Laporan Subur Dani | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pagi itu, Sabtu 16 September 2000, sekira pukul 06.00 WIB, Rektor IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN), Prof Dr Safwan Idris sedang memulai aktifitas pagi di rumahnya di Jalan Alkindi, Kopelma Darussalam, Banda Aceh.
Setelah shalat Subuh, Prof Safwan yang terbiasa dengan berbagai aktifitas akademiknya sejak pagi buta.
Ia memulai kegiatan dengan mengoperasikan komputernya di ruang kerja rumahnya.
Sekira pukul 06.45 WIB, dua pria yang mengenderai sepeda motor mendatangi rumah Sang Profesor. Saat itu, pintu rumahnya masih terkunci.
Kedatangan dua tamu tak dikenal itu diketahui oleh pembantu Prof Safwan.
Sang pembantu bergegas mendekat dan menanyakan maksud kedatangan dua pria itu.
Kepada pembantu, kedua pria tadi mengaku mahasiswa dan ingin bertemu Prof Safwan untuk menyampaikan suatu hal penting.
Sang pembantu tak lantas membuka pintu, Ia terlbih dulu melaporkan maksud pria tak dikenal itu kepada Ny Hj Alawiyah, istri Prof Safwan.
Baca: Genap 18 Tahun Lalu, Rektor Unsyiah Prof Dayan Dawood Meninggal Ditembak, Begini Kronologisnya
Baca: BERITA POPULER - Janda Kembang Pasok Pria Lajang, Buronan Rp 20 Juta Hingga Kisah Hidup Ishak Daud
Baca: Kisah Faisal Yusri, Bermodal Rp 2 Juta dan Beras 3 Bambu, Nekad Keliling Aceh, Ini 5 Videonya
Karena alasan ingin bertemu dengan suaminya dan diyakini sebagai mahasiwa, Ny Alawiyah pun mempersilakan kedua pria tadi masuk ke ruang tamu.
Keduanya dipersilakan untuk menunggu Safwan yang pagi itu sedang berkutat di ruangan kerjanya.
Tanpa curiga sedikitpun, setelah memberi tahu suaminya ada tamu yang sedang menunggu, Ny Alawiyah pun pergi ke dapur.
Sedangkan Safwan menemui kedua tamu yang sudah menunggunya.
Tiba-tiba saja, terdengar suara letusan yang menggelegar.
Suara itu mengagetkan seisi rumah dan tetangga sekitar.
Ny Alawiyah bergegas mencari tahu suara yang diyakini berasal dari dalam rumahnya tersebut.
Tak disangka, Alawiyah melihat orang yang paling dicintainya itu tergeletak di lantai dengan posisi telungkup dan tak sadarkan diri.
Darah mengalir dari wajahnya dan berceceran di lantai. Sedangkan kedua tamu tadi langsung lari dan tancap gas dari rumah tersebut.
Prof Safwan ditembak secara sadis oleh pelaku yang hingga kini masih menyisakan misteri.
Peristiwa itu tercatat oleh keluarga terjadi pada pukul 06.45 WIB pagi itu.
Peluru menembus bagian rahang kiri bawah hingga belakang.
Safwan ditembak oleh pelaku dari jarak dekat.
Dalam catatan Litbang Serambi Indonesia, Prof Safwan dirawat setengah jam di RSU Zainoel Abidin sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
Pagi itu, menjadi pagi beradarah di Jalan Alkindi, Kopelma Darussalam.
Sang Profesor yang dikenal sebagai ulama dan tokoh intelektual Aceh tersebut pergi untuk selamanya.
Tragedi tersebut menjadi sejarah kelam bagi Aceh.
Bisa disebut, penembakan Prof Safwan Idris awal mula dari kejadian penembakan atau penculikan para tokoh Aceh saat konflik berkecamuk.
Sembilan bulan setelah berpulangnya Safwan Idris, tepatnya pada Kamis 10 Mei 2001 giliran tokoh Aceh lainnya, HT Djohan menemui ajal diterjang timah panas.
Belum lagi hilang duka akibat meninggalnya HT Djohan, tiba-tiba pada Kamis 6 September 2001, Rektor Unsyiah, Prof DR Dayan Dawood meregang nyawa, juga akibat penembakan.
Siapa pelakunya?
Hingga kini, pelaku maupun motif pembunuhan Prof Safwan Idris masih menyisakan misteri.
Polisi belum berhasil mengungkap pelaku pembunuhan sadis tersebut.
Biasanya, tiap 16 September setiap tahunnya, mahasiswa tak pernah alpa menggelar aksi.
Mereka meminta pihak berwenang untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
Pihak KontraS Aceh juga pernah melakukan napak tilas tragedi meninggalnya Prof Safwan Idris yang ditembak sadis oleh pelaku.
Namun hingga saat ini, sejuta misteri masih membalut atas tragedi meninggalnya Prof Safwan setelah ditembak oleh pelaku yang tak dikenal.
Prof Safwan Idris adalah rektor ketujuh yang memimpin IAIN Ar-Raniry (kini sudah berubah status menjadi UIN Ar Raniry).
Sebelum dipilih menjadi rektor, almarhum sempat menduduki jabatan penting di kampus tersebut, termasuk dekan fakultas tarbiyah kala itu.
Selain sebagai seorang rektor, Prof Safwan juga dikenal sebagai sosok atau tokoh Aceh yang cukup berpengaruh kala itu.
Namanya masyhur se-antero nusantara, seorang tokoh intelektual yang juga dikenal alim dengan berbagai ilmu agama yang dia pelajari.
Meski menyelesaikan studi hingga ke Amerika Serikat, Prof Safwan adalah salah seorang guru besar yang juga pernah mengenyam pendidikan dayah tradisonal.
Keilmuannya sungguh tak diragukan.(*)