Ada hal penting yang akan saya sampaikan,” kata mantan wagub Aceh tersebut dengan suara tegas dan fokus dari ujung telepon.
Laporan Nasir Nurdin | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Kematian Mayjen (Purn) HT Djohan akibat penembakan ketika kembali dari shalat magrib di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Kamis, 10 Mei 2001 masih menyisakan misteri, baik motif maupun pelakunya.
Mistreri itu sama gelapnya dengan yang akan disampaikan HT Djohan kepada Serambi melalui wawancara khusus yang direncanakan keesokan harinya, Jumat 11 Mei 2001.
Beberapa jam sebelum penembakan itu, tepatnya menjelang ashar, 10 Mei 2001, Wartawan Serambi Indonesia, Nasir Nurdin menerima telepon dari HT Djohan.
“Apa Anda punya waktu sebentar? Saya ingin memberikan keterangan pers.
Ada hal penting yang akan saya sampaikan,” kata mantan wagub Aceh tersebut dengan suara tegas dan fokus dari ujung telepon.
Karena pertimbangan ‘kepepet’ waktu—apalagi banyak hal penting yang akan disampaikan—dan Serambi juga merasa perlu merangkum beberapa isu untuk dikonfirmasikan, akhirnya disepakati menunda pertemuan hingga Jumat pagi, 11 Mei 2001.
Tempat yang disepakati untuk wawancara khusus tersebut di markas Kwartir Daerah (Kwarda) Pramuka Aceh, Jalan Nyak Adam Kamil, Banda Aceh.
• Sosok Syakir Daulay, Hafiz Quran dan Aktor Muda Asal Aceh, Pernah Sekolah di Bireuen dan Main Film
• Kementan Luncurkan Antivirus Corona Berbahan Eucalyptus, Ini 7 Manfaat Eucalyptus untuk Kesehatan
• Rutin Minum Air Rebusan Serai 2 Kali Sehari, Kadar Kolesterol Pria Turun Drastis
“Baiklah kalau begitu. Saya tunggu besok pagi jam setengah sepuluh,” kata Pak Djohan sambil menutup pembicaraan telepon.
Ternyata, pembicaraan HT Djohan dengan Serambi pada Kamis sore itu adalah pembicaraan terakhir.
Selepas magrib malam itu, merebak kabar duka putra Aceh kelahiran Tanoh Abee, Kecamatan Seulimuem, Aceh Besar. tahun 1937 tersebut, meninggal dunia.
HT Djohan meninggal akibat ditembak orang tak dikenal ketika pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki seorang diri setelah melaksanakan shalat magrib di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Lokasi penembakan tak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman dan terpaut sekitar 50 meter menjelang sampai ke rumahnya.
Bagi Serambi, kematian mantan wagub Aceh periode 1988-1993 itu terasa begitu menyentak.
Kematiannya secara tragis menjadi berita utama edisi Jumat, 11 Mei 2001.
Berita itu juga dilengkapi dengan tulisan pendukung tentang misteri dari sebuah rencana wawancara yang tak pernah terlaksana. Tabir itu begitu pekat, hingga kini.(*)