* Dibangun dengan APBK 2017
* Pelayanan Medis Terganggu
LHOKSUKON - Bangunan Puskesmas Syamtalira Bayu, Aceh Utara, yang selesai dikerjakan pada Desember 2017 dengan dana Rp 2,7 miliar lebih dari APBK Aceh Utara, kondisinya mulai rusak setelah beberapa saat ditempati. Kini, kondisinya semakin memprihatinkan. Hal ini menyebabkan terhambatnya pelayanan kepada pasien, karena dua ruangan tak bisa dimanfaatkan ketika hujan turun.
Bahkan salah satu ruangan yang bocor membahayakan petugas, karena instalasi listrik tak berfungsi dengan baik ketika hujan. Kebocoran diduga menjadi penyebab rusaknya instalasi listrik. Selain itu, tempat sandaran pasien di ruang pendaftaran, granitnya juga sudah lepas. Tiga titik plafon di bagian depan dan belakang juga sudah runtuh. Keretakan juga terlihat di hampir semua ruangan.
Serambi memperoleh informasi tersebut dari petugas medis ketika mengeluhkan kondisi tersebut kepada anggota DPD RI asal Aceh, H Sudirman alias Haji Uma ketika berkunjung ke puskesmas tersebut, Senin (16/7). Haji Uma mengunjungi puskesmas itu untuk melihat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan kendala yang dialami petugas medis selama ini dalam melayani masyarakat.
“Ruangan yang bocor tersebut lampunya selalu rusak. Kami sudah beberapa kali menggantikan, tapi selalu saja rusak. Selain itu, ketika hujan kami harus menyediakan kain supaya air tidak mengalir ke seluruh ruangan,” ujar Kepala Tata Usaha Puskesmas Syamtalira Bayu Riza Hardianto kepada Serambi, kemarin.
Kata Riza Hardianto, dirinya sudah menyampaikan hal itu ke Dinas Kesehatan Aceh Utara untuk diteruskan ke rekanan agar segera diperbaiki, sehingga tidak mengganggu pelayanan. “Kalau ruangan konseling di lantai dua, harus disediakan ember ketika hujan, karena bocor. Untuk itu kami berharap supaya segera diperbaiki,” ujar Riza.
Sementara itu Kepala Puskesmas Syamtalira Bayu Weldi Junaidi kepada Serambi kemarin menyebutkan, sejak dirinya bertugas di puskesmas itu pada 14 Mei 2018, bangunan sudah banyak yang retak, lalu bocor. Begitu juga dengan sandaran di depan poliklinik rusak, serta plafon yang sudah runtuh. “Saya tidak tahu kapan rusaknya, tapi ketika saya menjadi kepala puskesmas itu sudah rusak,” katanya. Seorang pegawai lainnya malah menyebutkan sejak Februari 2018 bangunan tersebut sudah mulai rusak.
Sementara itu Haji Uma kepada Serambi menyebutkan, dirinya juga menerima keluhan petugas medis terkait kerusakan puskesmas yang baru difungsikan tersebut, seperti ruangan yang bocor, retak, dan sandaran depan ruang poliklinik. “Jadi, tujuan saya ke puskesmas untuk melihat pelayanan dan kendala yang dihadapi petugas medis,” katanya.
Menurutnya, pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Aceh Utara harus menyerahkan data base penduduk ke puskesmas untuk disimpan, yang bisa terintegrasi dengan BPJS Kesehatan, supaya memudahkan proses administrasi. “Fasilitas untuk puskesmas itu juga harus dilengkapi, seperti ultrasonografi (USG),” pungkas Haji Uma.
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Dinas Kesehatan Aceh Utara, dr Ferianto menyebutkan, pihaknya sudah beberapa kali menyurati pihak rekanan untuk segera memperbaiki bagian yang rusak, apalagi kerusakan itu terjadi selama masa pemeliharaan. “Benar (ada kerusakan) kami sudah melihat langsung, makanya kami sampaikan ke rekanan,” katanya.
Menurutnya, masa pengerjaan puskesmas itu sejak 11 Juli sampai 7 Desember 2017 dengan dana Rp 2,7 miliar lebih. “Tahap pertama yang rusak di ruang laboratorium sudah pernah diperbaiki. Tapi, ini sudah ada yang rusak lagi, karena itu kita menunggu supaya segera diperbaiki oleh pihak rekanan,” ujar Ferianto.(jaf)