Citizen Reporter
Aplikasi 'Too Good To Go' Upaya Belgia Kurangi Limbah Makanan
Bahkan, dalam ajaran agama Islam kita sangat dianjurkan untuk tidak membuang-buang makanan
SRI AGUSTINA, S.Si, M.Si., Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala dan Mahasiswa S3 di Universitas Ghent, Belgia, melaporkan dari Belgia
“Nanti nasinya nangis lo!” Ini merupakan pemancing empati dari orang tua yang sering saya dengarkan ketika kecil agar menghabiskan makanan dalam piring saya. Tentu saja tidak selalu berhasil, tapi entah kenapa kalimat ini menjadi umum dan banyak digunakan oleh para orang tua sebagai nasihat kepada anak-anaknya agar tidak membuang-buang makanan. Bahkan, dalam ajaran agama Islam kita sangat dianjurkan untuk tidak membuang-buang makanan berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, “Karena kalian tidak mengetahui di bagian makanan kalian yang manakah keberkahan itu berada.” (HR. Muslim, 1.607).
Berdasarkan dua motivasi tersebut, saya sangat berupaya untuk bijak dalam mengonsumsi makanan. Sejak dua bulan terakhir, ada pesan-pesan menarik yang muncul di handphone saya: “You are on a food rescuing roll (Anda sedang dalam tugas penyelamatan makanan)” atau “Don’t let good food go to waste. Pick up your surprise bag today! (Jangan biarkn makan enak terbuang sia-sia. Ambil tas kejutan Anda hari ini!)”
Pesan ini bukanlah pengingat untuk menghabiskan sediaan makanan di rumah ataupun alarm untuk membersihkan kulkas. Ini merupakan pesan yang dikirimkan dari salah satu aplikasi android yang baru saja saya 'install' dan pengingat bahwa ada beberapa paket makanan murah yang tersedia di beberapa supermarket atau restoran di lingkungan tempat saya tinggal.
Menjadi mahasiswa yang tinggal jauh dari keluarga, tuntutan untuk pintar-pintar mengelola keuangan agar hidup sehat sejahtera sehingga tidak mengganggu proses studi yang sedang dijalani menjadi suatu keharusan. Sebagai salah seorang mahasiswa di Ghent University, Belgia, saya menemukan salah satu aplikasi menarik yang membantu saya berhemat sekaligus ikut berpartisipasi dalam program mengurangi limbah makanan (food waste). Aplikasi ini bernama Too Good To Go (TGTG).
Aplikasi TGTG merupakan aplikasi berbasis lingkungan yang dapat digunakan di negara-negara Eropa, termasuk Belgia salah satunya. Aplikasi ini melibatkan pelaku usaha F&B (supermarket, restoran, hotel, dan bakery) yang menjual makanan berlebih mereka dan masih layak konsumsi dengan harga yang sangat miring (50 persen-70 % diskon). Biasanya produk-produk tersebut dikemas sebagai ‘surprise bag’ atau ‘magic bag’ yang sudah diisi dengan beberapa kombinasi makanan, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, frozen food, makanan siap jadi, roti, produk olahan susu, dan lain-lain.
Selain ‘surprise bag’, beberapa produsen juga menawarkan beberapa produk spesifik seperti paket sayuran, paket sarapan, paket sosis, dan beberapa paket lainnya. Dengan cara ini, TGTG mengubah makanan yang seharusnya terbuang menjadi makanan yang dapat dinikmati konsumen sehingga mengurangi pemborosan dan dampak buruknya terhadap lingkungan.
Sebagai muslim, memilih 'surprise bag' pada layanan ini dapat menghadirkan sensasi “dag-dig-dug” atau kekhawatiran di awal karena bisa saja salah satu produk di dalamnya adalah bahan-bahan yang tidak halal, seperti sosis daging atau ‘sandwich’ dengan isian yang tidak halal. Karenanya, saya melakukan pengaturan di profile sebagai vegetarian atau hanya membeli dari toko yang menawarkan paket ‘veggie’ atau ‘veggie and fruit’ saja agar semua produknya dapat saya konsumsi dan tidak malah berakhir menjadi limbah makanan.
