Tim Polres Subulussalam telah mengambil sampel air sungai setelah ikan mabuk massal di Longkib untuk diuji di lab atau laboratorium.
Laporan Khalidin I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Polres Subulussalam melakukan penyelidikan terkait penyebab ratusan ribu lebih ikan air tawar yang mabuk massal hingga mati di Sungai Longkib, Kecamatan Longkib dua hari lalu.
"Jadi kita sedang melakukan penyelidikan mengenai kasus ikan mabuk massal di Sungai Longkib ini," kata Kapolres Subulussalam AKBP Qori Wicaksono SIK kepada Serambinews.com, Minggu (21/6/2020).
Menurut Kapolres AKBP Qori Wicaksono, pascainformasi ikan mabuk massal di Longkib, Kecamatan Longkib, tim Polres Subulussalam terjun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan.
Dikatakan, tim Polres Subulussalam telah mengambil sampel air sungai setelah ikan mabuk massal di Longkib untuk diuji di lab atau laboratorium.
Pengambilan sampel air dilakukan pada Rabu (17/6/2020) sehari setelah ikan mati massal.
• VIDEO - Detik-detik Truk dan Pikap Terperosok di Jembatan Bailey Geumpang
• VIEDO - Cuaca Cerah Pemantauan Gerhana Matahari di Langit Kota Lhokseumawe
• Mualem dalam Pertemuan KAB Sebut Jangan Sampai Pagar Makan Tanaman
Kapolres AKBP Qori menyatakan pengambilan sampel air sungai tersebut disaksikan pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutunan (DLHK) Kota Subulussalam.
Polisi mengambil sampel air guna diperiksa ke laboratorium karena ada dugaan jika ikan mabuk massal terkait pencemaran limbah pabrik yang beroperasi di sekitar sungai.
”Sampel sudah dibawa ke laboratorium untuk diperiksa, nanti kita lihat hasilnya,” ujar Kapolres AKBP Qori
Dikatakan, jika nantinya hasil laboratorium sungai tercemar limbah hingga mengarah ke penyebab mabuknya ikan secara massal, polisi langsung memproses sesuai hukum.
Namun sejauh ini, polisi tidak dapat mengambil tindakan apapun sebelum hasil laboratorium sampel air sungai keluar.
Menurut AKBP Qori, hasil laboratorium diperkirakan akan keluar dalam 14 hari ke depan.
Selain mutu baku air, Polres Subulussalam mengambil lima ekor sampel ikan untuk diuji ke laboratorium.
Dikatakan, pemeriksaan limbah di lab baku mutu karena lab sucofindo milik BUMN alatnya rusak.
Kemudian untuk ikan di laboratorium Mabes Polri. Sejauh ini polisi masih menunggu hasil lab kedua objek yang diuji.
Sebelumnya diberitakan ratusan ribu ekor lebih ikan air tawar berbagai jenis di Sungai Longkib, Desa Longkib, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam yang mabuk dan mati massal diduga akibat keracunan limbah.
”Kami menduga kuat ikan-ikan di sungai mati karena limbah,” kata Rajudin, Kepala Desa Longkib kepada Serambinews.com, Rabu (17/6/2020).
Rajudin menyatakan dia sempat menyaksikan langsung ikan-ikan air tawar mabuk sempoyongan di sungai Longkib.
Dari amatan secara fisik, kata Rajudin dipastikan jika ikan-ikan tersebut mabuk bukan disebabkan racun kimia.
Sebab, menurut Rajudin yang didampingi Kepala Desa Sepang Nasir, ada perbedaan ikan mabuk atau mati karena racun kimia.
Dikatakan, jika ikan mati massal karena racun kimia biasanya habis punah mulai ukuran kecil hingga besar.
Lagi pula, kata Rajudin, biasanya ikan yang mati karena racun kimia perutnya kembung.
Selain itu, Rajudin dan warga juga mendapati perubahan warna air sungai Longkib. Saat kejadian ikan mabuk massal bahkan mati kondisi air berubah dan terdapat campuran seperti limbah berwarna kuning.
Lantaran itu warga menduga kuat jika kematian ikan secara massal di Sungai Longkib disebabkan pencemaran limbah pabrik minyak kelapa sawit.
Warga pun mengaku mendapat beberapa petunjuk adanya limbah yang mencemari sungai Longkib hingga membuat ikan-ikan di sana musnah.
Warga mensinyalir adanya luapan atau tumpahan limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) yang beroperasi di Longkib ke sungai.
Ahmad yang merupakan warga Longkib mengaku jika ikan mabuk dan mati massal tersebut baru terjadi kali ini.
Sebelumnya kata Ahmad belum pernah ada kejadian ikan mabuk massa di sungai yang bermuara ke Sungai Souraya.
Atas kejadian ini, kata Ahmad, mereka memastikan semua jenis ikan dan udang air tawar di Sungai Longkib terancam punah.
Pasalnya, dari jumlah ikan yang mati diperkirakan semuanya hinggayang kecil.
Lebih jauh Ahmad menjelaskan, yang mabuk massal hingga mati tersebut diduga akibat air sungai sudah tercemar.
Ini karena saat masuk ke sungai mereka mencium aroma limbah. Ahmad membantah ikan terkait mati akibat racun kimia.
“Kalau racun kimia biasa baunya lebih menyengat ini lebih mengarah ke bau limbah,” ujar Ahmad
Ahmad menyatakan akibat kematian ikan secara massal ini bakal berdampak pada pencarian masyarakat sekitar.
Pasalnya, ada tiga desa di sana yang masyarakatnya mayoritas menggantungkan hidup dari sungai Longkib. Ketiga desa tersebut adalah Longkib, Panji dan Seperkas.
Sementara Hal Haris, mantan Camat Longkib yang ikut turun ke lokasi juga mengaku mendapat kabar ikan mati massal di sana.
Hal Haris pun mensinyalir adanya kaitan kematian ikan secara massal di sungai Longkib dengan pencemaran.
Ini, kata Hal Haris berdasarkan beberapa informasi yang dia peroleh dari masyarakat sekitar.
Pantauan Serambinews.com, hingga sore tadi masyarakat masih berduyun-duyun mencari memungut ikan-ikan berbagai jenis yang mabuk dan mati mendadak.
Mereka datang membaa alat penangkap ikan dan sebagian membawa pulang hingga berkarung-karung.
“Ada tiga karung dapat, tadi juga sudah satu trip dibawa ke rumah,’ ujar warga seraya mengaku jika ikan yang mereka dapat akan dikeringkan untuk stok lauk mereka. (*)