Ayo Bersedekah, Cukup Rp 150 Ribu Per Bulan Dapat 1 Anak Asuh

Penulis: Zainal Arifin M Nur
Editor: Yusmadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak-anak sedang membaca di Taman Baca yang digagas Pidie Mengajar di Kota Sigli.

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Fakta masih banyaknya anak Aceh yang masih belum mendapatkan akses pendidikan yang layak, menggerakkan hati Ismail H Saby untuk melakukan sesuatu.

Sejak enam bulan lalu, mantan aktivis Koalisi Aksi Reformasi Mahasiswa Aceh (KARMA) ini, mengawali gerakannya dengan mendirikan Taman Baca dan Taman Ceria.

Pria yang pernah mengecap bangku kuliah di Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) ini, juga merekrut Relawan Guru Kreatif yang dipersiapkan untuk mengajar di daerah pedalaman.

Namun, program Guru Kreatif ini hanya berlangsung selama enam bulan. Ismail, terpaksa menghentikannya karena tidak ada lagi dana untuk membiayai transportasi delapan mahasiswa yang direkrutnya sebagai relawan.

"Para guru relawan ini mengajar di SD Cot Baroh dan Jurong Pande, Kecamatan Glumpang Tiga, Pidie. Program ini berjalan selama enam bulan atau satu semester. Perekrutan tahap dua terpaksa dihentikan karena tidak ada lagi dana," kata Ismail, kepada Serambinews.com, Jumat (20/11/2015).

"Dana untuk program guru kreatif ini berasal dari sumbangan teman-teman, bantuan Wakil Bupati serta Kadis Pendidikan Pidie, tapi hanya cukup untuk transportasi saja," kata pria kelahiran Tampieng Tunong, Kecamatan Indrajaya, 1 Juni 1977 ini.

Selain menjalankan program guru kreatif, mantan aktivis mahasiswa yang masih terus mendedikasikan diri untuk kerja-kerja kemanusiaan ini, juga memanfaatkan ruang publik di pantai depan Meuligoe Bupati Pidie, untuk mengajarkan anak- anak membaca sambil bermain.

(BACA: Aktivis jangan Sibuk Urusi yang tak Perlu)

Ismail menemukan cukup banyak fakta mengejutkan saat menjalankan ketiga program ini. Sebagian ditemukan sendiri atau dilaporkan para relawan Guru Kreatif.

Banyak juga laporan masyarakat yang datang ke Taman Baca dan Taman Ceria yang digelarnya setiap hari Minggu, di pantai depan Meuligoe Bupati Pidie.

"Masalah yang kami temui di lapangan, ternyata banyak anak-anak miskin yang tidak sekolah karena faktor ekonomi, uang jajan dan minder akibat sering diejek karena memakai sepatu bolong dan tas koyak," kata dia. 

1. Menggugah Netizen

Ismail H Sabi, Koordinator Pidie Mengajar bersama dua anak fakir di pedalaman Pidie.

Ismail pun kemudian mengajak beberapa rekannya untuk membuat program baru bernama "Sahabat Aneuk Dhuafa Pidie Mengajar (SADaR)".

Ia menggalang bantuan melalui berbagai cara, termasuk menggugah para netizen (pengguna internet), terutama di media sosial Facebook untuk menyisihkan sedikit rezeki, guna membantu anak- anak yang kurang beruntung ini.

(BACA: Subhanallah, Masih Ada Bocah Aceh Bersekolah dengan Sepatu Bolong)

Setiap hari, Ismail memposting kegiatan mereka beserta update laporan sumbangan di akun Facebook Pidie Mengajar.

"Alhamdulillah, dengan bantuan rekan-rekan, saat ini program SADaR telah memiliki 10 anak asuh. Sepatu bolong, tas robek, bahkan ke sekolah tanpa uang jajan, adalah cerita bersambung yang dihadapi oleh 10 anak asuk kami," kata dia.

"Sedekah sebesar Rp 150.000 setiap bulan, akan membantu satu orang anak agar lebih giat lagi belajar demi masa depan gemilang, tanpa harus risau akan putus sekolah karena faktor ekonomi keluarga," kata dia.

Bantuan bisa disalurkan ke nomor rekening 7075919098 Bank Mandiri Syariah Cabang Sigli, Atas Nama: Pidie Mengajar. Konfirmasi donasi ke handphone Ismail H Sabi, 0853-58864-35-6. 

2. Membiayai Anak Asuh

Ismail H Sabi, Koordinator Pidie Mengajar bersama seorang anak fakir dengan latar belakang rumah yang nyaris roboh.

"Bantuan para donatur sangatlah kami harapkan untuk memberi senyuman dan impian anak-anak duafa Pidie untuk menggapai cita-cita," kata dia.

"Kami akan menyerahkan sedekah orang tua asuh kepada anak asuh Pidie Mengajar secara utuh," kata mantan relawan Pemraka yang aktif mengurus pengungsi pada masa konflik mendera Aceh, sekitar tahun 1999-2000.

Ia melanjutkan, sedekah dari orang tua asuh bisa pergunakan untuk keperluan sekolah seperti uang jajan dan keperluan lainnya.

"Dengan hitungannya per hari 5.000 rupiah, bisa membantu anak-anak ini agar lebih giat lagi belajar demi masa depan gemilang, tanpa harus risau akan putus sekolah karena faktor ekonomi keluarga," kata dia.

Ia menyebutkan, para donator sukarela yang memberikan sedekah rutin bulanan, akan diberikan laporan perkembangan anak asuh, laporan keuangan program, serta berkomunikasi langsung dengan anak asuh setiap bulan. (Zainal Arifin M Nur)

Berita Terkini