Yang telah terlatih sebelum Ramadhan, hawa nafsu yang sering melihat yang haram. terlatih hawa nafsunya,” jelas Buya.
“Hawa nafsu jika sudah terlatih dikatakan Akhbas, lebih kejam daripada 70 setan. Jadi karena hawa nafsu,” tambah Buya.
Versi lain, Buya menjelaskan berbagai versi mengenai setan yang dibelenggu ketika Ramadhan.
“Sebagian lagi memaknainya bahwasanya yang disebut setan dibelenggu itu begitu mudahnya jalan kebaikan yang Allah buka untuk hambanya pada bulan Ramadhan.
Sampai seolah-olah setan menganggu saja susah, ini sampai ada tujuh pendapat ini, sampai berapa macam pendapat,” kata Buya.
“Pendapat lain, yang dibelenggu hanya setan-setan yang marit, maradasyaitin, jadi mereka yang kelas-kelas berat saja.
Jadi itu penafsiran-penafsiran tentang itu semuanya. Yang jelas, kita harus percaya karena Nabi pernah menyebutkannya.
Biarpun kita mengambil pendapat yang pertama, yang benar-benar dibelenggu maka ingat di dalam diri kita ada hawa nafsu yang lebih keji daripada setan itu sendiri,” ujar Buya.
Buya juga memberikan gambaran seperti pendapat Imam Ghazali terkait hawa nafsu.
“Malah paling susah kata Imam Ghazali adalah disaat kita berurusan dengan hawa nafsu.
Hawa nafsu ini paling halus, malah hawa nafsu kita mengajak kepada kebaikan tapi dibaliknya ada sesuatu.
Hawa nafsu ngajak ngaji tapi dibalik mengaji ada niat menggoda seseorang di sana,” sebut Buya.
Lanjutnya, Buya memaparkan untuk lebih fokus pada ibadah dalam bulan Ramadhan, bukan pada setannya.
Karena pada bulan Ramadhan, Allah muliakan dengan berbagai hal, maka utamakan berbuat baik, daripada memperdebatkan terkait setan.
“Niatnya ngaji, hawa nafsu, jadi seperti itu yang jelas bulan Ramadhan adalah bulan mulia, bulan yang penuh berkah dan nabi menyebutkan setan-setan dibelenggu.