"Lembaga Wali Nanggroe adalah salah satu bentuk kekhususan Aceh sebagai amanah dari kesepakatan damai MoU Helsinki. Tidak ada daerah maupun provinsi lain di Indonesia yang memiliki lembaga seperti ini. Oleh karena itu, lembaga Wali Nanggroe harus menjadi kebanggaan bersama bagi kita dan anak cucu,"ujar Plt Gubernur.
Nova berharap, lembaga Wali Nanggroe dapat terus berdiri tegak sebagai pemersatu masyarakat Aceh, dalam menjaga kesatuan dan kelestarian nilai-nilai adat dan budaya yang kental dengan nilai Islam.
Senada dengan Plt Gubernur , Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al Haythar, mengatakan semua pihak bertanggung jawab untuk menjaga warisan adat dan budaya Aceh.
Wali Nanggroe mengatakan, Aceh di masa lampau pernah berjaya pada saat semua pihak bersatu menegakkan hukum adat yang berlandaskan syariat Islam. Ia berharap, malam Anugerah Wali Nanggroe itu dapat jadi momentum untuk merajut kejayaan Aceh kembali.
"Harapan saya Anugerah Wali Nanggroe ini dapat memberi motivasi dan rasa bangga untuk terus mengabdi bagi kemajuan peradaban Aceh dengan menjaga dan melestarikan adat dan budaya," kata Malik Mahmud.
Anugerah Wali Nanggroe merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap aktivitas menjaga dan melestarikan di bidang seni adat dan budaya Aceh.
Anugerah tersebut diberikan kepada kelompok pemerintahan adat, perseorangan maupun kelompok masyarakat.
Peraih Anugerah Wali Nanggroe
Adapun penerima Anugerah Wali Nanggroe, untuk Anugerah Tangloeng Nanggroe diberikan kepada lembaga adat dan kemukiman.
Di antaranya, untuk kategori penyelenggaraan pemerintahan adat terbaik dianugerahkan kepada kemukiman Krueng Geukueh dari kabupaten Aceh Utara.
Kemudian, kategori penataan masyarakat adat dan budaya (peusaneut aneuk nanggroe) diraih oleh kemukiman Kinco, Kabupaten Aceh Barat.
Kategori pengelolaan sumber daya alam (peutimang boinah nanggroe) diterima oleh kemukiman Lamteuba kabupaten Aceh Besar.
Selanjutnya, Anugerah Tudong Nanggroe, diberikan kepada kelompok masyarakat adat dan budaya.
Untuk kategori pelestari kerajinan dan produk budaya (papah buet jaroe aneuk nanggroe) diraih oleh kelompok Kupiah Meukutop dari kabupaten Pidie.
Kategori pelestari kesenian tradisi (papah peyasan nanggroe) diraih oleh kelompok Daman Meriah dari Kabupaten Bener Meriah.