan) Pasukan 8 (pembawa bendera) Pasukan 45 (sebagai pengawal).

Dilihat dari kelompoknya, formasi Paskibraka sesuai dengan tanggal 17-8-45, Hari Kemerdekaan Indonesia.

Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. 

Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun 1967.

Asal-usul nama Paskibraka 

Penamaan paskibraka baru muncul pada 1973. Sebelum itu, istilah yang digunakan masih Pasukan Pengerek Bendera Pusaka.

Baca juga: Daftar 25 Resto yang Adakan Promo Kemerdekaan 2025, Ada Mie Gacoan, Marugame Udon, Hingga Pizza Hut

Baca juga: VIDEO - Gubernur Aceh Pimpin Upacara HUT RI ke-80 RI di Blang Padang, Berlangsung Khidmat

Tokoh yang mengusulkan nama Paskibraka adalah Idik Sulaeman, yang merupakan pembina pasukan pengibar bendera. 

Adapun nama Paskibraka berasal dari tiga suku kata, yaitu “pas”, berarti pasukan, “kibra”, berasal dari pengibar bendera, dan “ka” dari kata pusaka.

Dari asal-usul itulah kemudian lahir nama Paskibraka. 

Keterlibatan Aceh

Aceh sendiri ternyata sudah terlibat dengan mengirim utusannya sebagai Anggota Paskibraka Nasional sejak tahun 1967, setahun setelah pembentukan Paskibraka.

Meski sempat vakum beberapa tahun karena faktor ketegangan sosial-politik, bisa dikatakan Aceh termasuk rutin mengirimkan utusannya ke Jakarta.

Dikutip dari Liputan6.com, Purna Paskibraka Nasional 1967, Sri Anggraeni, mengatakan, Pakaian Dinas Upacara (PDU) Paskibraka Nasional angkatan pertama adalah baju Pramuka. 

Para anggota yang merupakan pelajar mengenakan setelan berwarna cokelat muda dan cokelat muda.

Baru pada tahun 1968, PDU diubah menjadi putih-putih khas anggota Paskibraka saat ini.

Baca juga: Ribuan PPPK Aceh Singkil Dilantik, Kado Istimewa Honorer di Hari Kemerdekaan

Baca juga: Ini Profil Teungku Peukan, Pahlawan Abdya yang Makamnya Diziarahi Bupati

Berikut nama-nama Paskibraka utusan dari Aceh (putra dan putri) sejak awal-awal pembentukannya tahun 1967 hingga 1995 sebagaimana dikutip dari semutaspal.com:

  • 1967: -
  • 1968: Fauzi Saleh dan Mutia Rahmani
  • 1969: -
  • 1970: -
  • 1971: Puslam dan Pahlawan Ningsih
  • 1972: Amri dan Cut Ratna Suryani TS
  • 1973: Imahadi Ibrahim dan Rosmala
  • 1974: Sarkawi Hamzah dan Ismawati
  • 1975: Sofyan Ahmad dan Soraya Marzuki
  • 1976: Mokhtar Luthfy dan Nurlela Desky
  • 1977: Zulkifli Idris dan Yuliana A
  • 1978: Mahruzal MY dan Izziah
  • 1979: Teuku Muda Aryaman dan Cut Eni Suzi
  • 1980: Muntasir dan Risnawati
  • 1981: Azhari Hasan dan Kasmudiani
  • 1982: Thamrin dan Yuliatul Muslimah
Paskibraka 1971
PASKIBRAKA 1971 - Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus di Istana Merdeka tahun 1971.
  • 1983: Deddy Sam dan Cut Driska Aziza
  • 1984: Zulfiandy dan Nurlely Idrus
  • 1985: Amril Yusnadi dan Syahwina
  • 1986: Yubasri dan Jamaliah
  • 1987: Amrijal dan Cut Nita Zahara
  • 1988: Jumawal Uhadi dan Siti Hajar
  • 1989: Teuku Rabilsyah dan Tengku Hartati
  • 1990: Auliansyah dan Cut Linda
  • 1991: Teuku Maulizar dan Cut Resmiati
  • 1992: Irvan Yusri dan Sri Wahyuni
  • 1993: Faisal dan Fadhiyah Aliyah
  • 1994: Sayed Ismed Assagaf dan Cut Nova
  • 1995: Deri Afriadi dan Rini Ayu Ningsih.(*)
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved