Laporan Idris Ismail I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Pengajian Tasauf, Tauhid, dan Fiqah (Tastafi) edisi khusus memeriahkan HUT RI ke 80 di SPBU Pulo Pisang, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie, Minggu (17/8/2025) malam diisi oleh sosok ulama kharismatik Aceh, Tgk H Muhammad Amin Daud atau lebih kerap disapa Ayah Min Cot Trueng.
Dalam kajian itu Ayah Min Cot Trueng mengupas secara detail makna dari peringatan HUT atau Kemerdekaan yang bertepatan peringatan HUT RI ke 80 tahun 2025.
Uniknya dalam pengajian edisi khusus dalam memeriahkan HUT RI ke 80 itu, 3.000 jamaah dari lima kabupaten (Pidie, Pidie Jaya, Lhokseumawe, Aceh Utara dan Aceh Besar) yang hadir diberikan kupon Dorprize yang telah disediakan oleh panitia pelaksana atau pemilik SPBU Pulo Pisang. Terutama hadiah mulai payung, jam, lain sarung, sajadah, kompor gas hingga hadiah utama berupa kulkas.
"Pengajian edisi khusus HUT RI ke 80 tahun ini kami hadirkan seratusan jenis Dorprize khusus yang diundi untuk menyemarakkan HUT negeri tercinta ini, Indonesia dan ini semata-mata demi memotivasi semangat masyarakat dalam mengkaji ilmu agama yaitu dalam bidang Tastafi,"sebut pemilik SPBU Pulo Pisang, Tgk Marzuki Abdullah kepada Serambinews.com, Minggu (17/8/2025) malam.
Selain itu juga Marzuki Abdullah menyampaikan untuk pengajian Tastafi edisi ke 39 pada Jumat (5/9/2025) malam mendatang diisi oleh sosok ulama Kharismatik Aceh yaitu Tgk H Muhammad Ali atau Abu Paya Pasi.
Dalam kajian memaknai kemerdekaan, Ayah Min Cot Trueng selaku pakar ahli fiqih memaparkan makna kemerdekaan adalah bebas dari penjajahan, dikerasi atau dipaksa oleh orang lain. Namun bebas abadi adalah bebas dari siksaan api neraka.
'Ini adalah merdeka abadi. Akan tetapi dalam versi lain adalah merdeka itu adalah bebas dari kebodohan," ujarnya.
Menurut pimpinan Dayah Raudatul Ma'arif, Gampong Cot Trueng, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara bahwa, secara artian lain merdeka adalah kebebasan selaku bangsa yang bernaung di bawah payung Indonesia adalah bebas dari penjajahan. Maka kemerdekaan itu patutlah disyukuri sehingga pelampiasan itu dengan dirayakan sebagai wujud dari rasa syukur.
Maka tidak ada salahnya peringatan hari kemerdekaan itu dilakukan sepanjang tidak ada berlawanan dengan syariat.
Ada rutinitas peringatan hari kemerdekaan itu dengan aneka lomba yang memberikan dampak mudharat yaitu panjang pinang dengan iming-iming hadiah namun lomba itu memberikan mudharat bagi keselamatan jiwa yaitu, banyak peserta yang terjatuh hingga terkilir dan bahkan mengancam jiwa.
Adapun nikmat memperingati kemerdekaan itu dengan berinfak, bersedekah, memberikan hadiah kepada kalangan muslim sehingga jiwa terhibur dan dapat melepas hajat hidupnya.
Selain itu memperingati kemerdekaan tidaklah dengan berlebihan yang bersifat Bid'ah miring yaitu dengan menyala musik dengan keras dan berjoget yang mengundang syahwat. "Yang terpenting kemerdekaan adalah memperbaiki moralitas dan peningkatan ibadah yang jauh lebih baik dari sebelumnya," ungkapnya.(*)