Oleh: Cut Sharwatul Husna
Trend kasus pelecehan seksual yang banyak dibicarakan dan terjadi saat ini adalah kasus pemerkosaan pada remaja.
Ada banyak kasus pemerkosaan terhadap remaja, setelah diselidiki oleh aparat penegak hukum, ternyata korban berkenalan dengan pelakunya lewat media sosial.
Kenapa remaja yang banyak menjadi korban? Karena banyak remaja yang belum bisa menggunakan media sosial dengan bijak.
Di facebook misalnya, selain menjalin komunikasi dengan teman-teman yang dikenalnya secara fisik, seseorang bisa menambah teman dengan yang belum dikenal sebelumnya, tanpa batas ruang dan waktu.
Remaja-remaja di Aceh misalnya, bisa berteman dengan remaja lainnya yang ada di Medan, Jakarta, Surabaya.
Bahkan, bisa berteman dengan orang-orang dari berbagai negara, asal punya kemampuan berbahasa asing.
Bahkan lagi, kita bisa saja berteman dengan seseorang yang mungkin berniat berbuat jahat terhadap kita.
(Baca: Terungkap Dokter National Hospital juga Terlibat Pelecehan Seksual, Awalnya Wanita Diminta Buka Baju)
Ada sisi positif dan negatif dari media sosial. Sisi positifnya bisa menambah teman sekaligus bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Tentu jika kita memanfaatkannya dengan baik.
Sebaliknya, jika tidak bijak dalam menggunakan media sosial, kita akan terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pemerkosaan yang terjadi berawal dari kenalan di ‘dunia maya’.
Berdasarkan data yang penulis baca, Indonesia disebut sudah menjadi salah satu negara darurat pelecehan seksual.
Menurut data Komnas Perempuan, pada 2016 kasus kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan seksual berada di peringkat kedua dari kasus-kasus kriminal lainnya yang terjadi di Indonesa.
Kasus kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan seksual mencapai 2.399 kasus (72%), pencabulan 601 kasus (18%), dan pelecehan seksual 166 kasus (5%).
Beberapa pihak menduga, banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan seksual ini terjadi karena minimnya perhatian terhadap korban, dan ringannya hukuman terhadap pelakunya.