Tak Ada Pasokan dari Sumut, Harga Gula Melonjak  

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wadir Reskrimsus Polda Aceh, AKBP Hairajadi SH, Kadisperindag Aceh, Drs Muslem, Kadis Pangan Cut Yusmaniar sedang mewawancarai pedagang gula pasir di Pasar Aceh Senin (23/3/2020).

BANDA ACEH - Pedagang pada sejumlah pasar tradisional di Aceh mengaku saat ini sangat sulit mendapatkan pasokan gula pasir dari Sumatera Utara (Sumut) akibat Polda setempat melarang kuota gula pasir mereka disuplai atau dijual ke luar provinsi tersebut termasuk Aceh. Akibatnya, harga gula pada tingkat pedagang grosir di Banda Aceh dan sekitarnya melonjak sebesar Rp 1.400 per kilogram (Kg) atau dari Rp 15.600 per Kg pada dua minggu lalu menjadi Rp 17.000 per Kg. Hal itu disampaikan pedagang kepada Wadir Reskrimsus Polda Aceh, AKBP Hairajadi SH, saat meninjau sejumlah pasar tradisional di Banda Aceh dan Aceh Besar, Senin (23/3/2020).

Saat kunjungan kerja dalam rangka pemantauan kebutuhan sembako di pasar terkait pencegahan virus Corona (Covid-19) itu, Wadir Reskrimsus Polda Aceh didampingi Pelaksana tugas (Plt) Kadisperindag Aceh, Muslem Yacob SAg MPd, bersama Kabid Perdagangan Dalam Negeri, Abdussalam SSos MSi, serta Kasi Bahan Pokok dan Barang Penting, Abdullah SSos, Kadis Pangan Aceh, Cut Yusminar APi MSi, perwakilan Dinas Perkebunan dan Pertanian Aceh, Kepala Biro Ekonomi Setda Aceh, Amiruddin, serta sejumlah pejabat lainnya.

Menurut pedagang, kini harga gula pada tingkat grosir di Banda Aceh dan sekitarnya mencapai Rp 850.000 per sak (50 Kg) atau Rp 17.000 per Kg. Padahal, dua minggu lalu harganya Rp 780.000 per sak atau Rp 15.600 per Kg. "Melonjaknya harga gula dalam dua pekan terakhir ini karena ada informasi Polda Sumut melarang gula jatah provinsi itu tidak boleh dijual ke daerah lain," kata pedagang Toko ‘Syukur Nikmat’ di Pasar Lambaro, kepada Wadir Reskrimsus Polda Aceh.

Laporan hampir sama juga disampaikan pedagang gula Toko Indo Plastik, di Pasar Aceh. “Minggu ini kami dapat kiriman gula dari mitra dagang di Medan hanya 30 sak, sementara mingu sebelumnya 100 sak. Harganya Rp 850.000 per sak (50 Kg) atau Rp 17.000 per Kg. Sementara harga ecerannya bisa jadi di atas Rp 18.000/Kg," ujar pedagang itu.

H Ramli, pedagang gula di Pasar Peunayong mengatakan, harga gula tinggi karena stoknya sudah menispis pada penyalur di Medan. Untuk mengatasi keresahan masyarakat akibat terus menipisnya stok gula, Polda Sumut melarang stok gula pasir yang ada di provinsi itu dijual ke  luar Sumut. Dampak larangan itu, sambungnya, pengiriman gula dari pedagang grosir di Medan ke Aceh menjadi macet. “Perusahaan angkutan barang trayek Medan-Aceh, sekarang tak berani mengangkut gula dari Medan ke Aceh, karena takut ditangkap polisi di wilayah perbatasan,” ungkapnya.

Karena itu, Ramli menyarankan kepada Kadisperindag Aceh segera mengajukan kuota impor gula untuk Aceh kepada Menteri Perdagangan. Alasannya, stok gula di Aceh saat ini sudah sangat menipis. “Sekarang stok gula di Aceh paling banyak untuk tingkat pedagang grosir hanya 30-50 sak. Stok sebanyak itu hanya cukup untuk dua sampai tiga hari ke depan, setelah itu kosong kembali. Jadi, wajar kalau harga gula pada pedagang pengecer di Banda Aceh dan Aceh Besar saat ini mencapai Rp 17.000 -Rp 18.000/Kg,” jelas Ramli.

