OLEH YUSRA MAYAWATI, Peserta International Education Exchange Indonesia-Japan, melaporkan dari Tokyo
GEDUNG yang saya kunjungi kali ini bernama Maishima Incineration Plant. Ini adalah gedung pengolahan sampah yang berlokasi di 1-2-48 Hokkoshiratsu, Konohana-ku, Osaka, Jepang, dengan luas 33.000 m2. Mulai dibangun pada Maret 1997 dan diselesaikan pada April 2001. Kapasitas daya tampung sampah yang akan diolah 1.070 ton/hari.
Sampah semestinya harus ditanam di dalam tanah, namun harus dibakar lebih dulu agar volume sampah yang akan ditanam menjadi lebih kecil. Inilah yang menjadi dasar pemikiran mengapa Maishima Incineration Plant dibangun. Melihat arsitektur gedungnya kita tak akan berpikir bahwa di dalam gedung yang bagaikan istana ini terdapat tumpukan sampah yang menggunung.
Gedung ini dirancang oleh Viennese. Rancangannya menyimbolkan keharmonisan antara teknologi, ekologi, dan seni yang berakar dari budaya setempat yang selalu mempertahankan keindahan alam yang asri. Sampah-sampah yang masuk telah tersortir dari tempat pembuangan awal. Bahwa masyarakatlah yang memisahkan antara berbagai macam jenis sampah seperti sampah botol plastik, kertas, sampah basah, dan lain-lain. Warna tong sampah dan mobil pengangkut sampah juga ditandai dengan warna yang sama, yaitu cokelat untuk sampah dari bahan kertas atau solofon, hijau untuk botol, biru untuk kaleng, dan abu-abu untuk plastik.
Sampah yang perlu dibakar akan dibakar dengan suhu 1.000 derajat Celcius. Gas yang dikeluarkan oleh pembakaran ini dapat digunakan untuk pembangkit listrik yang dipakai sebagai operasional pabrik tersebut sebanyak 4% dan sisanya dijual ke pabrik-pabrik atau perusahaan pembangkit listrik yang memerlukannya.
Sampah besi akan dijual kembali kepada perusahaan pengolah besi, sedangkan sampah basah akan diolah menjadi pupuk. Biasanya akan langsung diolah sendiri oleh masyarakat untuk dijadikan pupuk tanaman.
Maishima Incinetation Plant ini juga menyediakan informasi pendidikan untuk masyarakat dan terutama anak sekolah tentang bagaimana seharusnya mengolah sampah, sehingga menjadi bermamfaat kembali untuk manusia dan lingkungan. Rancangan gedung yang unik ini juga mendukung perubahan pola pikir anak-anak tentang sampah yang telah menjadi barang yang tidak berguna bahkan menjijikkan, tapi dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Hal ini tentunya harus melalui kerja sama dengan seluruh masyarakat.
Untuk anak-anak sekolah yang berkunjung ke gedung ini disediakan film animasi yang sangat menarik tentang sampah, sehingga sangat membuat anak betah menyimak proses pengolahan sampah tersebut. Di Jepang, pendidikan karakter membuang sampah pada tempatnya telah diajarkan sejak dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai universitas. Karakter ini juga dilakoni oleh masyarakat seluruh Jepang, sejak dari keluarga, lingkungan, dan dunia kerja, sehingga informasi yang diterima di bangku sekolah juga diterima anak di luar lingkungan sekolahnya.
Selama 17 tahun jumlah pengunjung yang datang ke gedung ini mencapai 200.000 orang. Pengunjung yang masuk ke dalam gedung sama sekali tidak akan mencium bau sampah karena sampah ditempatkan di tengah-tengah gedung yang dilingkari dengan kaca sehingga bau sampah tidak akan tercium ke luar. Para pengunjung dapat menyaksikan sampah diolah dari ruangan dibalik kaca tersebut.
Sejauh yang saya amati, beberapa hal yang telah teratasi dengan adanya tempat pengolahan sampah ini adalah: pemulung/petugas kebersihan tak akan bersusah payah lagi mengurai sampah di tempat pembuangan sampah karena sampah sudah dipisahkan langsung oleh si pembuang, pemandangan dan aroma sampah yang bertebaran di jalan-jalan dan bahkan menumpuk hingga ke luar dari bak kontainer sampah yang disediakan tidak akan ditemukan lagi.
Selain itu, layanan aliran listrik yang cukup karena tersedianya cadangan dari hasil pengolahan sampah tersebut. Kemudian, lingkungan jadi sangat terjaga dan yang bersih. Sungai dan sumber air pun bersih. Terakhir, para petani dapat menabung karena tak perlu lagi membeli pupuk karena telah mampu mengolah sampah basah menjadi pupuk. Begitulah cara pintar Jepang mengelola sampahnya. Lalu, bagaimana dengan kita?
* Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas bersama foto Anda ke redaksi@serambinews.com
Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |