Aceh Utara
Faisal Rahman Keuchik di Aceh Utara Bergelar Magister Lulusan Luar Negeri, Ini Profilnya
Sebelum kembali ke Aceh, ia malang melintang di berbagai lembaga kemanusiaan internasional. Ia berkarier lebih dari 15 tahun dalam bidang..
Penulis: Jafaruddin | Editor: Eddy Fitriadi
Laporan Jafaruddin I Aceh Utara
SERAMBINEWS.COM, LHOKSUKON – Nama Faisal Rahman, SPdi, PGDip kini tengah menjadi sorotan di Kabupaten Aceh Utara.
Ia baru saja berhasil mengharumkan Gampong Pante, Kecamatan Syamtalira Aron, setelah desa yang ia pimpin dinobatkan sebagai Gampong Terbaik Tahun 2025 se-Kabupaten Aceh Utara.
Prestasi itu diumumkan langsung oleh Bupati Aceh Utara, Ismail A Jalil (Ayahwa), bertepatan dengan peringatan HUT RI ke-80 yang berlangsung khidmat di halaman Kantor Bupati Aceh Utara, Minggu (17/8/2025).
Gampong Pante keluar sebagai juara setelah unggul dalam penilaian yang mencakup administrasi, inovasi, serta kreativitas membangun gampong yang berkelanjutan.
Selain dari menjadi desa terbaik se-Aceh Utara, Gampong Pante yang dipimpin Faisal juga mewakili Aceh Utara untuk menjadi Calon Desa Anti Korupsi se-Indonesia, penunjukan Gampong Pante mewakili Aceh Utara, melalui seleksi administrasi yang dilakukan panitia kabupaten dan provinsi.
Dari tiga terbaik Gampong Pante terpilih untuk mewakili Aceh Utara dalam ajang pembinaan untuk menjadi rujukan bagi desa-desa lain di Aceh Utara dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan Gampong yang anti korupsi.
Program desa anti korupsi merupakan program strategis KPK RI terutama dalam memperluas cakupan pengelola pemerintahan yang anti korupsi khususnya pemerintah terkecil yaitu desa atau nama lain.
Nama Faisal menjadi sorotan bukan hanya karena meraih juara tersebut. Tapi suami Wiwik Fatimatuszaroh itu adalah lulusan Universitas Northumbria, Newcastle Upon Tyne, Inggris Raya pada program Manajemen Bencana dan Pembangunan Berkelanjutan dengan gelar Postgraduate Diploma.
PGDip-singkatan dari Postgraduate Diploma adalah gelar pascasarjana setingkat magister (S2).
Lantas kenapa Faisal Rahman mau menjadi kepala pemerintahan di tingkat gampong atau keuchik.
Bagi sebagian orang, menjadi kepala desa mungkin bukan pilihan yang prestisius.
Namun, bagi Faisal Rahman, pengabdian di kampung halaman justru menjadi kebanggaan sekaligus panggilan jiwa.
“Sebagai anak Aceh, menjadi satu kebanggaan bisa mengabdi dan ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan daerah. Selain karena dorongan tokoh masyarakat, semangat membangun gampong inilah yang menjadi motivasi utama saya,” ujarnya.
Kiprah Faisal memang tak bisa dipandang sebelah mata.
Sebelum kembali ke Aceh, ia malang melintang di berbagai lembaga kemanusiaan internasional.
Ia berkarier lebih dari 15 tahun dalam bidang kebencanaan, pengungsi, dan program kemanusiaan, baik bersama organisasi dunia seperti UNHCR, Médecins Sans Frontières (MSF), Palang Merah Internasional, hingga lembaga nirlaba seperti SurfAid International dan Caritas Republik Ceko.
Pengalaman panjang itu menempanya sebagai figur yang terbiasa dengan manajemen krisis, pembangunan masyarakat, dan advokasi kemanusiaan.
Faisal memulai kiprahnya sejak tahun 2005 bersama MSF Belanda di Meulaboh, Aceh, pascatsunami.
Ia bekerja sebagai penerjemah dan asisten lapangan untuk program kesehatan mental bagi masyarakat yang mengalami trauma.
Dari situ, kariernya berkembang pesat. Ia dipercaya menjadi konselor, koordinator program, hingga memimpin berbagai proyek besar, mulai dari pengurangan risiko bencana, pendidikan, kesehatan, hingga program perlindungan anak.
Beberapa posisi penting yang pernah dijabatnya antara lain Asisten Perlindungan UNHCR Aceh (2021–2023), Koordinator Proyek Program Intervensi Pengungsi di Yayasan Kemanusiaan Mandani Indonesia (2015–2016).
Kemudian, Manajer Lapangan Program Kesiapsiagaan Darurat SurfAid International di Nias dan Aceh Singkil (2011–2014), hingga Koordinator DRR Caritas Republik Ceko (2010–2011).
Ia juga menjadi bagian dari Palang Merah Indonesia, Palang Merah Australia, dan Palang Merah Amerika dalam sejumlah program kemanusiaan.
Dari pengalaman itu, Faisal terbiasa menghadapi situasi sulit, mulai dari konflik sosial, bencana alam, hingga pengungsian.
Keahliannya teruji dalam mengelola program perlindungan, kesehatan, pendidikan, hingga infrastruktur darurat.
Anak sulung dari enam bersaudara itu juga dikenal piawai membangun jejaring dengan berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah, lembaga internasional, maupun masyarakat akar rumput.
Faisal bukan hanya seorang praktisi, tetapi juga akademisi yang serius menekuni bidangnya.
Ia adalah alumnus IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Jurusan Bahasa Inggris (2002–2008). Setelah itu, ia melanjutkan studi ke Inggris dan berhasil meraih PGDip, dalam Manajemen Bencana dan Pembangunan Berkelanjutan di Northumbria University, Newcastle, pada 2010.
Pendidikan formalnya juga ditopang oleh berbagai pelatihan profesional.
Ia mengikuti pelatihan intervensi trauma bersama MSF, pelatihan fasilitasi berbasis masyarakat bersama Palang Merah Indonesia, hingga kursus fotografi komunitas di bawah SurfAid International yang digunakan sebagai media advokasi isu-isu sosial.
Baca juga: Keuchik Alumni Inggris Terima Piagam Gampong Terbaik Aceh Utara, Wakili ke Tingkat Nasional
Semua itu melengkapi kompetensinya dalam mengelola program kemanusiaan dan pembangunan.
Di balik kesibukan dan pengabdiannya, Faisal putra bungsu dari dari pasangan almarhum Abdurrahman bin Hasan Basri dan Jibriah.
Ia menikah dengan Wiwik Fatimatuszaroh dan dikaruniai empat anak: Almira Batrisyia Rahman, Farah Adiba Rahman, Azril Aulia Rahman, dan Fahad Dhiaurrahman.
Meski pernah berkarier di luar negeri, Faisal memilih kembali ke kampung halaman demi mengabdikan diri untuk masyarakat.
Kesederhanaan hidupnya membuatnya dekat dengan warga, sementara pengalaman internasionalnya memberinya visi luas untuk membawa perubahan nyata.
“Untuk kegiatan desa anti korupsi, dalam proses pembinaan dari KPK RI dan inspektorat provinsi. Target menjadi desa percontohan untuk masing-masing kabupaten, untuk Aceh Utara Pante yang terpilih, dari tiga kandidat sekabupaten,” pungkas Faisal Rahman. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.