Sebelum KTT, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuat catatan yang menantang, mengatakan kepada parlemennya UE telah menjadikan dirinya sandera dari orang Yunani yang manja dan pemerintahan Siprus-Yunani..
Dia bersumpah untuk mempertahankan pendekatan yang ditentukan sendiri.
Para pemimpin Uni Eropa telah setuju untuk memantau perkembangan di Mediterania Timur dan kembali ke masalah tersebut pada pertemuan puncak lain pada Desember 2020.
Terlepas dari meningkatnya ketegangan dengan pemerintahan Erdogan, UE waspada terhadap pengucilan tetangga penting dan anggota NATO yang memainkan peran penting dalam mengakhiri krisis migran 2015-16 di benua itu.
Kanselir Jerman Angela Merkel, yang telah memimpin penjangkauan diplomatik, sangat ingin menekankan masih ada potensi untuk hubungan yang lebih baik.
“Kami juga ingin membawa agenda positif ini ke depan, karena kami menyadari pentingnya hubungan strategis dengan Turki, terlepas dari semua perbedaan yang ada,” ujarnya.
• Kapal Survei Turki Keluar dari Perairan Sengketa, Yunani Sambut Positif
Ketegangan Turki-Yunani telah sedikit mereda, dengan kedua belah pihak setuju untuk melanjutkan pembicaraan yang telah lama terhenti.
Pada Kamis (1/102/2020), mereka membuat hotline militer di NATO untuk menghindari bentrokan yang tidak disengaja di daerah tersebut.
Para pemimpin UE menyambut baik langkah-langkah ini dan menyerukan upaya dipertahankan dan diperluas.
Perundingan Turki yang semakin memperumit adalah tuduhan campur tangan Ankara dalam konflik di Nagorny-Karabakh, di mana hampir 130 orang telah tewas dalam gejolak antara Armenia dan Azerbaijan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta Turki menjelaskan apa yang dia katakan sebagai kedatangan pejuang jihadis Suriah di Azerbaijan.
"Garis merah telah dilintasi, yang tidak bisa diterima," katanya.
"Saya mendesak semua mitra NATO untuk menghadapi perilaku anggota NATO."
Kesepakatan tentang Turki membujuk Siprus untuk mencabut veto yang telah diberlakukan pada sanksi atas krisis politik Belarusia untuk mencoba mendapatkan lebih banyak tindakan UE terhadap Ankara atas aktivitas pengeborannya.
Uni Eropa akan memberlakukan pembekuan aset dan larangan perjalanan pada sekitar 40 anggota rezim Presiden Alexander Lukashenko yang disalahkan.
Karena mencurangi pemilihan 9 Agustus dan menindak aksi protes sesudahnya.
Namun, tidak seperti Inggris dan Kanada, yang telah memberikan sanksi kepada pejabat Belarusia, UE tidak akan memberlakukan tindakan pada Lukashenko sendiri.(*)