Bersama sopir pribadinya kala itu bernama Misran, Sang Profesor pulang menyusuri jalan T Nyak Arief menggunakan sedan Corona hitam BL 415 AH.
Genap 18 Tahun Lalu, Rektor Unsyiah Prof Dayan Dawood Meninggal Ditembak, Begini Kronologisnya
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Jam menunjukkan pukul 14.50 WIB, hari itu, Kamis 6 September 2001, Rektor Unsyiah, Prof DR Dayan Dawood bergegas hendak pulang ke kediamannya di kawasan Lampineung, Banda Aceh.
Bersama sopir pribadinya kala itu bernama Misran, Sang Profesor pulang menyusuri jalan T Nyak Arief menggunakan sedan Corona hitam BL 415 AH.
Sama sekali tak terngiang, bahwa keduanya akan diserang oleh beberapa orang yang menunggangi sepeda motor dan membawa senjata.
Menurut Misran, sopir Prof Dayan Dawood saat itu, dua pelaku dari atas sepeda motor melepas dua tembakan yang mengenai kaca jendela mobil bagian belakang.
Dilansir dari liputan6.com, tembakan yang diduga berasal dari senjata laras panjang itu mengenai pipi dan pundak kiri korban.
Selepas menembak, dua pelaku itu langsung melarikan diri ke arah kota.
Baca: Kekalahan Indonesia atas Malaysia Diwarnai Kerusuhan, Ini Kronologinya: Mahalnya Tiket Tak Sebanding
Sontak, masyarakat yang sedang melintas tertegun melihat kejadian itu.
Seketika suasana di kawasan jalan tersebut langsung mencekam, Sang Profesor didapati berlumuran darah di dalam mobil.
Sebelum meninggal, Prof Dayan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Dokter Zainal Abidin (RSUZA) yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi kejadian.
Tapi, tak lama berada di rumah sakit, Prof Dayan menghembuskan napas terakhirnya, Dayan meninggal meninggal dunia.
Sang Profesor dimakamkan di pemakaman keluarga di kawasan Lhoknga, Aceh Besar, keesokan harinya, Jumat 7 September 2001.
Ribuan orang hadir, mereka mengikuti prosesi pemakaman jenazah Sang Rektor. Sebelum dikebumikan, jenazah disemayamkan di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Baca: VIDEO - Bersama Farah Faiza, Berkunjung ke Rumoh Budaya Banda Aceh
Di tempat yang sama, juga dilakukan shalat jenazah yang dipimpin Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman saat itu, KH Sofyan Hamzah.