* LIRA Minta Tim Inspektorat Turun ke Lapangan
KUTACANE - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tenggara (Agara) terus mendapat ternak bantuan dari Provinsi Aceh sejak 2010, tetapi hasilnya belum ada. Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Agara meminta tim Inspektorat untuk turun ke lapangan, melihat langsung perkembangan ternak bantuan yang telah diserahkan ke masyarakat.
“Bantuan ternak sapi dari dana Otsus Aceh sudah dimulai sejak 2010 dan terus berlanjut sampai tahun ini, tetapi keberadaannya tidak jelas,” kata Bupati LIRA Agara, Muhammad Saleh Selian, Kamis (18/10). Dia menduga, ternak bantuan tidak dikembangbiakkan oleh penerima, tetapi dipotong dan diperjualbelikan.
Dia menjelaskan proyek pengadaan ternak bantuan, baik sapi maupun kambing terus diprogramkan sejak 2010, tetapi hasilnya tidak diketahui. Bahkan, sebutnya, sapi dan kambing kurban terus dipasok setiap tahun dari Sumut, padahal program pengembangan ternak di Agara telah berjalan hampir 10 tahun.
Dia menilai, penyaluran ternak bantuan belum tepat sasaran dan diduga sarat kepentingan, sehingga diperjual-belikan. Bukan itu saja, katanya, penerima bantuan tidak mampu memelihara, seperti lahan pakan tidak ada, atau sulit mencari pakan, sehingga diperjual-belikan sesukahati dan tanpa ada pertanggungjawaban.
“Kami berharap, tim Inspektor Aceh membentuk tim khusus untuk melakukan investigasi terhadap sapi dan kambing bantuan di Agara,” ujarnya. Diperkirakan, jika rata-rata 400 ekor sapi per tahun, maka jumlah sapi sudah sebanyak 3.200 ekor dan kambing juga ribuan ekor, tetapi belum termasuk perkembanganya.
M Saleh berharap program swasembada daging yang telah dicanangkan oleh Pemkab Agara pada 2017 dapat diwujudkan, jika pengawasan dilakukan secara ketat dan penyaluran tepat sasaran.
Sedangkan Kepala Dinas Pertanian Aceh Tenggara, H Asbi SE mengatakan belum mengetahui jumlah ternak sapi dan kambing bantuan yang telah disalurkan ke masyarakat. Dia menyatakan hanya mengetahui bantuan tahun 2018 ini, yakni 300 ekor sapi betina dan 1.500 ekor kambing.
Sebelumnya, dia mengatakan ternak sapi betina jenis bengali atau kawin silang berjumlah 300 ekor. Disebutkan, saat ini sudah mulai datang dengan jumlah 40 ekor dan telah dikarentinakan di Desa Mendabe, Kecamatan Babussalam.
Ternak sapi itu belum disalurkan karena sapi yang datang kondisinya kecil dan postur badannya kurus. Dia menyatakan bupati telah memerintahkan pihaknya untuk menghentikan pasokan lain, sebelum kontrak proyek ditunjukkan rekanan. “Kalau kontrak sesuai dengan ternak, maka akan kita salurkan, tapi kalau tak sesuai, maka kita tetap menolaknya,” ujar Asbi.
Penyembelihan sapi betina produktif semakin marak, sehingga produksi sapi terus menurun di Kabupaten Aceh Tenggara (Agara). Kebutuhan pasar, sekitar tiga ekor sapi per hari, selain untuk pesta perkawinan atau lainnya. “Kebutuhan sapi potong meningkat, sementara stok minim, skibatnya sapi betinapun dipotong,” jelas Kepala Dinas Peternakan Agara, Ir M Sragafa MPd MSi, Sabtu (16/4/2016). Menurut dia, stok sapi lokal dan sapi bali sekitar 4.600 ekor, tetapi belum layak potong, karena masih berusia sekitar dua tahun, apalagi sebagian besar dari bantuan pemerintah.
