SERAMBINEWS.COM, TEHERAN - Pembantu Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dilaporkan meninggal setelah terinfeksi virus corona.
Anggota dewan yang memberikan nasihat kepada Khamenei menjadi pejabat tertinggi pertama yang terbunuh akibat penyakit dengan nama resmi Covid-19 itu.
Dalam laporan media pemerintah, pembantu Pemimpin Tertinggi Iran yang meninggal disebut bernama Mohammad Mirmohammadi di rumah sakit Teheran.
Dilansir Sky News Senin (2/3/2020), kematian pejabat 71 tahun tersebut membuat jumlah kasus kematian virus corona mencapai 54 orang.
Selain Mirmohammadi, pejabat lain negara yang saat ini tengah berseteru dengan Amerika Serikat (AS) itu juga mengakui terjangkit Covid-19.
Antara lain adalah kepala satuan tugas pencegahan virus sekaligus wakil menteri kesehatan Iraj Harirchi, dan Wakil Presiden Bidang Keluarga dan Perempuan, Masoumeh Ebtekar.
Selain 54 orang meninggal, 978 lainnya terinfeksi.
Menjadikan Teheran sebagai negara dengan kasus kematian terbanyak di luar China.
Kemudian dari sisi penyebaran terbesar di luar Negeri "Panda", Korea Selatan berada di daftar teratas dengan melaporkan 4.335 kasus.
Sebuah kelompok keagamaan bernama Gereja Shincheonji, dan dianggap sebagai sekte sesat, diyakini merupakan penyebar pertama virus SARS-Cov-2 itu.
Dari Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus pertama dengan korbannya merupakan ibu dan anak berusia 64 serta 31 tahun.
Keduanya saat ini dirawat di Jakarta, dan tertular dari warga negara Jepang yang terdeteksi terkena virus saat berada di Malaysia.
Total, virus yang diyakini berasal dari Pasar Seafood Huanan di Wuhan, tersebut sudah menjangkiti 89.000 orang, dengan 3.048 di seluruh dunia meninggal.
54 Orang Meninggal di Iran
Virus corona Covid-19 merenggut 11 nyawa lagi di Iran.
Jumlah kematian akibat virus tersebut kini menjadi 54 sampai Minggu (1/3/2020).
"11 orang meninggal dalam 24 jam terakhir," demikian keterangan dari juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Kianoush Jahanpour, dikutip dari kantor berita AFP.
Lebih lanjut, Jahanpour yang mengumumkan itu dalam konferensi pers di televisi, mengatakan ada 385 kasus baru yang melanda Iran.
Jumlah ini adalah yang tertinggi untuk kategori kasus baru dalam tiga hari beruntun di negara pimpinan Hassan Rouhani tersebut.
Secara keseluruhan Iran kini mencatatkan 978 kasus infeksi, tertinggi di antara negara-negara Timur Tengah.
Peningkatan tertinggi terjadi di Teheran, ibu kota Iran.
Sebanyak 170 orang dinyatakan positif terjangkit virus corona Covid-19.
Kemudian 44 kasus baru dilaporkan di tengah Provinsi Markazi dan 31 kasus di utara Provinsi Alborz.
30 kasus juga dilaporkan di kota suci Qom, pusat penyebaran wabah virus corona di negara republik Islam ini.
Dua kematian pertama akibat virus corona di Iran diumumkan terjadi di Qom pada 19 Februari 2020.
Sementara itu Provinsi Gilan mencatatkan 28 kasus, 17 kasus ditemukan di timur laut Khorasan Razavi, dan 8 kasus muncul di selatan provinsi Fars.
Bahkan virus corona di Iran juga turut menjangkiti sejumlah pejabat senior negara.
Beberapa pejabat tinggi, termasuk seorang wakil presiden dan wakil Menteri Kesehatan telah dites positif virus yang pertama muncul di Wuhan, China, ini.
Satu anggota parlemen, yang dipilih dalam jajak pendapat 21 Februari di Iran, telah meninggal karena virus korona pada Sabtu (29/2) kemarin.
Wabah virus corona memaksa pemimpin tertinggi Iran untuk menutup parlemen dan memberlakukan larangan perjalanan internal. '
Meski begitu, bukan berarti tidak ada kabar baik dari kasus virus corona di Iran.
"Untungnya, bersamaan dengan berita tidak baik dalam beberapa hari terakhir, ada 175 kesembuhan di beberapa provinsi.
Mereka telah dirawat dan meninggalkan rumah sakit," lanjut Jahanpour.
Cara-cara untuk memerangi virus yang sudah membunuh lebih dari 2.000 jiwa di seluruh dunia ini juga terus diupayakan.
Salah satunya adalah saran dari ulama lokal di Iran, agar pasien virus corona mengonsumsi gula merah dalam jumlah besar, membakar tanaman rue liar, dan menghirup tembakau.
Kematian AS
Dari Negeri "Uncle Sam" dilaporkan terdapat dua kematian akibat Covid-19 yang terjadi di King County, Negara Bagian Washington, pekan lalu.
Peneliti dari Pusat Penelitian Fred Hutchinson dan University of Washington menuturkan, mereka punya bukti virus itu sudah bersirkulasi selama enam pekan di DC.
Artinya, ada kemungkinan terdapat ratusan kasus yang tak terdeteksi di area tersebut.
Pemerintah pusat berusaha menenangkan publik.
Wakil Presiden Mike Pence dan Menteri Kesehatan Alex Azar menyatakan, jajarannya berusaha menjamin bahwa otoritas pusat maupun negara bagian bisa melakukan tes ke warganya.
Ribuan alat tes sudah dibagikan, dengan ribuan lainnya bakal menyusul, demikian keterangan keduanya pada wawancara televisi Minggu (1/3/2020).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pembantu Pemimpin Tertinggi Iran Meninggal karena Virus Corona",