Di Kota Atlanta ada enam petugas polisi Atlanta didakwa melakukan tindakan berlebihan terhadap dua mahasiswa yang mengikuti unjuk rasa pada Sabtu malam lalu.
Para polisi itu disebut memecahkan kaca mobil, menarik keluar seorang wanita dari dalam mobil dan menangkap laki-laki di sebelahnya.
Menteri Pertahanan (Menhan) AS Mark Esper menyebut pembunuhan George Floyd sebagai kejahatan mengerikan dan menyatakan para polisi yang terlibat harus dimintai pertanggungjawaban atas pembunuhan itu.
Uniknya, Esper menegaskan tidak mendukung penggunaan militer aktif untuk memadamkan unjuk rasa, sebuah sikap yang bertentangan dengan pidato Presiden Donald Trump pada awal pekan ini.
Sikap Esper itu senada dengan pernyataan mantan Menteri Pertahanan James Mattis.
Pensiunan Jenderal Marinir AS itu mencerca Trump yang mengancam menerjunkan militer bersenjata untuk memadamkan kerusuhan.
"Trump merupakan presiden pertama dalam hidup saya yang tidak mencoba menyatukan rakyat Amerika. Kita menyaksikan konsekuensi tiga tahun tanpa kepemimpinan yang matang," kata Mattis yang mengundurkan diri dari jabatan Menhan AS pada 21 Desember 2018 itu.
Kejadian serupa
Peristiwa yang menimpa Floyd ternyata pernah terjadi sebelumnya di Negara Bagian Florida.
Sebuah video muncul di media sosial menunjukkan seorang petugas kepolisian Kota Sarasota menekan leher seorang pria menggunakan lutut.
Dalam video berdurasi 90 detik itu dan direkam pada 18 Mei 2020, tiga petugas terlihat berusaha membawa seorang pria ke tahanan.
Seorang polisi kemduian terlihat berlutut di kepala dan leher pria itu.
Baca: Tagihan Listrik di Rumah Raffi Ahmad & Nagita Slavina Capai Rp 17 Juta Per Bulan, PLN Anggap Wajar
Pria itu, ditangkap karena tuduhan kekerasan dalam rumah tangga terdengar berteriak, "Mengapa saya ditangkap," saat petugas berlutut di leharnya.
“Ketika saya berteriak, dan bertanya, mengapa saya ditahan, dia mulai meletakkan lututnya ke leher saya," kata Patrick Carroll dalam sebuah wawancara dengan WFTS, televisi aliansi CNN.