SERAMBINEWS.COM, PORT VILA - Negara kecil dan miskin di Samudera Pasifik, Vanuatu diterjang monster badai yang membawa angin dengan kecepatan 235 km per jam, Senin (6/4/2020).
Badai Pasifik Harold yang bisa disebut topan monster telah merubah negeri itu dari tanpa bencana virus, menjadi hancur digoyang topan.
Para ahli mengkhawarkan akan merusak pertempuran negara Pasifik yang miskin itu untuk tetap bebas dari virus korona.
Badai Tropis Harold telah menewaskan 27 orang ketika menyapu Kepulauan Solomon pekan lalu dan menguat ke badai kategori lima atau skala tertinggi saat menerjang Vanuatu.
Badai itu memiliki kecepatan angin hingga 235 kilometer per jam, sehingga pemerintah mengeluarkan peringatan bahaya di beberapa provinsi.
Badai juga mendarat di pantai timur terpencil pulau Espiritu Santo pada Senin pagi dan langsung menuju Luganville, kota terbesar kedua di Vanuatu, dengan populasi 16.500 jiwa.
Badai yang bergerak lambat diperkirakan akan melewati utara ibu kota Port Vila pada Selasa (7/4). pagi. Pejabat memperingatkan penduduk di negara 300.000 jiwa itu untuk menghadapi banjir bandang dan mengatakan kapal harus tetap di pelabuhan atau berisiko menghadapi gelombang besar.
Kekhawatiran lain, dampak bencana alam yang besar terhadap upaya Vanuatu untuk tetap menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia tanpa infeksi COVID-19.
Vanuatu sebenarnya telah menutup perbatasan internasional untuk menghindari virus, tetapi larangan pertemuan publik untuk sementara ditunda, agar orang dapat berkumpul di pusat-pusat evakuasi.
"Fokusnya lebih pada COVID-19 dan kami telah memindahkan fokus ke kesiapan untuk topan super ini," kata Koordinator Bencana Palang Merah Vanuatu, Augustine Garae kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC), Senin (6/4/2020).
"Kami memahami bahwa beberapa orang di beberapa komunitas tidak benar-benar siap,” tambahnya.
Upaya bantuan internasional besar terakhir kali juga dengan badai kategori lima, Siklon Pam, menghantam Vanuatu pada 2015.
Jika operasi serupa diperlukan setelah Topan Harold, akan berisiko mengimpor virus ke negara yang tidak memiliki peralatan kesehatan yang memadai untuk menghadapi wabah ringan sekalipun.
"Belum ada kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di Vanuatu, tetapi bencana ini dapat menghadirkan tantangan serius atas bantuan penyelamatan jiwa," kata Direktur Oxfam Vanuatu, Elizabeth Faerua.
Topan Pam meratakan Port Vila, menewaskan 11 orang dan meninggalkan petak kehancuran yang diperkirakan Bank Dunia memusnahkan hampir dua pertiga dari perekonomian Vanuatu.
Badai terbaru Harold telah menyebabkan kerusakan luas di Kepulauan Solomon, di mana sebuah feri antar-pulau mengabaikan peringatan cuaca dan 27 orang tersapu dari geladak.
Polisi Solomon pada Minggu (6/4) mengatakan hari Minggu bahwa mayat lima penumpang dari MV Taimareho telah ditemukan dan pencarian akan dilanjutkan pada hari berikutnya.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang ... yang terlibat dalam pencarian 27 orang yang hilang dan kami akan berusaha semaksimal mungkin menemukan mayat-mayat itu sehingga kerabat yang berduka dapat memberi penguburan yang layak," kata kepala pengawas Richard Menapi.
Feri berangkat dari Honiara ke pulau Malaita pada Kamis malam, membawa 700 orang lebih sebagai bagian dari program evakuasi pemerintah dalam menanggapi krisis virus corona.(*)