Setelahnya, intensitas nyeri yang dirasakan peserta diukur menggunakan skala numerik.
Hasilnya, intensitas nyeri berkurang sugnifikan.
Selain itu, peserta mengalami peningkatan kualitas tidur.
Namun demikian, studi mengenai keamanan metode ini harus dilakukan lebih lanjut.
• 10 Anggota KKB Pimpinan Purom Wend Menyerahkan Diri, Ngaku Gabung dengan OPM Karena Diancam
• Mitos Bisa Bikin Darah Tinggi, Daging Kambing Ternyata Menyehatkan Jika Diolah dengan Benar
2. Radang usus kronis
Tanaman ganja dilaporkan menghasilkan efek menguntungkan bagi pasien dengan penyakit radang usus.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Gastroenterology Hepatology tahun 2013 melakukan uji kontrol terkait hal tersebut.
Mereka merekrut 21 pasien radang usus kronis yang dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama diminta untuk mengisap ganja, sedangkan kelompok kedua diminta mengisap plasebo (obat kosong).
Hasilnya, selama 8 minggu perawatan, kelompok pertama dilaporkan mengalami peningkatan nafsu makan dan tidur tanpa efek samping yang signifikan.
3. Terapi PTSD
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Behavioural Pharmacology 2016 lalu membuktikan manfaat ganja untuk terapi gangguan stress pasca-trauma (PTSD).
Studi terdahulu juga menunjukkan bahwa pengobatan dengan cannabinoid (zat dalam ganja) mampu menurunkan gejala PTSD termasuk meningkatkan kualitas tidur, mengurangi frekuensi mimpi buruk, dan mengurangi hyperarousal (stres kronis).
Kesimpulan penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Israel itu menegaskan agen cannabinoid menawarkan manfaat terapeutik untuk PTSD.
• 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun Islami Lengkap dengan Doa Barakallahu Fii Umrik
• Sebut Komplek Perumahan Bumi Landasan Ulin Angker, Ternyata Hoaks, Selebgram Cantik Ini Minta Maaf
4. Epilepsi