Dia menyatakan untuk memenuhi permintaan pasar, maka sapi didatangkan dari Tanah Karo, Binjai, Stabat, Medan dan kabupaten lain di Aceh. M Sragafa menyatakan untuk meningkatkan populasi ternak sapi, pihaknya telah melarang masyarakat menyembelih ternak sapi produktif. Dikatakan, pada tahun 2016 ini akan kembali diadakan ternak sapi bali betina Bali 400 ekor.
Pemkab Agara menyalurkan bantuan kepada masyarakat, berbentuk sapi Bali betina ke peternak yang tersebar di 16 kecamatan. Bupati Agara, Ir H Hasanuddin B MM menyerahkan bantuan sapi secara simbolis kepada masing-masing camat di Lapangan Kute Tengah, Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kamis (17/11/2016).
Acara itu dihadiri Ketua DPRK Agara, Irwandi Desky SP, para camat, terutama peternak. Hasanuddin dalam sambutannya mengatakan bantuan sapi terbaik ini untuk meningkatkan jumlah produksi ternak, sehingga dapat menjadi salah satu daerah penghasil daging di Aceh dalam beberapa tahun mendatang.
Dia meminta para penerima ternak bantuan agar menjaga dan merawat dengan baik, apalagi petugas dari Dinas Kesehatan Hewan dan Peternak (Diskeswannak) siap membantu mengatasi berbagai kendala, seperti penyakit dan lainnya, termasuk pengembangbiakan ternak, sehingga masing-masing peternak akan memiliki puluhan ekor sapi nantinya.
Tetapi, Hasanuddin juga mengeluarkan peringatan keras terhadap siapapun yang membawa ternak bantuan ini ke luar daerah. “Jika ada peternak atau pihak lainnya membawa ternak ke luar daerah, maka harus ditangkap,” tegasnya.
Sedangkan Kadiskeswannak Agara, Ir M Sragafa MPd MSi mengatakan bantuan ini untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, sekaligus menjadikan daerah ini sebaagai lumbung daging. Disebutkan, sapi Bali betina ini khusus untuk meningkatkan produksi ternak.
Dikatakan, jumlah pemohon bantuan sebanyak 1.700 orang, tetapi yang disetujui hanya 425 orang, terutama keluarga kurang mampu atau miskin. Dia menyatakan bantuan ternak akan diberikan kembali tahun depan, dengan jumlah disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tenggara (Agara) melarang peternak sapi menjual ke luar daerah, sebaliknya pedagang luar daerah boleh menjual sapi di Agara. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Bupati Agara itu terkait sebagai tuan rumah program swasembada daging pada 2018 mendatang.
Bupati Agara, Raidin Pinim MAP telah mengeluarkan surat larangan ternak sapi dipasarkan ke luar daerah, bagian dari mewujudkan swasembada daging sapi 2018. “Surat edaran larangan telah dikeluarkan agar stok sapi dan kambing tetap mencukupi,” jelasnya kepada Serambi, Kamis (7/12/2017).
Dia menjelaskan kebijakan itu tidak termasuk bagi pedagang luar daerah yang menjual sapi ke Agara. “Kita tidak melarang ternak sapi dari luar daerah dipasok ke Agara, tetapi ternak sapi kita yang tidak boleh dijual ke luar daerah,” tegasnya.
Dia menyatakan prihal itu telah disampaikan kepada seluruh petugas di perbatasan Aceh Tenggara menghubungkan Sumatera Utara persisnya di Lawe Pakam dan perbatasan Gayo Lues-Agara di Desa Rumah Bundar.
Menurut dia, kemungkinan Agara akan menjadi tuan rumah program swasembada daging sapi 2018. “Jadi, kita harus persiapkan kebutuhan dan stok ternak sapi yang memuaskan dan benar-benar sehat, sehingga layak dikonsumsi masyarakat,” ujarnya.(as)