Berdasarkan pengalaman, saya cukup senang dengan pemesanan yang pernah saya lakukan dan jumlah produk yang saya dapatkan. Menggunakan fitur pembayaran secara 'cashless' dan adanya informasi waktu pengambilan paket yang tersedia menjadikan aplikasi ini sangat mudah digunakan. Ketika tiba di toko, saya hanya perlu memperlihatkan bukti pembayaran pada aplikasi dan karyawan toko akan segera mengambilkan paket yang sudah disiapkan untuk langsung dibawa pulang.
Selain itu, pada aplikasi juga tersedia pilihan pengaturan untuk mendapatkan notifikasi jika toko/supermarket/restoran yang sudah kita favoritkan menjual 'surprise bag' atau melakukan pengaturan untuk mendapatkan daftar pelaku usaha yang tersedia dalam rentang jarak yang dipilih.
Mempertimbangkan kondisi makanan yang didapat, tentu tidak setara jika dibandingkan dengan produk yang dijual dengan harga normal. Lantas, kenapa harus terlalu bersemangat dengan program ini? Ada dua alasan yang dapat saya utarakan: 1) untuk berhemat; dan 2) untuk berpartisipasi dalam gerakan mengurangi limbah makanan.
Berdasarkan data dari FAO, ada sekitar 1.052 juta ton makanan di dunia berakhir menjadi limbah pada tahun 2022. Sangat disayangkan jika sekian banyak makanan ini harus berakhir di tong sampah, bahkan dari beberapa sumber disebutkan juga bahwa limbah makanan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perubahan iklim melalui gas karbondioksida yang dihasilkan selama proses pembusukan. Walaupun tidak dapat menyumbang langsung untuk para korban kelaparan di beberapa negara, tidak membuang-buang makanan dapat menjadi bentuk empati langsung kita untuk mereka.
Selain itu, tujuan nomor 12 dari Sustainable Development Goals (SDGs) tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab juga berfokus pada pengurangan limbah makanan. Indikator nomor 12.3 dari SDGs ini menyebutkan bahwa ada pengurangan setengah limbah pangan per kapita global di tingkat ritel dan konsumen serta pengurangan kehilangan makanan sepanjang rantai produksi dan pasokan, termasuk kehilangan saat pascapanen pada tahun 2030.
Sangat tertarik dengan program ini, saya penasaran untuk mencari tahu apakah aplikasi serupa juga tersedia di Indonesia? Ternyata di Indonesia, ada Surplus yang memiliki sistem kerja yang hampir sama, tapi sayangnya aplikasi ini hanya beroperasi di kota-kota besar di Indonesia dan belum terlalu dikenal oleh masyarakat luas.
Selain aplikasi Surplus, beberapa imbauan mengurangi limbah makanan juga sudah dikampanyekan di Indonesia sejak tahun 2020 melalui aksi-aksi tanda pagar seperti #MakanTanpaSisa, #HabiskanMakananmu, #DiolahMaksimal, #BerkahPiringKosong, dan lain-lain yang disuarakan pada akun-akun media sosial. Dilihat dari jumlah postingan, ini menunjukkan bahwa ada banyak sekali orang di sekeliling kita yang bersemangat dalam gerakan ini.
Citizen Reporter
Penulis Citizen Reporter
Penulis CR
Aplikasi Too Good To Go
Upaya Belgia Kurangi Limbah Makanan
SRI AGUSTINA
Kisah Sungai yang Jadi Nadi Kehidupan di Kuala Lumpur |
![]() |
---|
Mengelola Kehidupan Melalui Kematian: Studi Lapangan Manajemen Budaya di Londa, Toraja |
![]() |
---|
Saat Penulis Sastra Wanita 5 Negara Berhimpun di Melaka |
![]() |
---|
Saat Mahasiswi UIN Ar-Raniry Jadi Sukarelawan Literasi untuk Anak Singapura |
![]() |
---|
IKOeD Peusijuek Alumni Leting Intelegencia Generation 2025 di Pantai Lampu’uk |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.