Luar Negeri

Berderai Air Mata, Ayah Jacob Blake yang Ditembak Polisi AS Membacakan Al-Fatihah untuk Anaknya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ayah Jacob Blake berbicara pada konferensi pers di depan Gedung Pengadilan Kenosha County di Kenosha, Wisconsin, Amerika Serikat pada 25 Agustus 2020.

Protes anti-rasisme meletus

Pengacara Jacob Blake mengatakan ke publik bahwa butuh sebuah ‘keajaiban’ bagi Jacob untuk bisa berjalan lagi.

Ia meminta petugas yang menembaki Jacob segera ditangkap dan orang lain yang terlibat dalam insiden itu juga diusut.

Penembakan Jacob Blake pada hari Minggu (23/8/2020) di Kenosha terekam dalam sebuah video dan memicu protes baru atas ketidakadilan rasial di beberapa kota.

VIDEO - Buntut Penembakan Jacob Blake, Kota Kenosha Menjadi Lautan Api

2 Polisi Ini Jadi Tersangka, Dorong Kakek 75 Tahun hingga Terluka Saat Demo Kematian George Floyd

Protes itu terjadi hanya tiga bulan setelah kematian George Floyd di tangan polisi Minneapolis, mengundang kecaman lebih luas tentang ras.

Beberapa demonstrasi berubah menjadi kerusuhan, termasuk pada malam ketiga di Kenosha, di mana beberapa suara tembakan terdengar.

Penduduk dan bergahai orang terlihat membawa senjata api dan tetap berada di jalan pada malam hari, setelah jam malam kota mulai dibatasi hingga pukul 8.

Dua orang ditembak mati pada malam protes anti-rasisme di Kenosha dalam kemungkinan serangan main hakim sendiri.

Diduga main hakim sendiri itu dilakukan oleh seorang pemuda kulit putih yang tertangkap kamera melepaskan tembakan di tengah jalan dengan senapan semi-otomatis.

Tembakan senjata meletus Selasa (25/8/2020) malam, selama ketiga malam kerusuhan berturut-turut.

Satu Polisi yang Terlibat Pembunuhan George Floyd Bebas, Bayar Uang Jaminan Rp 10,6 Miliar

Suasana Pemakaman George Floyd, Disemayamkan di Peti Emas dan Disiarkan Langsung

Gubernur Wisconsin, Tony Evers telah menyerukan untuk tenang, sementara juga menyatakan keadaan darurat di mana ia menggandakan penempatan Garda Nasional di Kenosha dari 125 menjadi 250.

Malam sebelumnya kerumunan massa menghancurkan puluhan bangunan dan menyebabkan lebih dari 30 kebakaran di kota pusat kota itu.

"Kami tidak dapat membiarkan siklus rasisme dan ketidakadilan sistemik berlanjut," kata Evers.

Ia juga menghadapi tekanan yang meningkat dari Partai Republik atas penanganan kerusuhannya.

"Kami juga tidak bisa terus menempuh jalur kerusakan dan kehancuran ini," katanya. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkini