Oleh T. Murdani*)
“Dari abu Huraira radhiallahu, Rasulullan SAW bersabda; telah diampuni seorang wanita penzina yang lewat di depan anjing yang menjulurkan lidahnya ke dalam sebuah sumur, di mana anjing tersebut hampir mati kehausan”. Lalu dia lepaskan sepatunya, lalu diikatnya dengan kerudungnya (untuk menimba air) lalu diberinya minum. Maka diampuni dosa wanita penzina tersebut karena memberi minum anjing kehausan tersebut (HR Bukhari)”.
Adab Sesama Makhluk
Alkisah ada seorang wanita pelacur yang sedang berjalan di padang pasir. Dia berjalan setelah keluar dari tempatnya melacur, berjalan tanpa arah dan tujuan, berbagai caci-maki diterimanya dari orang-orang yang dijumpai karena profesinya sebagai penzina. Namun wanita tersebut tetap berjalan sambil menyesali perbuatannya.
Ditengah padang pasir, ketika dia melewati sebuah sumur dia melihat sekor anjing yang hampir mati kehausan dan sedang menjulurkan lidahnya untuk menjangkau air dalam sumur tersebut.
Pelacur tesebut membuka sepatunya, kemudian membuka kerudungnya untuk dijadikan tali untuk mengambil air dari sumur tersebut dan memberikan kepada anjing yang malang itu.
Setelah meminum air tersebut sang anjing kembali mampu berdiri dan pergi dari sumur tersebut.
Sedangkan si pelacur yang juga kehausan menurut suatu riwayat tidak sempat meminum air karena malaikat maut telah mengambil nyawanya.
Namun Allah mengampuni dosa-dosanya karena telah berbuat baik terhadap makhluknya.
• Kadisnak Aceh Ucapkan Terima Kasih Atas Kritikan Soal Sapi Saree, Janji Lakukan Pembenahan
Dalam kisah yang lain diceritakan, ada seorang ahli ibadah yang selalu sujud dan melakukan ibadah kepada Allah.
Namun karena keasyikan beribadah siang dan malam, dia lupa memberi makan dan minum seekor kucing yang dipeliharanya.
Sehingga kucing tersebut mati kelaparan dan kehausan, maka Allah tempatkan dia di dalam neraka.
Dua kisah tersebut saya dengar ketika saya masih kelas 5 SD di pedalaman Aceh Utara dari seorang teungku yang mengajar kami mengaji dengan suka rela tanpa menerima bayaran.
Kalau saya tidak salah ingat, kisah tersebut diceritakan ketika kami sedang belajar kitab Adabul Insan.
Sebuah kitab kecil yang menceritakan kelakuan terpuji manusia baik terhadap Khaliq maupun terhadap makhluk ciptaannya serta persoalan halal dan haram.
Mendengar kisah tersebut saya sangat ketakutan, saya yakin teman-teman yang lain juga memiliki perasaan yang sama.
Sehingga tidak sempat berfikir apakah cerita malam tersebut merupakan cerita pesanan dari orang tua kami.
Karena kami kadangkala terlalu asyik bermain sampai lupa mencari rumput ataupun memberi minum sapi yang telah diberikan tanggung jawab untuk menjaganya kepada kami.
• Peternak Australia Kecewa Lihat Kondisi Sapi di Saree
Waktu itu walaupun kami masih bersekolah ditingkat SD, tetapi rata-rata kami diberikan seekor sapi oleh orang tua kami untuk kami pelihara.
Ketika sapi itu dijual kami boleh meminta apa saja sebagai hadiah dari keringat yang telah kami keluarkan untuk pemeliharaan sapi tersebut.
Tidak jarang juga sapi tersebut merupakan persiapan biaya untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi ataupun ke Dayah untuk meperdalam ilmu agama.
Leumo Pijuet dan Kambing Hitam
Memori di atas datang kembali ketika mengamati media sosial dalam minggu ini yang dipenuhi dengan status dan gambar sapi kurus kering karena tidak diberimakan oleh tuannya.
Bahkan ramai yang secara gamblang menuduh kalau pakan sapi telah dimakan oleh tuannya.. wallahu’alam, biarlah Allah yang menunjukkan kebenarannya nanti di “yaumil hisab”.
• Empat Fakta Gajah Hamil Mati Usai Makan Nanas Berisi Petasan
Namun cerita sapi tersebut menjadi lebih menarik ketika Serambi Indonesia berhasil mewawancarai salah seorang dari Asosiasi Peternak Sapi Asutralia yang menceritakan tentang tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan sapi mulai dari sapi itu lahir sampai berakhir hidupnya di rumah potong.
Kalau dia gagal melaksanakan tugas tersebut maka pada saat itu juga dia akan dijebloskan ke dalam penjara.
Berita ini mengherankan, bagaimana tidak Australia negara kafir dan saya yakin narasumber Serambi tersebut juga non-muslim.
Tapi berbicara tugas dan tanggung jawab terhadap kesejahteraan sapi semasa hidupnya dan konsekuensi yang harus diterima ketika dia gagal sangat luar biasa.
