“KAWAN-KAWAN malah lebih sering panggil saya Kak Dar, ketimbang nama asli,” ujar Syarifah Munirah, pemeran sosok Kak Dar dalam film komedi Aceh, Leumak Mabok, mengawali bincang-bincang dengan Serambi, Sabtu (26/4), setelah ia dipastikan lolos ke DPRK Banda Aceh periode 2014-2019.
Syarifah maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Pemilu 2014, untuk DPRK Banda Aceh daerah pemilihan (Dapil) IV Kecamatan Baiturrahman dan Kecamatan Lueng Bata. Dengan kemenangannya ini, maka pemeran sosok Kak Dar dalam film Leumak Mabok itu tercatat sebagai satu-satunya perempuan yang lolos ke DPRK Banda Aceh untuk periode 2014-2019.
Syarifah yang akrab pula disapa dengan panggilan Bunda Ipah itu, mengatakan saat menjadi anggota dewan nanti, perilaku buruk dari sosok Kak Dar, yang suka membanting-banting barang saat marah, sebagaimana pernah diperankannya dalam film Leumak Mabok akan ditinggalkannya.
“Saya ingin memberikan sumbangsih dan pengabdian dalam memajukan pembangunan dan mewujudkan kesejahteraan bagi warga kota Banda Aceh, khususnya kaum hawa. Inilah keingingan dan obsesi utama saya ketika memutuskan maju menjadi caleg PPP untuk DPRK Banda Aceh,” katanya.
Lalu, bagaimana tanggapannya terkait dunia aktingnya, apakah akan ditinggalkan? Perempuan berhidung mancung ini pun tampak tertawa lepas ketika Serambi menanyakan, masih bersedia berakting dilayar kaca saat menjadi anggota dewan nanti. “Bunda malah sedang mempertimbangkan tawaran main film lagi nih,” kelakarnya.
Syarifah memiliki darah seni yang mengalir dari orang tuanya H Said Ali Abdullah dan Cut Wan. Ayahnya dikenal sebagai ulama dan tokoh masyarakat di Pidie dan pernah menjabat kepala PGAN Tijue, Pidie, serta dikenal sebagai seorang pendakwah, ahli sejarah, ahli bahasa, penulis, dan memiliki keterampilan melukis kaligrafi, kemudian diaktualisasikan Syarifah dalam dunia seni peran.
Menurut Bunda Ipah yang fasih berbahasa inggris ini, keterlibatannya dalam dunia akting, hanyalah semata-mata keinginannya untuk menghibur masyarakat dengan mencurahkan potensi dan bakat seni yang dimilikinya dalam dunia akting. “Jadi, meski telah menjadi anggota dewan, selagi tidak menyalahi peraturan yang ada, untuk sekadar hobi apa salahnya kan?”
Beberapa film atau sinetron pun sukses dilakoninya dengan beberapa artis ibu kota, seperti Indahnya Perdamaian, Cinta Berencana dan Indahnya Persahabatan karya Yusri VE, serta film Leumak Mabok produksi Ide Production Banda Aceh, sementara itu juga aktif terlibat dalam talk show Keude Kupi produksi TVRI Aceh.
“Di parlemen nanti, saya juga berusaha memperjuangkan suara-suara seniman, budayawan Aceh yang saban hari semakin tidak berdenyut. Semakin sedikit generasi muda sekarang yang mau belajar seni, budaya dan adat Aceh peninggalan leluhur kita. Oleh karenanya, sekaranglah waktunya, duduk bersama-sama, saya akan membantu orang-orang yang ingin dibantu,” tutur Bunda Ipah.
Lalu bagaimana mengatur waktu untuk keluarga? Syarifah yang menikah dengan Andaman Ibrahim (mantan Ketua KNPI Aceh) pada 1993 silam, dan kini telah dikaruniai 5 orang anak (2 putra dan 3 putri), mengatakan bahwa baik suami maupun anak-anaknya sangat mendukung tugas-tugas baru yang akan dijalani sang Bunda sebagai anggota dewan nanti.
Dari kegiatannya yang begitu padat, seolah tidak ada waktu untuk istirahat, namun sebagai ibu rumah tangga Syarifah tetap menyempatkan diri bersama keluarga. Inilah kiat utama dalam membentuk keluarga harmonis dan bahagia. “Bagi saya keluarga menjadi prioritas utama,” ujarnya.
Kecintaan terhadap suami dan anak-anak menjadi lentera setiap langkah dalam mewujudkan cita-cita. Tidaklah mengherankan bila Andaman Ibrahim, sang suami yang berprofesi sebagai Pengusaha dan Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, selalu merestui dan memberikan motivasi kepada istrinya dalam setiap aktifitas sosial kemasyarakatan.
Demikian pula kegigihan dalam membela kepentingan masyarakat, dilakoninya dalam setiap aktivitas keorganisasian, khususnya dalam membela hak, derajat dan martabat kaum hawa. Upaya dalam membela hak-hak masyarakat, khususnya kaum perempuan menjadi prioritas dan tekadnya selama ini, sehingga aktifitasnya di PKK Kota Banda Aceh dan Balee Inong merupakan bukti dari keseriusannya dalam membela hak-hak masyarakat, khususnya perempuan.
Ia berkeinginan mewujudkan perempuan Kota Banda Aceh yang cantik dalam artian cerdas, aktif, tidak nervous, terampil, inovatif dan kreatif. Jika ini berhasil dilakukan Banda Aceh akan semakin berkembang, karena baginya, pembangunan dimulai dari perempuan. “Perempuan yang mendidik anak-anak di rumah, bila perempuan cerdas, maka akan lahir pula anak-anak cerdas yang nantinya mereka menjadi generasi penerus estafet perjuangan bangsa dan agama,” tutup Syarifah. (Masyitah Rivani)