Berita Abdya

Janda Lansia di Abdya Tinggal Sendiri di Rumah tak Layak Huni, tanpa Bantuan PKH atau BPNT

Penulis: Zainun Yusuf
Editor: Nurul Hayati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rohana (74), janda di Dusun Tengah, Desa Ujong Padang, Kecamatan Susoh, Kabupaten Abdya, berdiri di depan rumah sederhana dan memprihatinkan yang ditempatinya, Selasa (21/1/2020).

Dinding lapuk dimakan usia, atap daun rumbia sering bocor. Sehingga harus segera disisip dan permukaan lantai semen seadanya, terlihat pecah–pecah di sejumlah titik.    

Laporan Zainun Yusuf| Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM,BLANGPIDIE - Rumah beratap daun rumbia berdinding papan yang sudah lapuk, terlihat jelas.

Karena posisinya berada di pinggir Jalan Gampong Ujong Padang, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).  

Rumah yang sudah dimakan usia ini berukuran sekitar 5 x 7 meter yang erletak di Dusun Tengah, ditempati Rohana, janda lanjut usia (lansia).

Rohana telah berusia 74 tahun.

Ia tinggal seorang diri di rumah tidak layak huni, setelah suami meninggal dunia sejak puluhan tahun lalu.

Lansia menempati rumah tidak layak tersebut, menarik perhatian beberapa pejabat.

80 Satpol PP Pidie Diputuskan Kontrak Sementara, Pemkab Rekrut 50 Orang Tahun 2020

Ketika dilaksanakan kegiatan penempelan stiker di rumah-rumah warga penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) 2020 secara simbolis dipusatkan di Desa Ujong Padang, Selasa (21/1/2020).

Menarik perhatian, dikarenakan rumah janda Rohana tidak ditempel stiker yang bertuliskan ‘Keluarga Tidak Mampu Penerima Bantuan PKH’.

Sebagaimana beberapa rumah lainnya di Gampong Ujong Padang.

Rohana ketika ditanyai Serambinews.com mengaku, tidak menerima bantuan PKH.

“Dikatakan, saya tak memenuhi syarat menerima,” katanya dengan lirik.

Janda lansia ini mengaku, tidak juga  menerima BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) yang dibelanjakan di e-Warung dengan menggunakan kartu Kombo.

Ingin Baca Koran Serambi di HP, Gratis dan Diskon Berbagai Fasilitas Lainnya, Silakan Langganan TFC

Padahal, sebelumnya Rohana mengaku menerima bantuan beras raskin (beras keluarga miskin), sebelum berubah menjadi program BPNT.

Dia sangat mengharapkan bantuan tersebut bisa diterima.

Sebagaimana yang telah dinikmati sejumlah warga tidak mampu di desa setempat.

Tapi hingga sekarang, harapan mendapatkan BPNT belum ada kejelasan.

Kebutuhan sehari-hari, Rohana mengandalkan dari pekerjaan mengobati penyakit anak-anak secara tradisional.

Pekerjaan membantu mengobati anak-anak yang sakit sudah dilakoni puluhan tahun  dengan pendapatan tidak seberapa.

Rohana memang punya satu-satunya anak.

Yaitu perempuan yang sudah berkeluarga dan tinggal di rumah terpisah tidak jauh dari rumahnya.

Tapi, beberapa waktu lalu,  suami dari anaknya (menantu Rohana) terkena stroke sehingga menderita lumpuh.

Ada pun rumah renta sudah ditempati Rohana sekarang ini,  kondisinya semakin memprihatinkan.

Dinding lapuk dimakan usia, atap daun rumbia sering bocor.

Sehingga harus segera disisip dan permukaan lantai semen seadanya.

Terlihat pecah–pecah di sejumlah titik.    

“Saya tinggal sendiri di rumah ini. Ketika malam tiba ada cucu atau anggota keluarga yang menemani,” katanya lagi.

Dinsos Bireuen Bantu Kursi Roda untuk Tihasanah, TKW asal Bireuen yang Pulang dalam Kondisi Lumpuh

Kecuali mengharapkan BPNT (kalau PKH tak memenuhi syarat), janda Rohana, juga sangat mendambakan pemerintah membangun rumah sederhana.

Minimal direhap, sehingga bisa menjalani sisa umur dengan tenang.

Rohana mengaku, tahun 2018 lalu pernah mendapat bantuan bahan-bahan bangunan untuk merehap rumahnya.

Tapi tidak diberikan ongkos pekerjaan rehap.

Anehnya, janda ini mengaku tidak jelas dari mana bantuan itu datang.

“Ketika saya tanya, orang mengantar bahan bangunan menjelaskan, bahan bangunan itu merupakan bantuan orang kaya di Banda Aceh. Ada juga mengatakan bantuan aspirasi,” kata Rohana.

Bantuan rehap rumah yang diantar ke lokasi terdiri atas 10 lembar papan, 8 kayu tiang, 10 lembar triplek, 10 potong kayu reng, 10 lembar atap seng, serta paku, dan satu truk pasir.

Karena tak ada ongkos kerja tukang,  sehingga tak jadi direhap.

Alhasil, tiang kayu dan papan sudah lapuk, dan satu truk pasir yang ditumpuk di depan rumah nyaris tak kelihatan lagi akibat digerus air hujan.

Janda lansia ini diakhir pembicaraan kembali mengulangi harapannya.

Agar bisa menerima bantuan BPNT dan pemerintah atau pihak lain bersedia membangun rumah sederhana untuk ditempati.

Sehingga bisa menjalani sisa-sisa hidup dengan  tenang. (*)

15.215 Warga Aceh Selatan belum Buat e-KTP, Disilakan Lakukan Perekaman, Yang Sudah, Silakan Ambil

Berita Terkini