Kalau harga eceran di pasar saat ini senilai Rp 18.000/Kg, ditingkat petaninya lebih rendah lagi, mungkin hanya berkisar Rp 10.000/Kg di beli pedagang pengumpul.
Harga senilai itu, petani masih rugi. Baru ekonomis tanam cabe merah, jika harga ditingkat petaninya antara Rp 25.000 - Rp 30.000/Kg dan harga eceran Rp 35.000- Rp 40.000/Kg.
Menurut perkiraan Hanan, harga cabe merah, akan naik lagi memasuki minggu kedua dan kempat nanti.
"Alasannya, pada minggu ketiga dan keempat, di berbagai lembaga pemerintah dan desa, sudah mulai mengadakan buka puasa bersama/peringati 17 ramadhan," ujarnya.
Baca: Jalur Aceh-Medan via Subulussalam yang Putus di Buluh Didi belum Dapat Dilintasi
Kondisi itu, kata Hanan, akan membuat harga kebutuhan pertanian, seperti cabe, bawang, tomat, kentang, akan naik, dan harganya ikut naik pada harga ekonomis.
Cabe akan berada pada harga Rp 30.000 an/Kg, bawang merah lokal juga demikian Rp 35.000/Kg, bawah putih Rp 25.000/kg, tomat Rp 10.000/Kg.
Terkait masalah bawang merah, mulai tahun ini, kata Hanan, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, telah menetapkan Aceh sebagai salah satu pusat pengembangan bawang merah di luar pulau Jawa.
Tahun ini, dari sumber dana APBN, akan dikembangkan 120 hektar tanaman bawang merah di berbagai daerah.
"Kemudian bawang putih 20 hektar di Bener Meriah dan Gayo Lues masing-masing 10 hektar," ujarnya.
Baca: Truk Terjun ke Jurang Sedalam 50 Meter, Sopir Satu dan Kernet Melompat, Sopir Dua Gagal
Pusat memilih Aceh untuk menjadi salah satu pusat pengembangan bawang merah dan bawang putih, kata Hanan, karena di daerah ini terdapat areal yang sangat cocok untuk pengembangan bawang merah dan bawah putih.
Bahkan, kata A Hanan, sistem dan pola pengembangan bawang merah dan bawang putih, yang akan dilakukan pusat di Aceh, dilaksanakan melalui pola pendampingan.
Artinya, petani bawang merah dan bawang putih dari pulau Jawa, didatangkan ke Aceh untuk memberikan pelajaran kepada petani bawang merah dan bawang putih.
Ini tentang bagaimana cara bercocok tanam bawang yang ekonomis dan menguntungkan petaninya.
"Pola pendampingan itu dilakukan, kata Hanan, sampai petani bawang di Aceh, benar-benar cinta dan merasa sudah ahli dan mahir bercocok tanam bawang merah dan bawang putih kualitas bagus dan produktivitas tinggi," ujarnya.(*)