Inspirasi

Haji Uma ke Senayan, Tamatkah Eumpang Breuh?

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

“Alhamdulillah syukor keu Tuhan yang peujeut alam langet ngon donya. Ulon meulakee uroe ngen malam Aceh beudamai udep seujahtra. Beurayeuk doa poma ngon ayah ulon meulangkah u jawakareuta. Beu ek lon pubuet heut masyarakat bekle roh silap lagee nyang kaka...”

Sekuplet syair dalam bahasa Aceh ini memang beraroma harapan dan perjuangan. Namun lebih menyiratkan perpisahan seorang Sudirman alias Haji Uma, pemain serial komedi Aceh Eumpang Breuh (Preman Gampong). Bukankah Sudirman telah lolos ke Senayan sebagai seorang Senator (Anggota DPD RI) dari Aceh?

Seperti pengakuannya kepada Serambi empat hari lalu, sebenarnya ia sedih juga meninggalkan Eumpang Breuh yang baru saja rampung hingga episode 12. “Eumpang Breuh memang telah membesarkan nama saya. Saya yang tahun 1995 sebagai guru mengaji dan pemain drama radio, lantas ketika bergabung dengan Eumpang Breuh, terjadi perubahan signifikan pada diri dan kehidupan saya. Saya dikenal, sekaligus mendapat kemudahan materi. Lalu karena dikenal orang, banyak urusan-urusan saya lancar,” katanya.

Tapi, lanjutnya, terpilih sebagai anggota DPD RI, adalah amanah rakyat yang harus ia pikul. “Mengabdi untuk rakyat dan menyenangkan hati rakyat. Saya pikir ini juga merupakan implementasi dari Eumpang Breuh. Hanya saja saya tak memerlukan parang lagi. Sekarang saya harus mengandalkan pena dan pikiran,” kata Sudirman dalam nada bijak, jauh dari karakter Haji Uma yang temperamental dan sok menggurui itu.

Selama hampir sembilan tahun bersama Eumpang Breuh, tentu ada suka duka dialami Sudirman. Lelaki kelahiran Alue Awe, 11 Oktober 1973 ini, masih ingat kala Sutradara Eumpang Breuh, Ayah Do, memberinya peran antagonis. Waktu itu peran tersebut berat sekali dijalani Sudirman. Sebab pada kesehariannya Sudirman bukan tipe pria banyak bicara, apalagi harus marah-marah dan bermuka bengis pula. Belum lagi wajahnya harus dirias tua, agar sepadan dengan pemeran Kak Bunsu sang istri di Eumpang Breuh.

Sebenarnya sosok yang punya nama samaran Umar Pradana ini, pernah meminta peran antagonis itu ditukar saja. Apa jawab Pak Sutradara? “Ooo tidak bisa! Ini adalah tantangan,” kata sang sutradara seperti ditiru Sudirman.

“Bukan apa-apa. Saya jera melakoni peran antagonis. Bayangkan untuk satu scane saja, menghabiskan waktu satu hari. Hanya karena kesabaran dan tekad majulah, saya akhirnya menyatu dengan peran Haji Uma. Nah, ketika Eumpang Breuh disambut baik masyarakat, bahkan telah memunculkan kerjasama dengan LSM dalam dan luar negeri, serta dijadikan sebagai media penghantar pembangunan, di situlah datangnya kelegaan di batin saya. Bahwa Eumpang Breuh bukan saja produk komedi semata, tapi bisa diberdayakan sebagai perangkat sosialisasi dalam pembangunan,” kata Sudirman mengenang Eumpang Breuh dari tahun ke tahun.

Satu hal yang sangat membekas di nyali Sudirman adalah soal adegan berbahaya yang harus dilakukannya. Setiap ada adegan berbahaya semisal tercebur ke sungai, Sudirman berusaha melakukannya secara total dalam sekali syuting. Kalau harus diulang, saat itulah timbul kengeriannya. Bukan semata soal berbasah-basah di sungai. Tapi bagaimana andai sepedanya patah lalu ada bagian yang melukai tubuhnya. Bukan tidak mungkin pinggangnya patah. Mengenang itu Sudirman kembali terkekeh. Sesuatu karya indah, tapi bisa mengancam nyawa juga. “Ngeri juga,” katanya.

Tapi semua itu telah berlalu kini. Lantas, akan kemanakah Eumpang Breuh sebagai satu tontonan kegemaran masyarakat Aceh tersebut? Atau kalau pun Eumpang Breuh diproduksi lagi, akankah dirilis sebagai episode penghabisan yang yang berakhir pada duduk sandingnya Bang Joni dan Dek Yusniar?

Agaknya, Produser Eumpang Breuh, H Khairuddin (Din Kramik) belum buru-buru menjawabnya. Barangkali ingin memberi kejutan? Tapi menurut Din, Eumpang Breuh segera berakhir. Ada beberapa pertimbangan yang membuat pihaknya mengakhiri serial Eumpang Breuh (Preman Gampong) itu. Salah satunya, memberikan kesempatan kepada Sudirman, untuk fokus pada tugasnya sebagai senator.

“Insya Allah jika nanti beliau (maksudnya Haji Uma) punya waktu luang, kita akan bersama-sama memproduksi film komedi dengan tema lain. Tapi untuk serial Eumpang Breuh ini kita sepakati diakhiri dulu, sehingga beliau bisa berkonsentrasi penuh memperjuangkan aspirasi rakyat Aceh di Senayan,” ungkap Din Kramik, menjawab Serambi.

Produser yang juga memproduksi album-album penyanyi Aceh tersebut, atas nama seluruh kru Eumpang Breuh menyampaikan terima kasih untuk sambutan rakyat Aceh, terhadap Eumpang Breuh. “Alhamdulillah, sudah hampir 10 tahun ini Eumpang Breuh selalu mendapat sambutan yang luar biasa dari penggemar di Aceh,” tutupnya. (nani hs)  

Berita Terkini