Cerpen

Hari-Hari yang Mencemaskan Yan

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karya Farizal Fal Sikumbang

KABAR tentang maraknya penculikan anak akhir-akhir ini turut membuat kepala Yan puyeng. Bagaimana tidak, kini Yan harus mengantar dan menjemput sendiri Sri di sekolah. Tentu saja tugas ini sangat mengganggu pekerjaan Yan sebagai sopir pengangkut sampah di kotanya. Sebab biasanya, subuh butaYan sudah berangkat ke kantor tempatnya bekerja.

Dan untungnya, Bram, kernet yang menaikan sampah ke atas truk memiliki kemahiran mengemudikan kendaraan beroda empat itu. Namun, menurut Yan, tentu alih pekerjaan ini tidak bisa berlama-lama, karena jika Bram yang mengemudikan truk sampah, tentu si Sam akan sendirian menaikkan sampah ke atas truk. Dan Yan kasihan pada Sam.

Selama ini, Sri pergi ke sekolah dengan sepedanya, menempuh perjalanan disekitar komplek perumahahan. Seratus meter setelah melewati komplek perumahan, Sri akan melalui jalan sunyi karena di kelilingi rawa-rawa. Diujung rawa-rawa itu terdapat sekolah Sri.Tapi sejak kabar penculikan anak itu menyebar dari mulut ke mulut, Sri tidak berani lagi pergi ke sekolah seorang diri.

“Iya Ayah, Sri tidak berani lagi datang ke sekolah Kata kawan-kawan, penculik anak itu mengambil isi tubuh kita. Sri takut ayah. Apalagi ibu guru di sekolah menganjurkan agar anak-anak diantar oleh orang tua. Ayahkan tahu, Sri takut melewati rawa-rawa itu, sepi dan tak ada orang.”

Itu adalah hari pertama Sri mencegatnya, dan demi meluluhkan ketakutan hati Sri, hari itu Yan terpaksa mengantarnya.

Dan benar saja, sesampai di depan sekolah Sri, Yan menyaksikan betapa antrean para orang tua yang terlihat mengantar anaknya memenuhi pintu gerbang sekolah. Pagi itu Yan benar-benar terpaku.Semua orang tampaknya yakin tentang kabar penculik anakitu.

Setelah mengantar Sri ke depan pintu gerbang sekolah, Yan memacu kendaraan roda duanya menuju simpang empat di kotanya. Disimpang empat itu, Yan akan menunggu Bram dan Sam yang sejak subuh sudah berjibaku dengan sampah.

Siang harinya, setelah truk sampah itu penuh terisi, Yan akan menyuruh Bram dan Sam menuju tempat pembuangan sampah ke luar kota, sedangan Yan akan menjemput Sri ke sekolah.

Sudah dua minggu Yan melakukan tugas baru itu. Dan malam ini matanya tak bisa terpejam. Yan sedang berusaha keras berpikir bagaimana caranya agar pekerjaanya tidak terganggu dengan mengantarkan Sri ke sekolah. Istrinya tidak bisa diharapkan. Istrinya baru saja melahirkan anak kedua mereka. Dan satu lagi, istrinya juga tak bisa mengendarai kendaraan roda dua. Jika istrinya berjalan kaki mengantarkan Sri itu tentu tak mungkin.

Yan sebenarnya mulai merasa tak enak hati pada Sam dan Bram. Yan juga merasakan seperti ada kedongkolan di hati dua orang itu. Meski Yan memiliki jabatan lebih tinggi dari mereka, tapi Yan adalahlelaki yang memiliki kepekaan di atas rata-rata. Yan perasa, perasaannya cepat sekali tersentuh.Tapi Yan tidak suka marah-marah dan membenci orang.

Dan hati Yan juga mulai tersentuh oleh kabar tentang penculikan anak itu. Yansering membayangkan seandainya Sri menjadi korban penculikan. Yan sangat takut jika penculikan terjadi pada Sri. Kabar penculikan anak itu benar-nenar meracuni perasaan Yan. Apalagi koran di kotanya sering kali mengkabarkan tentang anak-anak yang sempat lolos dari bujukan orang-orang yang takdikenal.Walikota pun sudah mengimbau agar para orang tua selalu mengawasi anak-anaknya. Yan semakin digerus rasa cemas terhadap keselamatan Sri.

Yan tiba-tiba terkenang pada masa lalunya, berpuluh-puluh tahun yang silam, di saat ia masih anak-anak, ibunya kerap menakutinya agar jangan sendirian berpergian jauh dari rumah. Kata ibunya ada orang rantai yang suka menculik kepala anak-anak untuk di jadikan tumbal pembangunan jembatan. Kepala itu akan di etakkan di bawah jembatan, kata ibunya dengan membesarkan bola mata. Dan Yan sangat ketakutan sekali setiap ibunya menyebut nama orang rantai itu.

Yan juga dapat mengingat bagaimana ketakutan menggurat di wajah para orang tua ditempat Sri sekolah. Yan seperti melihat sekumpulan wajahmayat-mayat yang bergerak. Mereka seperti dikepung kecemasan, seperti penculik anak itu sedang mengintai anak mereka dengan buas.

***

Halaman
123

Berita Terkini