Kisah Menegangkan! Saat Operasi Jayawijaya, RI Nagabanda Diuber-uber Angkatan Laut Belanda

Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RI Nagabanda segera beranjak pergi dari sekitar perairan Biak, pulang kembali ke markas.

Dalam perjalanan pulang saat matahari sudah terbit, RI Nagabanda sengaja berlayar di permukaan air sembari mengisi baterai sebagai tenaga saat menyelam nanti.

Selain itu komandan RI Nagabanda juga mengikuti saran awak kapal yang ingin menghirup udara segar karena sumpek juga seharian di dalam kapal.

Tapi emang dasar hari sedang sial rupanya keberadaan RI Nagabanda dikuntit oleh pesawat Neptune milik Koninklijke Marine (AL Belanda).

Kaget karena kepergok pesawat musuh, komandan RI Nagabanda saat itu Mayor Wignyo segera memerintahkan kapal untuk segera menyelam dengan kecepatan maksimal (Dive Crash).

Benar saja tak lama kemudian Neptune bersama armada pemburu kapal selam Belanda datang berbondong-bondong untuk mengeliminasi RI Nagabanda.

Baca: BREAKING NEWS - Abdullah Saleh Polisikan Irwandi Yusuf, Ini Persoalannya

RI Nagabanda kemudian berusaha menghindari kejaran kapal musuh dengan cara merubah haluan dan menambah kedalaman menyelam.

Mayor Wignyo selaku komandan RI Nagabanda segera memerintahkan untuk mematikan mesin kapal selam di kedalaman 180 meter dalam posisi mengambang.

Selain itu ditempat RI Nagabanda berhenti mematikan mesin juga berada di antara batu karang sehingga ia mendapat perlindungan disana.

Hal ini dilakukan karena pancaran sonar penjejak kapal selam milik AL Belanda bekerja berdasarkan suara mesin dan bentuk dari target buruannya.

Baca: Militer Israel Kembali Serang Artileri Milik Suriah, Ini Pemicunya

Nah, dengan mesin dimatikan dan terlindung batu karang maka sonar tersebut sudah tak berguna lagi seakan dibuat 'buta.'

Namun AL Belanda tak menyerah begitu saja mereka tetap saja berpatroli untuk memastikan bahwa RI Nagabanda sudah lenyap atau belum.

Permainan 'kucing-kucingan'itu pun akhirnya selesai setelah 36 jam berlalu.

Halaman
123

Berita Terkini