SERAMBINEWS.COM - Pagi itu, 16 September 2000, azan Subuh berkumandang di setiap masjid dan musahalla di Kota Banda Aceh.
Rektor IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN), Prof Safwan Idris terbangun dengan panggilan itu.
Bergegas beliau mengambil wudhu dan menunaikan shalat Subuh.
Setelah selesai shalat Subuh, beliau melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06:00 WIB.
Prof Safwan memulai aktifitas pagi di rumahnya di Jalan Alkindi, Kopelma Darussalam, Banda Aceh.
Beliau terbiasa dengan berbagai aktifitas akademik sejak pagi buta di ruangan kerja rumahnya.
Ia menghidupakan komputer, melihat tumpukan berkas dan surat-surat kampus yang kemudian disusukannya dengan rapi.
Jam meunjukkan pukul 06:45 WIB, kediaman Prof Safwan disambangi oleh dua orang pria.
“(tok..tok..tok) Assalamualaikum,” suara orang itu yang mengetuk pintu rumahnya.
Saat itu, pintu rumah beliau masih terkunci rapat.
Kedatangan dua tamu tak dikenal itu diketahui oleh pembantu Prof Safwan.
Sang pembantu bergegas menanyakan maksud kedatangan dua pria tersebut dari balik pintu.
Kepada pembantu, kedua pria tadi mengaku sebagai mahasiswa dan ingin bertemu Prof Safwan untuk menyampaikan suatu hal yang sangat penting.
Pembantu itu tak lantas membuka pintu, Ia terlebih dahulu melaporkan sosok dua pria tak dikenal itu kepada Ny Hj Alawiyah, yang merupakan istri dari Prof Safwan.
Karena alasan ingin bertemu dengan suaminya dan diyakini sebagai mahasiwa, Ny Alawiyah pun mempersilakan kedua pria tadi masuk ke ruang tamu.
Keduanya dipersilakan untuk menunggu Prof Safwan yang pagi itu sedang berada di ruang kerjanya.
• 19 Tahun Misteri Pembunuhan Safwan Idris tak Terungkap, NGO HAM: Sketsa Wajah Pelaku Sempat Beredar
Tanpa menaruh curiga, Ny Alawiyah pun menyampaikan kepada suaminya, bahwa ada dua mahasiswa yang ingin ketemu.
Setelah memberi tahu suaminya, Ny Alawiyah pun pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan pagi.
Sedangkan Prof Safwan menemui kedua tamu yang sudah menunggunya.
Dengan wajah tersenyum, Prof Safwan berjalan dari ruang kerjanya untuk menemui dua orang yang diduga mahasiswa itu.
Dor!, Tiba-tiba terdengar suara letusan senjata api dengan suara yang menggelegar.
Suara itu mengagetkan seisi rumah dan tetangga sekitar kediaman Prof Safwan.
Ny Alawiyah yang berada di dapur, bergegas mencari tahu suara yang diyakini berasal dari dalam rumahnya tersebut.
Saat tiba di ruang tamu, Ny Alawiyah melihat suaminya sudah tergeletak di lantai dengan posisi telungkup.
Darah mengalir dari wajahnya dan berceceran di lantai.
Mengubah suasana rumah menjadi mencekam dan tangisan histeris.
Sedangkan kedua tamu tadi langsung pergi dan menghilang dari rumah tersebut.
• Saat Ditembak, Prof Safwan Sedang Print Berkas Untuk Calon Gubernur Aceh, Hari Itu Terakhir Daftar
• Saat Ditembak, Prof Safwan Idris tak Sempat Lihat Cucu Pertamanya Lahir, Diberi Nama Mirip Almarhum
Prof Safwan ditembak secara sadis oleh pelaku yang hingga kini masih menyisakan misteri.
Peluru menembus bagian rahang kiri bawah hingga belakang.
Prof Safwan ditembak oleh pelaku dengan posisi jarak yang cukup dekat.
Dalam catatan Litbang Serambi Indonesia, Prof Safwan dirawat setengah jam di RSUD Zainoel Abidin sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
Pukul 06.45 WIB pagi itu menjadi pagi beradarah di Jalan Alkindi, Kopelma Darussalam.
Sang Profesor yang dikenal sebagai ulama dan tokoh intelektual Aceh tersebut pergi untuk selamanya.
Tragedi tersebut menjadi sejarah kelam bagi Bangsa Aceh.
Bisa disebut, penembakan Prof Safwan Idris awal mula dari kejadian penembakan atau penculikan para tokoh Aceh di tengah pusatan konflik yang sedang mendidih.
Sembilan bulan setelah berpulangnya Prof Safwan Idris, tepatnya pada Kamis 10 Mei 2001 giliran tokoh Aceh lainnya, HT Djohan menghadap Sang Ilahi, setelah timah panas mengenai tubuhnya.
Belum lagi hilang duka akibat meninggalnya HT Djohan, tiba-tiba pada Kamis 6 September 2001, Rektor Unsyiah, Prof DR Dayan Dawood meregang nyawa, juga akibat penembakan.
20 tahun sudah, pelaku penembakan Prof Safwan masih belum terungkap.
Hingga kini, aparat hukum belum bisa membekuk pelaku, yang mungkin sekarang masih berseliweran di luar sana.
Pihak KontraS Aceh juga pernah melakukan napak tilas tragedi meninggalnya Prof Safwan Idris yang ditembak sadis oleh pelaku.
Namun hingga saat ini, misteri Prof Safwan belum juga menemui titik terang.
Prof Safwan Idris adalah rektor ketujuh yang memimpin IAIN Ar-Raniry (kini sudah berubah status menjadi UIN Ar Raniry).
Sebelum dipilih menjadi rektor, almarhum sempat menduduki jabatan penting di kampus tersebut, termasuk dekan fakultas tarbiyah.
Selain sebagai seorang rektor, Prof Safwan juga dikenal sebagai sosok atau tokoh Aceh yang cukup berpengaruh.
Namanya masyhur se-antero nusantara, seorang tokoh intelektual yang juga dikenal alim dengan berbagai ilmu agama yang dia pelajari.
Meski menyelesaikan studi hingga ke Amerika Serikat, Prof Safwan adalah salah seorang guru besar yang juga pernah mengenyam pendidikan dayah tradisonal. Keilmuannya pun sungguh tak diragukan.(Serambinews.com/Agus Ramadhan)