Opini
Arah Pembangunan Subulussalam ala Rasyid Bancin: Menjemput Sejahtera di Bawah Naungan Syariat
Visi tersebut, meski terdengar familiar di telinga, mengandung lapisan makna dan tantangan
Oleh: Prof Dr Apridar SE M Si*)
SUARA rakyat Subulussalam telah berbicara. H. M. Rasyid Bancin kembali dipercaya untuk memegang amanah sebagai Wali Kota untuk periode 2025-2030. Kemenangan ini bukan sekadar euforia politik sesaat, melainkan sebuah mandat besar untuk mewujudkan janji yang terpatri dalam visinya: “Mewujudkan Kota Subulussalam yang Sejahtera, Aman, dan Islami.”
Visi tersebut, meski terdengar familiar di telinga, mengandung lapisan makna dan tantangan yang sangat dalam. Ia bukanlah tiga pilar yang berdiri sendiri, melainkan sebuah tritunggal yang saling menguatkan. Kesejahteraan yang ingin dicapai adalah kesejahteraan yang berlandaskan keamanan, dan keduanya dijiwai oleh nilai-nilai keislaman yang menjadi identitas kolektif masyarakat Kota Subulussalam.
Pertanyaannya, seperti apa wajah pembangunan yang diusung Rasyid Bancin untuk mewujudkan trilogi ambisius ini?
Memaknai Islami dalam Tata Kelola
Pertama, kita harus jernih memaknai kata “Islami”. Dalam konteks pembangunan, Islami seringkali terjebak pada simbol-simbol eksternal. Namun, dari misi yang dicanangkan, terlihat bahwa Rasyid Bancin berusaha menerjemahkannya lebih substantif. Pelaksanaan syariat Islam tidak boleh berhenti pada ranah privat dan simbolis semata, tetapi harus menjadi etos dalam mengelola pemerintahan dan membangun kota.
Konsep bijak yang berarti membangun infrastruktur dengan prinsip keadilan dan pemerataan, sehingga tidak ada satu wilayah pun yang tertinggal. Ini berarti mengelola anggaran dengan prinsip amanah dan transparansi, memerangi korupsi sebagai perbuatan yang jelas-jelas haram.
Ini berarti setiap kebijakan harus diuji dengan nilai-nilai kejujuran (shiddiq), keterpercayaan (amanah), komunikatif (tabligh), dan kecerdasan (fathanah). Sebuah kota yang Islami adalah kota dimana warganya tidak hanya rajin beribadah, tetapi juga merasakan keadilan sosial, mudah mengakses layanan publik, dan dilindungi hak-haknya.
Inilah fondasi yang akan menciptakan keamanan yang hakiki, bukan hanya aman dari kriminalitas, tetapi aman dari kesewenang-wenangan dan ketidakadilan.
Membangun Manusia Subulussalam yang Unggul
Misi peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan adalah jantung dari pembangunan manusia. Kesejahteraan mustahil dicapai jika sumber daya manusianya lemah secara intelektual dan fisik.
Dalam pendidikan, tantangannya adalah melampaui sekadar pembangunan gedung sekolah. Arahnya harus pada peningkatan kualitas guru, kurikulum yang integrative, menggabungkan ilmu umum dan agama secara harmonis serta perluasan akses pendidikan tinggi dan kejuruan yang relevan dengan potensi lokal.
Pendidikan vokasi yang berkualitas, misalnya, akan menyiapkan tenaga-tenaga terampil untuk sektor perkebunan, perikanan, dan pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi Subulussalam. Ini adalah investasi jangka panjang untuk memutus mata rantai kemiskinan.
Di sektor kesehatan, fokus harus pada penguatan layanan dasar di puskesmas dan posyandu, penurunan angka stunting, serta promosi hidup sehat yang juga bagian dari ajaran Islam.
Warga yang sehat secara fisik dan mental adalah prasyarat untuk bisa bekerja secara produktif dan beribadah dengan khusyuk. Dengan memperkuat dua sektor ini, Rasyid Bancin pada dasarnya sedang menyiapkan “modal manusia” yang akan menjadi pelaku utama pembangunan dan penikmat kesejahteraan di masa depan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.