Laporan Eddy Fitriady | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Perang mulut antara para pejabat, pihak keamanan dan kelompok sipil bersenjata di Aceh sepertinya menimbulkan polemik yang tidak berkesudahan. Saling balas argumen antara pemangku kebijakan di Aceh ini dengan kelompok bersenjata yang buron itu, telah menciptakan suasana politik yang tidak kondusif dan membuat masyarakat Aceh semakin resah, seperti yang ditulis di rubrik Salam Serambi, Harian Serambi Indonesia, Rabu (8/4/2015).
Sepanjang tahun 2015 saja, pemimpin kelompok bersenjata yang telah masyur dengan nama ‘Din Minimi’ itu secara lantang menantang pihak keamanan dengan berbagai statement provokatif. Tentu pihak Kepolisian dan TNI tidak tinggal diam, perang mulut tak bisa dihindarkan. Masyarakat yang masih kebingungan menjadi semakin resah seiring belum terungkapnya pembunuh 2 anggota Kodim Aceh Utara beberapa waktu lalu.
Situasi ‘panas’ akibat perang mulut antara pemangku kebijakan, pihak keamanan dan kelompok buron Din Minimi menjadi pembahasan pada program Cakrawala Serambi FM 90,20 Mhz hari ini, Rabu (8/4/2015) pukul 10-11 WIB. Dalam Salam Serambi yang berjudul “Perang Mulut Terus, Bikin Tambah Runyam” menghadirkan Wakil Redaktur Pelaksana (Waredpel) Harian Serambi Indonesia, Asnawi Kumar dipandu Host Nico Firza.
Asnawi mengatakan, dipilihnya topik ini menjadi pembahasan di program itu karena telah menyita perhatian masyarakat selama ini. Masyarakat semakin takut karena belum adanya kejelasan pelaku yang membunuh 2 prajurit TNI di Aceh utara beberapa waktu lalu, ditambah lagi adu argumen berbagai pihak yang membuat keadaan ini semakin sulit.
“Yang terjadi sekarang sebenarnya permasalahan pada kelompok kecil, yang sebenarnya bisa cepat diselesaikan. Saya setuju dengan pendapat Ketua Aceh Human Foundation yang menyatakan banyaknya retorika politik hanya menambah runyam masalah keamanan,” ujar Asnawi.
Sementara itu, narasumber dari Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik UIN Ar-Raniry, Sahlan Hanafiah mengatakan penyelesaian konflik yang terjadi belakangan ini bisa dilakukan dengan langkah persuasif. “Mereka yang mengaku berjuang untuk kesejahteraan masyarakat Aceh ini adalah mantan kombatan, dan yang duduk hari ini di kursi pemerintahan juga berasal dari kelompok yang sama. Mungkin saja yang seperti Din Minimi ini orang baru, tapi apapun itu, Saya yakin permasalahan ini bisa diselesaikan dengan pendekatan yang baik oleh Gubernur Zaini,” jelasnya.
Dia menambahkan, bila permasalahan ini dibiarkan berlarut-larut atau perang mulut ini dibiarkan terus berlangsung, maka masyarakat Aceh akan semakin apatis terhadap penegakan hukum.
Sejalan dengan itu, Waredpel Serambi Indonesia, Asnawi Kumar menyimpulkan bahwa penyelesaian masih bisa dilakukan dengan cara dialog seperti yang tengah diusahakan oleh pihak DPRA yang ingin bertemu Din Minimi. “Tentunya penyelesaian konflik terhadap kelompok kecil ini tidak sesulit mengupayakan perdamaian di Aceh beberapa waktu lalu,” tandasnya. (*)