Harga itu, tambahnya, jauh di atas harga gula di Sabang yang hanya dijual Rp 12.000-Rp 13.000 per Kg. Di Sabang, sebut Ramli, harga gula murah karena kota itu berstatus sebagai Pelabuhan dan Perdagangan Bebas, sehingga boleh masuk gula di luar negeri tanpa harus memminta kuota impor dari Menteri Perdagangan dan tak dikenakan bea masuk. “Di Sabang, harga gula pada tingkat pedagang penyalur Rp 500.000-Rp 550.000 per sak (50 Kg) atau Rp 10.000-Rp 11.000 per Kg,” pungkasnya.      

Wadir Reskrimpolda Aceh, AKBP Hairajadi SH, mengaku terkejut dengan informasi yang disampaikan pedagang. Menurut Hairajadi, pihaknya akan melakukan konfirmasi ke Polda Sumut, terkait larangan pengiriman gula pasir dari provinsi itu ke daerah lain termasuk Aceh. Aceh, kata Wadir Reskrimsus, sampai kini belum diberi kuota impor gula untuk memenuhi kebutuhan 5,2 juta jiwa penduduknya sebanyak 4.000 ton per bulan. "Gula untuk Aceh kalau bukan dikirim dari Sumut, dari mana lagi, sementara kuota impor juga belum diberikan," ujarnya dengan nada bertanya.

"Jika Polda Sumut melarang gula dijual ke luar daerah, maka Aceh yang pertama terkena dampaknya. Karena itu, kita akan konfirmasi ke Polda Sumut, untuk dicarikan solusi terbaik  terkait masalah ini," ungkapnya.

Plt Kadisperindag Aceh, Muslem Yacob, mengatakan, dalam rangka pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri, Pemerintah Pusat sudah menerbitkan izin impor kepada Bulog sebanyak 29.750 ton. Gula itu akan masuk ke Indonesia dalam minggu depan dan setelah masuk gula itu akan diolah kembali pada pabrik yang ada di Pulau Jawa. Selain kepada Bulog, sebut Muslem, Menteri Perdagangan juga ada menerbitkan kuota impor gula kepada importir gula nasional sebanyak 438.802 ton, dalam bentuk bahan baku gula kristal mentah. “Kepada siapa saja diberikan izin impor itu, kami belum tahu,” ujarnya.

Untuk pemenuhan kebutuhan gula di Aceh, tambah Muslem, pihaknya sudah memberikan rekom kepada dua perusahaan untuk impor yang diajukan ke Menterian Perdagangan. "Tapi, sampai kini belum ada respons dari Kementerian Perdagangan," ungkap Muslem.

Dalam kunjungan itu, sambung Muslem, pihaknya juga bertemu Kepala Bulog Aceh, Irsan Nasution. Menurut Kepala Bulog Aceh, saat ini tak stok gula di Gudang Bulog. Hanya ada stok beras sebanyak 21.000 ton yang tersebar pada sejumlah Gudang Bulog di Aceh. Irsan juga mengatakan, untuk kebutuhan pasar murah menjelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, pihaknya sudah mengusul gula ke Bulog Pusat sebanyak 1.200 ton. Informasinya, pada awal bulan depan, gula itu akan dikirim ke Bulog Aceh.

Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Aceh, Abdussalam SSos MSi mengatakan, kecuali gula pasir, harga kebutuhan pokok lain stabil. Seperti telur ayam ras Rp 40.000/lempeng (30 butir), minyak goreng curah Rp 12.000/Kg, tepung terigu Rp 8.000-Rp 9.000/Kg, beras lokal Rp 150.000-Rp 160.000/sak (15 Kg), dan beras luar Rp 170.000-Rp 180.000 per sak isi 15 kilogram. (her)    

Berita Terkini