Benar sekali!
Sekarang terjadi perubahan signifikan dalam sikap GAM terhadap tuntutannya poada RI. Dulu merdka adalah harga mati, namun kini berubah menjadi kesepakatan damai. Tidak kah itu memicu terjadimnya faksi‑faksi bau ri tubuh GAM, seperti adanya era MP GAM dulu?
Fenomena yang ada saat ini memang sesuai dengan tuntutan Aceh saat ini. Dulu jelas berbeda dan kondisi serta tuntutan juga berbeda.
Inilah hal terbaik untuk Aceh saat ini, setelah daerah itu terjerat dalam konflik panjang selama tiga puluh tahun.
Belum lagi puncak prahara tsunami yang membut warga Aceh berada dalam puncak penderitaan. Dan itu membutuhkan pemulihan secara ekonomis, mental serta serta spiritual.
Lebih dari itu bantuan asing untuk Aceh juga banyak. Dan itu butuh rasa aman jika tidak bantuan itu ditarik dan rakyat akan menderita lagi.
Lebih tegas lagi!
Ya tepatnya, situasi dan kondisi saat ini membuat GAM memang harus berpikir dan mengambil kebijakan seperti yang ada saat ini. Jadi pilihsan saat ini sesuai fakta saat ini pula.
Pilihan itu juga atas anjuran pihak internasional. Dan RI‑GAM menempuh jalu baru yang lebih konstruktif. Bagi GAM kesempatan ini harus diambil.
Lalu apa manfaat global dari pilihan itu sendiri?
Melalui hal‑hal yang terkandung dalam MoU itu buat pertama sekali di Aceh akan ada satu hal besar, yakni kesempatan untuk membangun Aceh secara terpadu dan bermartabat menurut aspieasi warga Aceh sendiri.
Zaini Abdullah menambahkan, Aceh dalam wujud baru itu adalah Aceh yang pmerintahan sendiri. Atau self government. Ini di bawah rating merdeka, namun di atas grade special otonomi.
Dalam konteks itu menurut Malek mahmud kembali, akan ada perasaan yang lebih lega dan memiliki bagi rakyat Aceh dengan pilihan self government itu. Walaupun nsecara umum Aceh masih dalam bingkai NKRI.
Apakah pucuk pimpinan GAM bisa mengkonsolidasikan keputusan ndamai iu hingga tingkat paling bawah?
Insya Allah!