Sedangkan nanggroe-ku yang tercinta dengan dengan program Aceh Hebat dan syariat Islamnya, lupa memberikan makan dan minum sapi peliharaannya sehingga konon katanya banyak yang mati kelaparan.
Maka dikutuklah kita oleh tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta dengan segala isinya.
Belum lagi selesai viral dengan berita Trans Continent angkat kaki dari KIA Ladong karena tidak becusnya kinerja para pejabat Aceh.
Kini muncul lagi persoalan sapi yang kurang gizi yang di dalam sebuah video berebut ranting pohon kering untuk makanannya.
Sepertinya Allah sedang menunjukkan satu persatu kebobrokan yang ada di Aceh terhadap penyimpangan penggunaan dana Otsus selama ini.
Semua pihak harus memahami bahwa kenikmatan dana otsus yang sedang dirasakan oleh segolongan manusia di Aceh hari ini tidak terlepas dari ribuan nyawa yang telah melayang, air mata para janda dan jeritan anak yatim yang ditinggalkan oleh tiga dekade konflik di Aceh.
• Pria Ini Bingung Rawat Bayinya yang Hidrosefalus, Tanpa Penghasilan Akibat PHK di Tengah Covid-19
Mantan kombatan adalah orang-orang yang berjasa dalam pengucuran dana tersebut.
Tetapi kenyataannya kebanyakan dari mereka yang saat ini masih hidup terluntang lantung tidak jelas nasibnya. Sedangkan yang pinter olah-mengolah memiliki istana yang cukup indah.
Walaupun beberapa orang mantan gerakan Aceh merdeka telah berkuasa di Aceh, tetapi para pejabat tetaplah orang yang sama, hanya posnya saja yang di rotasi.
Penganggaran dan pencairan dana itu adalah tugas dan tanggung jawab para pejabat disetiap Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA).
Sehingga menjadi aneh ketika ada kesalahan bukannya mengakui dan minta maaf tetapi malah menggiring opini untuk menyalahkan rezim sebelumnya.
Semestinya bila sudah tidak mampu lebih baik mengundurkan diri saja, sikap ini akan lebih terhormat. Kalau sudah salah minta maaf saja maka anda akan lebih dihormati.
Namun yang sangat disayangkan adalah ketika ada upaya pembenaran dan penggiringan opini untuk menyalahkan pihak lain dalam persoalan ini.
• Besok, Portal Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka
Logikanya adalah sapi-sapi itu merupakan harta kekayaan Aceh. Setiap kekayaan Aceh adalah tanggung jawab pemerintah Aceh untuk menjaga dan memeliharanya.
Siapa saja yang menjabat pada masa tersebut telah terikat dengan tugas dan tanggung jawab tersebut. Kenapa harus mencari kambing guling..?
Bukankah sapi-sapi itu tidak memotong gaji atau tunjangan para pejabat dalam penyediaan pakannya karena sudah ada pos anggaran sendiri.
Menjadi ganjil ketika anggaran pakan sapi miliaran rupiah tetapi sapi tersebut malah tidak ada pakan di kandangnya.
Atau mungkin inilah yang dikatakan “wrong man in the right place” (orang yang salah di tempat pada posisi yang benar), “tuah tuboeh jeut keu peujabat”.
Walau setelah menempati ruangan yang ber-AC, tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Atau sibuk menghitung pos anggaran mana yang bisa diramah.
Padahal orang-orang tua Aceh dahulu telah memperingatkan kita dengan tegasnya;
“Meunyeu careung bak tapeulaku, boeh labu jeut keu asoe kaya. Meunyeu hana tatu’oeh peulaku, aneuk teungku jeut keu beulaga”.
Kondisi ini sekaligus menunjukkan kepada masyarakat Aceh bahwa para elit dan pejabatnya tidak memiliki kemampuan walaupun sekedar mengurus sapi. Padahal sapi-sapi tersebut hanya butuh pakan saja.
Bagaimana mengurus kesejahteraan rakyatnya yang sangat dinamis dengan berbagai latar, kebutuhan dan kepentingan.
• Plt Gubernur Aceh Lepaskan Sapi Karantina ke Padang Penggembalaan
Agar program Aceh Hebat tidak memalukan, kalau memang tidak mampu ada baiknya sapi-sapi tersebut disalurkan saja kepada masyarakat agar hidupnya tidak teraniaya dengan berbagai pola kearifan local seperti mawah dan sebagainya.
Bagaimana kita bisa bangkit dari peringkat termiskin se-Sumatera kalau sapi lebih baik dibiarkan mati daripada disalurkan kepada masyarakat.
Kemudian berkoar-koar bahwa sapi-sapi tersebut tanggung jawab rezim sebelumnya yang telah menghabiskan uang negara milyaran rupiah.
*) PENULIS adalah mahasiswa program Doktor dalam bidang International Development, Fakultas Art & Design, University of Canberra, Australia, mengajar pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.